Powered by Blogger.
RSS

Nilai ukhuwah itu mahal..


Perkenalan singkat bukanlah sebagai hambatan untuk menghargai sebuah persaudaraan. Aku kembali diajarkan akan sebuah ukhuwah dari seorang anak kecil yang dulu sudah pernah aku ceritakan tentang anak kecil dan donat coklatnya. Kali ini anak yang ada sedikit berbeda dengan anak pada umumnya itu memberi pelajaran yang sarat makna pada ku.

Sangat banyak yang tanpa kita sadari beliau telah banyak mengajarkan. Pagi seperti biasa beliau berangkat menuju sekolahnya yakni Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan semangat yang lebih dari anak-anak normal lainnya, beliau menyandang tas berwarna merah jambu, tak lupa duduk di paling pojok bus yang kutumpangi. Melihat aku sedang asyik membaca, ia hanya duduk diam tak jauh dari ku. Seolah ia mengerti bahwa aku belum bisa diajak bicara. Dengan santai pula ia keluarkan buku tulisannya menandakan padaku bahwa ia bisa juga membaca atau menulis, walaupun ku tahu itu adalah sebagai bukti bahwa ia ingin bercerita padaku. Tak lama berselang waktu naiklah seorang ibu-ibu separoh baya, bisa ku panggil ibu. Ibu itu bertanya pada ibu anak kecil tadi, "Apakah ia(anak kecil) sama sekolah dengan Riski?", sang ibu menjawab, "ya"..lalu dilajutkan pembicaraan, yang aku hanya sibuk membaca, sesekali terseyum pada anak itu, karena ku tahu ia dari tadi sibuk memperhatikan ku. Kali ini ibu itu mengatakan bahwa Riski (temannya) telah meninggal tadi pagi. Dengan respon cepat anak kecil itu langsung menjawab, "Riski?"..mati?"..dimana?"walau ku yakin tak terlalu tetap penyebutannya, tapi seketika wajahnya berubah sedih, sedih sekali, lalu terdiam sesaat sambil merenung yang ku tak tahu juga apa yang sedang dipikirkannya. Dan cerita ibu itu berdua terus berlanjut.

Tertangkap oleh ku kesedihan yang sangat dalam dari wajah anak kecil itu, walau ku masih ragu apakah ia mengerti apa itu meninggal atau tidak. Bagi ku ini cukup membuktikan bahwa ia sangat kehilangan temannya. Kehilangan teman yang mungkin sama-sama belum bisa menikmati sepenuhnya bagaimana rasanya menjadi anak-anak normal. Berselang waktu, masih saja ia bertanya pada ibunya, "mati, riski?"berulang-ulang, sampai terlontar darinya, "apa tak akan melihat riski ke rumahnya?"di padang?" walau kata-katanya berusaha ku terjemahkan karena sedikit sulit untuk dimengerti namun itulah maksudnya.

Anak sekecil itu serta memiliki kekurangan mampu menanamkan persaudaraan yang tinggi yang mungkin baginya tak terlalu ia pahami, bagi ku cukuplah mengajarkan pada diri ini bahwa ukhuwah itu mahal dan sangat berharga dalam dimensi apa pun ku rasa..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: