Powered by Blogger.
RSS

Antara Kita dengan Allah...

Saudaraku…..
Kita dididik menjadi umat berakhlak. Kita selalu dituntun Allah SWT dan RasulNya menjadi orang yang mau berkorban dan memberi. Berkorban, untuk memberi petunjuk pada orang lain. Memberi, untuk meringan kan beban oarang lain. Berusaha untk menyampaikan kebaikan pada orang lain. Meski harus membebani, menyulitkan kita sendiri. Kita selalu diajarkan untuk mau menebar kebaikan di man a saja. Menjadi umat yag laksana lebah. Hinggap di tempat yang baik, menghisap yang paling baik, dan menyebarkan yang baik dan bermanfaat bagi manusia. Itulah akhlak kita. Itulah ciri khas dan jati diri umat kita, sejarah kita.

Kita, tidak diajarkan untuk seperti lalat. Yang hinggap di tempat yanng paling kotor, mengambil yang kotor, dan menyebarkan kekotoran itu untuk merusak manusia. Harm bin Hayyan, seorang ahlai ibadah yang menjadi pegawai Umar bin Khattab RA pernah mengatakan, “ Tiada seorang hamba yang mendekatkan hatinya pada Allah, melainkan Allah akan mendekatkan hati orang-orang yang beriman kepadanya sampai ia mendapatkan kasih sayang mereka”.

Muhammad bin Jahm, didatangi seseorang yang ingin membeli rumahnya. Ia bertanya, “Berapa akan engkau beli rumahku dengan tetangga yang jika engkau memintanya dia akan memberimu dan jika engkau diam, ia akan menegurmu lebih dahulu. Dan jika engkau berbuat jahat padanya, ia tetap berbuat baik padamu. Dan jika engkau jauhi dia, maka ia tetap lemah lembut padamu ?” Ketika hal itu disampaikan pada Said, ia mengirimkan utusan dengan membawa 100 dirham. “Tinggallah tetap di rumahmu,” kata Said.

Jangan mundur memberi pengorbanan untuk orang lain. Jangan berhenti memberi dan berusaha untuk melahirkan kebahagiaan untuk orang lain. Mungkin saja, ada yang tidak setuju dengan bentuk pengorbanan yang kita berikan pada orang lain karena dianggap menyulitkan diri sendiri. Mungkin juga, ada yang menganggap upaya kita untuk kebahagiaan bagi orang lain itu, membebani dan tak ada gunanya. Bahkan tak tertutup kemungkinan, bila kita jujur dan tulus pada orang lain, orang akan menipu kita. Tapi tetaplah jujur dan tulus. Jika kita mengalami ketenangan dan kebahagiaan, mungkin ada orang yang iri. Tapi tetaplah syukuri kebahagiaan kita. Kebaikan kita hari ini, gampang dan sering dilupakan orang lain. Tapi jangan berhenti melakukan kebaikan. Karena inti masalahnya, ada diantara kita dengan Allah, bukan antara kita dengan manusia. Siapapun dia……! ( kutipan dari majalah tarbawi )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: