Powered by Blogger.
RSS

Berlebihan dalam Bergurau


Bahagia itu tentu saja diinginkan oleh setiap orang, apalagi kalau sehari hari kita dihadapkan dengan realita kebahagiaan tentu sangat menyenangkan. Namun, ekspresi kebahagiaan kita tentulah harus disampaikan dalam bentuk yang baik juga, tidak berlebihan. Apalagi bergurau atau selalu bercanda untuk mewujudkan ekspresi bahagia kemudian tertawa terbahak-bahak tanpa henti untuk waktu yang berulang-ulang . Tidak ada memang tertawa dilarang, namun tertawa berlebih akan merusak hati. Dan memang sudah sedari lama kita mengetahui bahwa agama kita tidak menyukai sesuatu yang berlebih-lebihan. Berselancar dalam dunia ini tentu kita akan menemukan berbagai realita seperti ini, bertemu dengan orang yang terlalu berlebihan dalam tertawa dan juga bertemu dengan orang-orang yang kadang lupa untuk menghisab dirinya, nah kali ini saya berselancar di dunia maya dan menemukan tulisan ini yang kira-kira maksud dari pikiran saya juga seperti ini.

Berikut ini adab-adab tertentu yang telah digariskan oleh Islam seperti:

  1. Tidak menjadikan aspek agama sebagai bahan jenaka seperti mempersendakan sunnah Rasulullah s.a..w.
  2. Gurauan tersebut bukan merupakan cacian atau cemohan seperti mengejek orang lain dengan menyebut kekurangannya.
  3. Gurauan itu bukan ghibah (mengumpat) seperti menghina seseorang dengan niat hendak merendah-rendahkannya.
  4. Tidak menjadikan jenaka dan gurauan itu sebagai kebiasaan.
  5. Isi jenaka adalah benar dan tidak dibuat-buat.
  6. Bersesuaian dengan waktu, tempat dan orangnya karena adalah tidak baik bergurau di waktu seseorang berada dalam kesedihan dan sebagainya.
  7. Menjauhi jenaka yang membuat orang lain tertawa secara berlebihan (tertawa terbahak-bahak) kerana banyak tertawa akan memadamkan cahaya hati.
  8. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w apabila tertawa baginda hanya menampakkan barisan gigi depannya saja, bukan tertawa yang berdekah-dekah, mengilai-ngilai atau terkekeh-kekeh dengan maksud bahwa sebagai seorang muslim kita hendaklah senantiasa menjaga batas kesopanan dalam artikata yang sepatutnya.

Gelak Tawa Dilarang Islam
Menurut pandangan Islam, bergelak-tawa adalah tidak baik dan makruh hukumnya. Ibn Mas'ud meriwayatkan dari Auf bin Abdullah bahwa biasanya Rasulullah S.A.W. tidak tertawa melainkan senyum simpul dan tidak suka melerek, yaitu tidak menoleh, kecuali dengan semua wajahnya. Hadis itu menunjukkan bahwa senyum itu sunat dan tertawa berbahak-bahak adalah makruh. Maka itu seseorang yang sehat akalnya dilarang bergelak-tawa karena mereka yang banyak gelak tawa di dunia akan banyak menangis di akhirat. Orang yang banyak menangis di dunia mereka akan banyak tertawa di syurga.

Menurut Yahya bin Muaadz Ar-razi, ada empat perkara yang menghilangkan tertawa seseorang Mukmin :
(1) Kerana memikirkan akhirat
(2) Kesibukan mencari keperluan hidup
(3) Risau memikirkan dosa
(4) Apabila tibanya musibah dan bala.

Jika seseorang sibuk memikirkan perkara itu, maka dia tidak banyak tertawa karena banyak tertawa bukan sifat seorang Mukmin. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas r.a.:

"Siapa yang tertawa ketika membuat dosa, maka dia akan menangis ketika akan masuk neraka."


Oleh itu marilah sama-sama kita muhasabah diri dan kembali bertaubat kepada Allah. Banyakkan menangis (karena Allah) dari ketawa (yang sia-sia) itu adalah amalan yang lebih baik.

Bagaimana bercanda ala Rosulullah SAW.?


Rasullah adalah pribadi yang menyenangkan. Seseorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW, dan dia meminta agar Rasulullah SAW membantunya mencari unta untuk memindahkan barang-barangnya.

Rasulullah berkata:
"Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana."

Sahabat bingung bagaimana mungkin seekor anak unta dapat memikul beban yang berat.
"Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa yang sekiranya sanggup memikul barang-barang ku ini?"

Rasulullah menjawab,
"Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta"
Sahabat tersenyum dan dia-pun mengerti canda Rasulullah.
(Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi. Sanad sahih)

Lain lagi kisah seorang perempuan tua yang bertanya pada Rasulullah:
"Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak masuk surga?"

Rasulullah menjawab:
"Ya Ummi, sesungguhnya di surga tidak ada perempuan tua”.

Perempuan itu menangis mengingat nasibnya. Kemudian Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi'ah ayat 35-37:
"Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya."
(Riwayat At Tirmidzi, hadist hasan)

Lainnya seorang sahabat bernama Zahir, dia agak lemah daya pikirannya. Namun Rasulullah mencintainya, begitu juga Zahir. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-harinya di gurun pasir. Sehingga, kata Rasulullah, "Zahir ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di kotanya."

Suatu hari ketika Rasulullah sedang ke pasar, dia melihat Zahir sedang berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluk Zahir dari belakang dengan erat.
Zahir: "Heii... siapa ini?? Lepaskan aku!!!", Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya Rasulullah. Zahir pun segera menyandarkan tubuhnya dan lebih meng-eratkan pelukan Rasulullah.

Rasulullah berkata:
"Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini??"

Zahir:
"Ya Rasulullah, aku ini tidak bernilai dipandangan mereka"

Rasulullah:
"Tapi di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir. Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?"

Zahir pun makin meng-eratkan tubuhnya dan merasa damai dipelukkan Rasulullah. (Riwayat Imaam Ahmad bin Hambal dari Anas ra)

Kisah lainnya, suatu ketika, Rasulullah saw dan para sahabat ra sedang ifthor (berbuka puasa). Hidangan pembuka puasa dengan kurma dan air putih. Dalam suasana hangat itu, Ali bin Abi Tholib ra timbul isengnya. Ali ra mengumpulkan kulit kurmanya dan diletakkan di tempat kulit kurma Rasulullah saw. Kemudian Ali ra dengan tersipu-sipu mengatakan kalau Rasulullah saw sepertinya sangat lapar dengan adanya kulit kurma yang lebih banyak. Rasulullah saw yang sudah mengetahui ke-isengan Ali ra segera "membalas" Ali ra dengan mengatakan kalau yang lebih lapar sebenarnya siapa? (antara Rasulullah saw dan Ali ra). Sedangkan tumpukan kurma milik Ali ra sendiri tak bersisa.
(Riwayat Bukhori, dhoif)

Canda Rasulullah dengan Istrinya


Aisyah RA berkata,
"Aku pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat beliau, "Silakan kalian berjalan duluan!" Para sahabat pun berjalan duluan semua, kemudian beliau berkata kepadaku, "Marilah kita berlomba." Aku pun menyambut ajakan beliau dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari. Beberapa waktu setelah kejadian itu dalam sebuah riwayat disebutkan: "Beliau lama tidak mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu." -suatu ketika aku bepergian lagi bersama beliau. Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. "Silahkan kalian berjalan duluan." Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, "Marilah kita berlomba." Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku berkata, "Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?" Beliau berkata, "Marilah kita mulai." Aku pun melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata, "Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu."
(HR. Ahmad dan Abi Dawud)
Rasulullah SAW juga pernah bersabda kepada 'Aisyah,
"Aku tahu saat kamu senang kepadaku dan saat kamu marah kepadaku."
Aisyah bertanya,
"Dari mana engkau mengetahuinya?"
Beliau menjawab,
"Kalau engkau sedang senang kepadaku, engkau akan mengatakan dalam sumpahmu "Tidak demi Tuhan Muhammad" Akan tetapi jika engkau sedang marah, engkau akan bersumpah, "Tidak demi Tuhan Ibrahim!". Aisyah pun menjawab, "Benar, tapi demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan meninggalkan, kecuali namamu saja."
(HR Bukhari dan Muslim)

(dikutip dari http://duniaifat.blogspot.com/2011/11/tertawa-dalam-islam.html)

Gambar:http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Cerita-Kita/Cerpen/Upah-yang-Setimpal

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: