Powered by Blogger.
RSS

Kebaikan Itu Tak Mengenal Tempat


Angin masih saja sama dengan sore-sore biasa menjelang waktu sholat ashar datang. Tak banyak yang bisa dimengerti dari jalanan kota yang hilir mudik, tentu dengan arah yang pasti. Karena kesibukan selalu mengajarkan jalan untuk bisa terus bertahan setia memberikan pelayanan untuk pengguna jasanya. Jalan yang masih saja sama untuk memberi inspirasi dalam setiap hidupku, tidaklah ia selalu mengeluh dengan panas terik dan hujan badai. Aku sore itu masih juga setia berjalan mencari tujuan dan mengejar mimpi agar ia menjadi nyata.

Sore tak lagi mendung, ada secercah bahagia di wajah-wajah milik dua orang yang ku hormati selain kedua orang tua ku. Tak lupa sore itu, kusiapkan niat untuk bersilaturrahim dengan mereka. Kunaiki tangga di ruangan berkeadilan dengan semangat karena sebenar lagi akan bertemu dengan guru ku, tepatnya orang yang mampu juga memberi nasehat dan ispirasi untukku.

 Ku ucapkan salam di depan pintu ruangan yang terbuka, dari jauh telah mengembang senyum ramahnya. Tepatnya ada dua orang. Satu perempuan yang baru ku kenal ketika itu, namun serasa sudah sangat lama ku kenal, sudah seumuran nenek ku sepertinya, enam puluh satu tahun, dari wajahnya saja masih segar, kuat, semangat mengabdi pada negara dan juga pada agamanya, jelas terlihat bahagia di wajahnya, tak banyak yang bisa ia ceritakan pada ku, namun yang pasti ia pernah dan sering menjadi pimpinan militer. Yah..kebaikan itu tak mengenal tempat, dimana saja, kapan saja, sudah tua pun ia masih tetap setia untuk bangsa, agamanya, puasa senin kamis yang selalu ia lakukan. Hanya senyum dan komentar-komentar bahagia yang bisa ku haturkan pada dua orang sosok ini, bagi ku cukuplah sebagai motifasi bahwa kita bisa berbuat baik dimana saja.

Berkaryalah dan berbuatlah, sekalipun semua orang membenci mu, yakinlah berilakan teladan terbaik, niscaya kesuksesan ada di tangan mu..Ada segudang semangat baru untuk berkarya di bidang ku ini karena kelak ku yakin ada sejuta bahagia disana..ada banyak kebaikan disana..benarlah ia bahwa kuasai bidang mu maka kan mampu kau taklukkan banyak kebaikan di dalamnya..
gambar: http://www.facebook.com/notes/raxindobisnis/kepompong-kupu-kupu/135088103214357

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Malulah kita pada Keterpurukan..

Sangat banyak hari-hari yang memberi ujian besar dalam hidup kita, atau mungkin masih sangat banyak orang-orang disekeliling kita yang beruntung karena setiap apapun yang ia lakukan berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang ia inginkan. Tapi juga masih banyak sekali kita temukan sesuatu keinginan kita yang penuh dengan ujian berat untuk mendapatkannya, sehingga kemudian kita terseok-seok, pontang-panting untuk meraihnya. Harus perlu menyeka keringat, menghapus air mata bahkan harus menahan sesak di dada untuk terus berusaha gigih menghilangkan keterpurukan.

Menyingkirkan segala keterpurukan memang butuh sebuah refleksi perjuangan yang sangat susah karena ia akan selalu disertakan oleh kesedihan serta pertarungan antara kemampuan dan keimanan serta kesabaran, keihklasan. Menyeka air mata tak kan lah menyelesaikan keterpurukan. Berdiam diri saja juga tak akan pernah menyelesaikan masalah karena ia harus dituntaskan dengan cara baik.

Malulah kita pada diri yang masih lemah akan keterpurukan, menembus asa yang sangat sulit namun beribu tekad yang kadang masih sangat jauh dari apa yang diinginkan. Mengejar mimpi yang masih separoh jalan, namun kita harus yakin ada kekuatan besar yang akan selalu menginspirasi kita selama kita masih terus berusa mendekat padaNya. Aku sedang tak lagi berbagi kisah, hanya sekedar melihat dari sudut hati ku, bahwa kita harus malu terhadap keterpurukan, harus segela berlalri dari keterpurukan menuju ketentraman. Ia tak akan di dapat, jika kita hanya diam, tak bergerak, hanya menyesali takdir yang menurut kita tak adil. Tapi yakinlah sahabat, kita sedang di uji dalam dimensi yang akan membuat kita tambah bijak. Kita tengah dididik Allah SWT untuk menjadi pribadi yang tak cengeng, tak bergantung pada orang lain. Kita lah yang akan merubah hidup kita untuk lebih baik dengan bantuan Zat Yang Menciptakan kita.

Memandang jauh ke depan, tak lah membuat surut, namun jangan mengalah dengan keterpurukan kita, teruslah bersyukur dengan segala nikmat hidup dan Islam yang utama, kita masih disadarkan Allah SWT utuk terus mencintaiNya, terus merindu terhadap Rasulullah SAW, berjanji setia untuk menegakkah Dakwahnya. Malulah kita pada keterpurukan yang telah membuah waktu kita tersita dengan hanya menyeka air mata, maka bangkitlah wahai sahabat ku, kita masih punya banyak jalan yang Allah SWT sediakan, jangan menyerah karena putus asa hanya milik orang-orang tak cinta pada Rabbnya. Kita masih punya tubuh yang lengkap untuk berbuat, masih punya hati untuk selalu membeda, masih punya pikiran untuk selalu memilih yang baik, apakah kita harus kalah?Jangan larut dalam keterpurukan wahai saudaraku seiman, kita masih punya kekuatan, mari bangkit, tatap masa depan mu dengan senyuman dan semangat sembari terus mendekat padaNya.

Memandang langit yang cerah, telah kusaksikan senyummu terkembang dengan semangat juga ikut membakar semangat ku bahwa kita bisa melangkah lebih kokoh, melibas segala keterpurukan dengan sebuah kerja nyata. Semoga kita di tuntun menjadi hamba yang selalu bersyukur. Amin..Dan teriakan mu menayadarkan ku bahwa Malulah kita pada Keterpurukan..!
Gambar: http://arbip.blogspot.com/2010/04/keterpurukan-vs-solusi.html http://onthespot7langka.blogspot.com/2011/08/7-cara-menyelamatkan-indonesia-dari.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Berdiri di atas satu kaki

Aku sangat bersyukur dari jasad ini kau beri kesempurnakan, dengan segala nikmat yang tak mampu ku hitung satu persatu bahkan segalanya belum cukup lebih ku ucapkan syukur padaMu. Tapi ku tau satu hal bahwa ku tak akan mampu berdiri dengan satu kaki dalam arti yang lain yakni berdiri dan berjalan di muka bumi ini jika hanya dengan kehendakku semata, aku butuh keikutsertaan Mu menghiasi selalu hidup ku di dunia ini yang belum kekal adanya dan kelak ada masa yang kekal adanya.

Berpendar segala kekurangan yang masih sangat banyak ku miliki, namun Engkau tahu segalanya tentang ku termasuk tentang apa yang terbersit di sudut kecil hati ku, bahkan sesuatu yang baru terlintas saja di benak ku. Engkau lah menguasai segala raga dan jiwa ku, menguasa segala keinginan dan harapan ku, engkaulah yang menguasai sagala langkah kaki ku.

Aku banyak disadarkan akan sebuah kenyataan bahwa tak semua yang kita inginkan, baik menurut Allah SWT, tapi ku tetap yakin bahwa segalanya ada mulik kekuasaan Mu, aku masih saja merasa kerdil dan tak berdaya. Perlahan ia berlari kencang, masuk jauh ke dasar hati ku, bahwa " Nikmat Tuhan yang manakah yang kau dustakan"..Aku seolah terlempar jauh ke dasar yang dalam lalu ia datang kemudian mencoba bertanya pada diri ku sendiri, masih kah kurang bersyukur diri ini?

Lagi-lagi berdiri di atas satu kaki, aku tak mampu, aku harus temukan satu lagi karena seutuhnya aku telah punyai namun belum aku miliki. Berpendar luka yang kadang kurang ku nikmati, lalu aku berlari dalam nuansa deburan ombak keimanan yang membasahi raga dan jiwa  ini, kemudian kutemui diri ini sedang tertatih menapaki anak tangga kebahagiaan. Dan jujur saja aku tak mampu berdiri di atas satu kaki lagi, butuh energi baru untuk menguatkan langkah ku yag perlahan telah ku coba atur sebaik mungkin..
Foto: dailymail.co.uk)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wadah Ketegaran..

Ramadhan tahun ini telah pergi meninggalkan kita, segejap saja namun banyak simpanan amunisi yang ditinggalkannya. Selama ia ada, simpatan itu belum digunakan dan sekarang ia satu persatu kembali memberikan warna dalam kehidupan kita. Pertarungan sebulan penuh akan dilihat dalam penggunaan amunisi selama sebelas bulan berikutnya. 

 Kita dididik untuk mampu menggunakan amunisi itu sesuai dengan tempatnya, tak kenal kita siapa atau bagaimana, yang jelas ada wadah kebaikan yang akan selalu disandingkan dengan wadah keburukan, kita dituntut untuk selalu bisa mencermati sebuah realita kehidupan.

Dan selamanya, wadah dunia ini hanyalah sebuah persinggahan, persinggahan akan ketegaran, perjuangan, persinggahan untuk berjuang mengalahkan teroran keburukan..Ya..ya..wadah ketegaran yang sepertinya sedang kita lakoni kali ini, apakah berhasil atau tidak? Perjuanganbaru saja dimulai, dalam dimensi yang sangat jauh berbeda, dalam dimensi yang lebih sulit dari biasanya, apakah ini yang dinamakan wadah ketegaran? Ketegaran untuk bisa menahan hawa nafsu yang telah sebulan penuh ditahan, ketegaran untuk bisa menahan segala bentuk hinaan, hasutan dan bahkan ketegaran untuk bisa terus mengalahkan keburukan yang selalu digandengkan dengan kebaikan oleh syetan laknatullah..

Kita sedang dididik untuk bisa bahagia disaat sedih melanda dan saya yakin ini adalah wadah ketegaran yang sangat sulit namun pasti bisa dilakukan selamanya..Ibarat bambu yang tumbuh di tebing curam, ia akan berusaha keras untuk bisa tegar menahan tanah yang tak kokoh lagi, bahkan ia ikut berjuang menahan tanah dari longsor. Itulah kita, akan selalu dihadapkan untuk sebuah ketegaran, sekarang tinggal bagaimana kita mempergunakan satu persatu amunisi yang kita dapatkan di ramadhan, atau kita tak bisa mempergunakannya sama sekali?
gambar: http://sanggartintacahaya.blogspot.com/2009/12/wadah-isi-konstruktif-mahasiswa.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku sedang tak berceloteh..

“Aku sedang tidak berceloteh, itulah teriak para gadis muda yang tak muda lagi akibat ulah prilaku jahat para lelaki separoh baya. Aku sudah tak punya rasa malu lagi yang mengatas namakan bahwa aku adalah muslim. Dan aku sedang terpenjara dalam dimensi kehidupan yang membuat ku tak bisa lari dari semua kebiadapan ini.” 

Saya masih saja, menggeleng tak habis-habisnya ketika menyimak jelas sebuah pengantar diatas, ntah itu menyimak ataulah melihat sendiri ulah para muda dan paroh baya bahkan yang tua di zaman yang bagi saya belumlah lama ditinggali. Belumlah lama untuk bisa bersyukur atas segala nikmat yang Engkau turunkan. 

Jeruji besi yang sudah berkarat ditambah jutaan virus yang seolah menambah tak nyaman kamar ukuran empat kali lima itu, di sudut ruangan terdapat toilet kecil yang tak memadai untuk para penjahat muda yang tak berkelas. Saya sedang tidak mencaci, namun hanya sedikit melepas sesak didada, menumpahkan segala yang terbendung, bahwa zaman sepertinya sudah tak beradap lagi. 

Derap-derap langkah kaki pengunjung masih menggema-gema ditelinga saya, dari tangga sebelah ruangan. Para pengunjung yang tak pernah bahagia ketika menyaksikan sanak keluarga yang tengah terpenjara jiwa dan badannya. Tak bisa disalahkan, tapi itulah nyata karena ulah mereka jua. 

Gadis muda yang tak muda lagi, sibuk petentang petenteng dengan perut yang sudah membesar. Mondar-mondar di depan ruang tahanan menyaksikan orang terkasih duduk termenung dalam ruangan berjeruji besi. Tak kalah sedihnya orang tua gadis berpita merah pudar itu, dengan tangan di kepala, namun tetaplah ia tak gadis lagi. Saya hanya terus mengernyikan kening. Antara percaya ataupun tidak bahwa gadis yang tak gadis itu lagi tengah mengandung anak dari suami kakak kandungnya. Na’uzubillahiminzalik..hanya itu kalimat yang keluar dari mulut saya, selebihnya silahkan kita sama-sama cermati. Dimanakah letak kesalahannya. Sudah sejauh itukah rusaknya moral manusia, ataukah kita yang tak arif memberikan nasehat, atau malah kita sudah terpenjara dengan hanya mementingkan diri sendiri. 

Ketuk-ketuk palu di ruang persidangan seolah menyadarkan bahwa zaman sudah tak bersahabat lagi akibat ulah manusianya, suami tak pikir panjang lagi untuk merusak adik kandung dari istrinya. Dan ini hanya sedikit dari sudut zaman yang membuat kita harus banyak belajar dan bertindak bahwa dunia itu hanya sementara..selebihnya ada periode yang lebih abadi..alam akhirat..Saya terdiam dan tak bisa berucap lagi karena sangat banyak kejahatan karena kurangnya iman..

gambar: http://pinkyveil.multiply.com/journal?&page_start=80

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Batu Karang..


Semilir angin masih saja sama sejuknya sedari siang tadi, desir-desir bunyi ombak tak mengubah posisi duduk para pencinta irama alam. Tidaklah sebuah manipulasi ataupun sebuah kebohongan alami ciptaan Sang Pencipta. Siang sudah menjelang sore, air ombak sudah mulai surut, tersingkap sudah segala kekuasaan dengan bukti keindahan ciptaanNya. Aku masih saja asyik mebolak-balik buku yang tengah kunikmati, seraya memandang jauh nun di sana terdampar dihadapan ombak tengah asyik jua berlari mengejar pasir putih yang tetap setia menemani tepian yang tak berujung.

Kemahabesaran serta keagungan Mu selamanya tak akan pernah kudustakan, walau perih seperih batu karang yang harus rela terus menahan kuatnya ombak, walau seperti indahnya rumput karang yang terus bergoyang memberi keindahan pada mata-mata pengagum alam. Aku tetap masih saja mengamati dengan hati yang selalu bersyukur padaMu..

Dari kejauhan kilau-kilau cahaya pantulan dari sinar yang tak pernah Engkau tahan, saat kami bisa membedakan antara siang dan malam, yang tak pernah pelit mengucurkan nikmat. Dan benar saja, aku dibuatnya tambah bersyukur. Relief kehidupan yang kadang tanpa kita sadari telah mengajarkan bahwa hidup yang Engkau berikan memang sangat indah untuk hati yang selalu bersyukur. Lembaran-lembaran buku tak berangsur jua karena ku terpesona dengan segala nikmat dan alam yang Engkau sajikan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Segelap apapun..pasti ada cahaya..

Segelap apapun hati, ia akan mampu diterangi, seperti malam yang masih selalu gelap namun bisa diterangi dengan seuntai kemilau kebahagiaan. Segelap malam dalam sebuah perjuangan kehidupan bukanlah hal mudah untuk proses pembelajaran. Hiruk pikuk kami para pencari rezeki yang halal, bertarung dalam waktu sampai gelap itu pun datang. Ada kesyukuran yang teramat dalam saat kami masih bisa saling membantu berbagi cinta untuk berjuang menutup dagangan yang telah laris dibeli para pembeli. Inilah kehidupan keluarga kami, hidup dalam dimensi yang bagi ku cukup membuat hati ini selalu bersyukur karena tak lebih dari itu aku telah dididik disini dalam dimensi perjuangan.

Gelap masih saja belum usai karena ada sependar bahagia di tangan-tangan kami yang telah kasar, tapi tidak teman, bukanlah kasar untuk sikap tapi karena kerja keras yang belum usai. Sembari dari kejauhan telah bergema azan magrib seuntai tasbih dari lubuk hati, ada kedamaian disana menyambut panggilan Mu Tuhan  karena kami hidup hanya untuk mu. Mengikuti segala cinta kami untuk Mu. Serangkaian sujud dan rukuk kami bersatu dalam dimensi perjuangan bahwa kami tak akan pernah lupa bersyukur atas segala nikmatMu..

Kenangan air hujan di depan barak barak kami belumlah kering seiring keringat di kening yang belum juga kering. Kami masih saja berkutat dalam dimensi kehidupan yang akan selalu menambah kecintaan ku pada mereka orang tua ku tersayang. Dalam gelap di barak kami bahwa ada sejuta syukur untuk segala perjuangan ini. Kelak segala harap dan pinta ku terkabul untuk lebih memberi perjuangan yang baik untuk mereka, tak ada lagi gelap dalam barak, tak ada lagi tetes keringat di kening, yang ada hanya bahagia di jiwa-jiwa kami untuk sebuah kehidupan..bercerita akan keimanan dan berbagi dalam segala manufer kebaikan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS