Powered by Blogger.
RSS

Pematang kehidupan..


Pagi buta sudah siap-siap berangkat ke tempat tujuan, pakaian kerja, alat kerja tak lupa dibawa, sebotong minuman teh hangat dan serantang nasi bekal makan selepas lelah. Suhu masih saja dingin, tapi dingin kali ini tak sedingin yang biasanya, cukuplah untuk ditahan dengan segelas teh hangat dan sebuah pisang goreng. Kaki melangkah, tangan terayun sebelah karena satu tangan lagi terangkat ke atas memegang cangkul yang ada di atas bahu sebelah kanan, celana panjang bahan dan kaus putih yang sudah mulai tak putih lagi karena memang suda terkontaminasi lumpur sawah..yah, tepatnya Bapak yang kulihat sepagu ini telah sibuk mencangkul di sawahnya yang tak jauh dari jalan besar menuju Batusangkar dari Payakumbuh, jelas terlihat, walau sekilas ku bisa amati karena mobil yang kutumpangi tak lah berjalan kencang rata-rata dengan kecepatan empat puluh kilo meter per jam, ambil posisi duduk di dekat pintu biar jelas sudah yang kuamati. Pagi masih saja melingkupi sepertinya, kabut pagi masih saja menutupi gunung dan bukit yang kulihat dari kejauhan, jelas terlihat masih ada embun-embun pada daun disepanjang jalan, sepertinya ia kedinginan menyesuaikan dengan suhu disekelilingnya. Namun, tidak bagi Bapak yang kulihat tadi, selempang yang sudah dilepas, berubah dengan ayunan cangkul dengan iramanya. Memulai dari sudut atas pematang tepi sawah, irama pagi dengan semangatnya memulai aktifitas, telaten, satu ayunan dan begitu selanjutnya, hati-hati agar pematang tak jebol oleh cangkul, sedikit demi sedikit dan hasilnya pematang sudah bersih dari rumput, sawah pun sudah dicangkul. Aku masih senang memandangi pemandangan sawah pagi ini, analogi sebuah pematang kehidupan, kokoh dan harus bersih, kalau tak air dari sawah ke sawah yang lain akan bergabung saja, walhasil sawah tak produktif. Pematang yang dibuat berjenjang sebagai penahan karena tekstur tanah yang tak datar, apa jadinya jika tak dibikin berjenjang, padi akan tak beraturan, analogi pematang kehidupan terkesan simpel namun sangat berarti, begitu juga dengan hidup butuh pematang, pagar yang jelas, bagaimana hidup tanpa pematang?tak beraturan, tak terurus. Tinggal bagamana kita memberi pematang dalam kehidupan kita serta memeliharanya seperti bapak yang ku lihat sepagi ini merawat pematang sawahnya untuk sebuah kesejahteraan kehidupan tumbuhan dan keluarganya..sudahkah kita punya pematang kehidupan?yakni Iman dalam Islam..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: