Powered by Blogger.
RSS

Menjadi Pemenang itu Butuh Proses


Sore masih saja ramai karena memang sore adalah waktu di saat banyak orang menyelesaikan banyak pekerjaannya. Begitu juga untuk para pelajar yang biasanya menggunakan waktu setelah belajar untuk pelajaran tambahan atau kegiatan ektrakurikuler yang mendukung kegiatan belajar. Tak berselang beberapa waktu saya menaiki sebuah angkutan umum yang memang pada pukul begitu anak sekolah juga sering naik, sehingga jadilah saya berdampingan dengan para anak sekolah. Beranekaragam memang prilaku dan tingkah laku mereka, tetap saja banyak pelajaran yang bisa ku ambil.
Seperti sore kali ini, mereka dua anak bujang memakai seragam Sekolah Menengah tepatnya mereka adalah berasah dari sekolah Aliyah. Aku telah lebih dahulu naik di angkot tersebut, sehingga ketika baru naik angkot, mereka memang sedang asyik berbicara berdua. Ada wajah lelah memang di wajah mereka, tapi volume suaranya sangat jelas terdengar di telinga ku. Percakapan singkat yang juga bisa kita jadikan telaah untuk diri kita masing-masing. Mereka pada awalnya berbicara mengenai nilai, tugas dan lain-lain, tapi ada satu hal yang sangat menarik untuk ku.

Mereka bertanya jawab dengan intonasi minang karena saya sedang berapa di daerah minang. Kira-kira dari yang kutafsirkan. Satu orang bertanya pada temannya, “Baa hafalan?(Bagaimana hafalan?)lalu dijawab lah sama temannya. “Paniang den ( pusing saya)”. “Baa tu?”(kenapa?), ditanya lagi oleh temannya. “Banyak bana yang harus di setor, tafsir ado pulo”(banyak sekali yang harus di setor, tafsir ada pula).Aku langsung tertarik, mereka tengah mengejar target tugas hafalan ayat serta hadist yang harus mereka setor kepada gurunya. “Aden baru bara ayat di setor”(saya baru beberapa ayat di setor)”. Dalam hati saya tertawa sendiri, jadi pelajar memang menyenangkan, tapi bagi mereka ku yakin sangat membebani. Namun, semua beban itu ku yakin suatu saat mereka akan merasakan manfaatnya. Lalu senyum ku, kembali terkembang kerena spontan saja, satu temanya berkomentar ringan, “aden baru tigo ayat yang hafal..haha”(saya baru tiga ayat yang hafal). Tiga ayat yang ku tahu, rata-rata orang lain sudah pada hafal karena memang sudah sangat sering dibaca, dan dugaan ku pun benar, temannya yang satu langsung berkomentar.”kalau itu, lah hafal juo mah”(kalau itu, sudah hafal juga), sehingga berderailah tawanya. Semabari berbincang, satu anak sekolah tadi langsung mengulang hafalan ayat yang telah ia hafal, kemudian, ia bertanya lagi pada temannya. “ayat yang ka anam baleh itu bunyi nyo kan?”sembari membaca ayat tersebut.(ayat yang ke enambelas itu bunyinya kan?)..yup..secera cepat ia menjawab betul. Seketika ada respon senang di hati ku, luar biasa, mereka ternyata mampu, kadang kala kita hafal mungkin, namun ketika ditanya ayat yang tak berurutan akan kesulitan, tapi mereka tidak, itupun yang ku tahu bukanlah surat yang berada di juz 30.

Penafsiran singkat memang, yang bisa ku ambil di sore kali ini, bisa memberi kontribusi positif untuk diri ku sendiri, ada mimpi kemenangan besar kelak di tangan banyak pemuda dan pemudi, tinggal bagaimana kita mengolahnya dengan baik. Nah..sahabat, hikmah yang bisa kita ambil dari sedikit prolog dan percakapan yang terdengar bagi ku selintas tersebut diantaranya adalah menjadi pemenang itu butuh proses. Disini, bisa kita lihat, tak gampang untuk bisa menghafal ayat demi ayat, apalagi dengan tuntutan belajar yang lain, atau tuntutan tugas yang lain, tentu sangat terasa membebani, namun yakinlah bahwa ketika kita telah mampu menghafalnya dan menjaga hafalannya, maka ada kepuasan tersendiri dalam diri kita, terlepas dari hubungan kita dengan yang menciptakan kita.

Tetaplah menjadi pemenang itu bisa mengalahkan kemalasan, kebosanan, kelelahan itu sangat sulit dan butuh proses. Untuk menjadi pemenang kebaikan juga malah lebih sangat sulit karena berbuat baik banyak sekali halangan, tetapi ketika kita telah berbuat baik, akan terasa banhwa pemenang itu sangat menyenangkan, Pemenang yang mampu mengalahkan nafsu diri, mengalahkan kekerdilan diri. Kita saja misalnya, adalah pemenang dari ribuah petarung untuk bisa berhasil terlahir ke dunia. Tetap saja, menjadi pemenang itu butuh proses. Proses yang kadangkala kita kurang sabar untuk melewatinya. Cobalah kembali sahabat, kita runut, betapa banyak beban tugas, dan pengharapan yang diinginkan lahir dari diri kita oleh guru atau orang tua dahulu?kita sering memang merasa terbeban pada saat itu, tetapi sekarang kita merasakan bagaimana hasilnya..baik bukan?

Jika jawaban sahabat “ya”, maka sudah ku pastikan, jawaban ku juga “ya” karena ketika melihat anak sekolah tadi pun, aku ingin sekali kembali seperti mereka, tapi tetap saja, itu tak akan mungkin karena prosesnya sudah berjalan. Sehingga mari sahabat, kita wujudkan segala mimpi dan keinginan kita dengan realisasi nyata, hal inilah yang akan kembali mewujudkan kita menjadi pemenang. Pemenang di dunia yang fana ini dan pemenang di akhirat kelak..karena sekali lagi menjadi pemenang itu butuh proses…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: