Powered by Blogger.
RSS

Bermain layang-layang..


Bukanlah saya yang menjadi subjek bermain layang-layang, namun layang-layang lah yang menjadi objek saya..nah lo..bingung kan..apa pula lah ini pakai subjek dan objek, bikin pusing saja bahasa hukum nya, subjek dan objek perkara. Cukup..cukup..tenang..tenang saya lanjutkan lagi. Jadi begini ceritanya.. sedang mendongeng pada anak-anak, mendongeng pada diri sendiri, selanjutnya terserah anda..hanya untuk kalangan sendiri dan publikasi edukasi kalau memang bisa diambil pelajarannya. Baiklah kawan, ini adalah hasil pengamatan saya lagi, terlalu banyak mengamati sepertinya.

Sore masih sama sejuknya dengan sore-sore biasa, lebih cerah pula. Saya pulang seperti biasanya dengan senyum dan semangat yang lebih baru karena berusaha menyemangati diri. Tak ayal juga saya melihat dari jauh, sudah lama tak menikmatinya. Anak-anak bermain layang-layangan, yang biasanya ketika saya kecil dahulu, main layangan di lapangan, kali ini mereka tidak kawan. Mereka bermain di kebun hasil memetik jagung yang dikelilingi oleh sawah menghampar luas, luas sekali. Mmm..indah pemandangan, ditambah angin yang segar, cukuplah menambah menarik sore ini. Berpikir sambil melihat, sebuah hikmah, apa kira-kira yang bisa diambil hikmahnya.

Ada keceriaan disana, sejumput kebahagiaan dari wajah kanak rata-rata laki-laki..lepas bebas tanpa beban. Ada kesetiakawanan di sana, bagaimana teman yang saling membantu, kerjasama yang kuat. Kegigihan untuk bisa berhasil menerbangkan layangan, seperti pilot saja. Butuh keahlian disana, keahlian untuk memainkan tali layangannya. Setelah berhasil terbang pun harus cekatan untuk mempertahankan kondisi stabil dari kuatnya angin di atas. Saya hanya sedikit bisa menguraikannya. Angin semakin tinggi akan semakin kuat. Ibarat pohon semakin tinggi akan semakin kuat goyangannya. Begitu juga kehidupan kita. Saat memulai untuk naik atau maju sangat sulit sekali, butuh sebuah teknik, persiapan, keterampilan yang terencana, ia tak akan mampu naik secepat kilat jika hanya berdiam diri. Jika telah berangsur-angsur naik, juga diperlukan kematangan berpikir. Telah naik pun juga dituntut tetap bertahan, istiqomah atau bahkan naik lebih tinggi jika sanggup mengendalikannya. Banyak sekali rintangannya, tinggal bagaimana kita terampil memainkan kendali talinya dan itu kita lah yang menjalankannya, tidak siapa-siapa serta ada penentu yakni Allah SWT. Kita tak ingin layangan kita sobek atau turun kembali kita lah yang punya kendalinya..

Sekarang cerita saya hanya lah sebuah penglihatan si mata pena dengan cara saya sendiri, setidaknya mewakili apa yang saya pikirkan..dan mainkan layang-layang mu dengan penuh cinta..serta bijaksana..maka ia akan terus menari dengan indahnya di atas awan yang bercahaya keimanan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: