Powered by Blogger.
RSS

Keberkahan Hidup

Berbicara mengenai keberkahan hidup, so pasti semua orang menginginkan, tak terkecuali siapa pun orangnya, yang tua, muda, atau apalah,pasti ingin hidup yang berkah. Nah, tadi pagi di pengajian kantor yang biasa diadakan setiap kamis, dua kali dalam sebulan, baru aja bahas tentang keberkahan hidup. Tak coba dikit berbagi dengan sobat semua.

Rujukannya bisa baca trus telaah terjemahan surat ketiga ( Ali Imran ayat 132-134), mari berselancar dengan keindahan dan kemuliannya Alqur'an pegangan hidup kita. Kata ustadznya, kehidupan sangat penting bagi makhluk, nah sudah barang tentu kita setuju sekali dengan pernyataan yang disampaikan ustadz tersebut. Oke, berikut penuturannya. Kehidupan yang berkah jelas berkah di dunia dan berkah di akhirat. Ada tiga macam keberkahan hidup yaitu: 

1. Melaksanaan perintah Alloh SWT dan Rasul
2. Patuh kepada Orang tua
3. Bermanfaat bagi masyarakat

Saya akan coba sedikit uraikan, tiga hal tersebut tidak jadi bahan asing lagi bagi kita, mau jadi perfect sudah pasti harus ikuti tiga hal tersebut, berbicara tentang orang tua tak akan habis rasanya tinta pena, karena sungguh saya sangat mencintai orang tua.yang lebih dahulu tentu saja Alloh swt dan Nabi Muhammad SAW. Nah..yang menarik kali ini akan saya bahas tentang poit nomor tiga yakni bermanfaat bagi masyarakat, klo dari sosiologinya kita ini "zoon politicon" artinya makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Sepakat jika kita gabungkan dengan agama kita, kita haruslah menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain terutama untuk agama kita, bekerja ikhlas serta tak lupa juga memahami setiap sikap dan karakter setiap pribadi agar tercipta suasana yang tenag,rukun dan so pasti bahagia, apalagi kita yang sering berinteraksi dengan masyarakat yang bervariasi, mulai dari tingkat pengetahuan ataupun kelas ekonomi.Yang pasti dimata Alloh SWT berbedanya hanyalah Ketaqwaan kita padaNya. Mari sobat sekali lagi mari kita jadikan hidup kita yang hanya sekali ini menjadi hidup yang penuh berkah di dunia dan di akhirat kelak..amin..

gambar: http://aa-rezeki.blogspot.com/2009/12/agar-rizki-mendapat-keberkahan.html


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Berinteraksi dengan Al Qur'an

Kita adalah apa yang kita pikirkan, pastikan setiap yang kita pikirkan adalah berkwalitas dan bermanfaat untuk diri kita. Sudah jarang tak berkunjung ke lapak ini, sekarang saya mencoba untuk berpikir banyak yang baik-baik..nah kali ini salah satunya setelah kita tumbuhkan cinta kita pada Alqur'an, sekarang berinteraksi dengan Alqu'ran tentu sangat banyak nilai positifnya. Tulisan berikut saya ambil dari karangan Ust. Dr. Yusuf al Qaradhawi yang diambil dari sumber: http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Etc/Interaksi.html. SEmoga bermanfaat untuk saya dan kita semua, terutama untuk yang berbagi banyak akan kebaikan tulisan ini, berkah dan keridhoan Alloh swt untuk Ust. Dr. Yusuf al Qaradhawi, berkat karya dan ketaatannya, banyak ilmu yang bisa kita ambil, berikut tulisan yang saya copas:

"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya." ( Al Kahfi: 1-3)
Salawat serta salam bagi Nabi yang mu'jizatnya Al Qur'an, imamnya Al Qur'an, akhlaqnya Al Qur'an, dan penghias dadanya, cahaya hatinya juga penghilang kesedihannya adalah Al Qur'an: Nabi Muhammad bin Abdullah, dan keluarganya serta para sahabatnya, yang beriman dengannya, mendukung dan membantunya, serta mengikuti cahaya yang diturunkan kepadaanya, mereka adalah orang-orang yang beruntung, dan seluruh orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Amma ba'du:
Rabb kita telah memberikan kemuliaan kepada kita --sebagai kaum Muslimin-- dengan menganugerahkan kitab suci yang terbaik yang diturunkan kepada manusia. Rabb kita juga, telah memuliakan kita dengan mengutus nabi yang terbaik yang pernah diutus kepada manusia. Sesuai firman Allah SWT:
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?" (Al Anbiyaa: 10).
Kitalah, kaum muslimin, satu-satunya umat yang memeliki manuskrip langit yang paling autentik, yang mengandung firman-firman Allah SWT yang terakhir, yang diberikan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia. Dan anugerah itu terus terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata maupun makna. Karena Allah SWT. telah menjamin untuk memeliharanya, dan tidak dibebankan tugas itu kepada siapapun dari sekalian makhluk-Nya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al Hijr: 9).
Al Qur'an adalah kitab Ilahi seratus persen: "(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu." (Huud: 1)
"Dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." ( Fush-shilat: 41-42)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab agama atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan, kecuali Al Qur'an. Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu hurup-pun darinya.
Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal dan dijelaskan, sebagaimana bentuknya saat diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan ruh yang terpercaya (Jibril).
Al Quran berisikan seratus empat belas surah. Seluruhnya dimulai dengan basmalah (bismillahirrahmanirrahim). Kecuali satu surah saja, yaitu surah at Taubah. Ia tidak dimulai dengan basmalah. Dan tidak ada seorang pun yang berani untuk menambahkan basmalah ini pada surah at Taubah, baik dengan tulisan atau bacaan. Karena, dalam masalah Al Qur'an ini, tidak ada tempat bagi akal untuk campur tangan.
Perhatian kaum muslimin terhadap Al Quran sedemikian besarnya, hingga mereka juga menghitung ayat-ayatnya --bahkan kata-katanya, dan malah hurup-hurupnya--. Maka bagaimana mungkin seseorang dapat menambah atau mengurangi suatu kitab yang dihitung kata-kata dan hurup-hurupnya itu?!
Tidak ada di dunia ini suatu kitab yang dihapal oleh ribuan dan puluhan ribu orang, di dalam hati mereka, kecuali Al Qur'an ini, yang telah dimudahkan oleh Allah SWT untuk diingat dan dihapal. Maka tidak aneh jika kita menemukan banyak orang, baik itu lelaki maupun perempuan, yang menghapal Al Qur'an dalam mereka. Ia juga dihapal oleh anak-anak kecil kaum Muslimin, dan mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Demikian juga dilakukan oleh banyak orang non Arab, namun mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Dan salah seorang dari mereka, jika Anda tanya: "siapa namamu?" --dengan bahasa Arab-- niscaya ia tidak akan menjawab! (Karena tidak paham bahasa Arab!, penj.). Ia menghapal Kitab Suci Rabbnya semata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, meskipun ia tidak memahami apa yang ia baca dan ia hapal, karena ia tertulis dengan bukan bahasanya.
Al Qur'an tidak semata dijaga makna-makna, kalimat-kalimat serta lafazh-lafazhnya saja, namun juga cara membaca dan makhraj hurup-hurupnya. Seperti kata mana yang harus madd (panjang), mana yang harus ghunnah (dengung), izhhar (jelas), idgham (digabungkan), ikhfa (disamarkan) dan iqlab (dibalik). Atau seperti yang digarap oleh suatu ilmu khusus yang dikenal dengan "ilmu tajwid Al Qur'an".
Hingga rasam (metode penulisan) Al Qur'an, masih tetap tertulis dan tercetak hingga saat ini, seperti tertulis pada era khalifah Utsman bin Affan r.a., meskipun metode dan kaidah penulisan telah berkembang jauh. Hingga saat ini, tidak ada suatu pemerintah muslim atau suatu organisasi ilmiah pun, yang berani merubah metode penulisan Al Qur'an itu, dan menerapkan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku bagi seluruh buku, media cetak, koran dan lainnya yang ditulis dan dicetak, bagi Al Qur'an.
Allah SWT menurunkan Al Qur'an untuk memberikan kepada manusia tujuan yang paling mulia, dan jalan yang paling lurus.
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus." (Al Israa: 9)
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." ( Al Maaidah: 15-16)
Al Qur'an adalah "cahaya" yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, di samping cahaya fithrah dan akal:
"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)." (An Nuur: 35). Dan Al Qur'an mendeskripsikan dirinya sendiri sebagai cahaya, dalam banyak ayat.
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an)." (An Nisaa: 174)
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan." (At Taghaabun: 8).
Dan berfirman kepada para sahabat Rasulullah Saw dengan firman-Nya:
"Dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an)." (Al A'raaf: 157)
Di antara karakteristik cahaya adalah: Dirinya sendiri telah jelas, kemudian ia memperjelas yang lain. Ia membuka hal-hal yang samar, menjelaskan hakikat-hakikat, membongkar kebatilan-kebatilan, menolak syubhat (kesamaran), menunjukkan jalan bagi orang-orang yang sedang kebingungan saat mereka gamang dalam menapaki jalan atau tidak memiliki petunjuk jalan, serta menambah jelas dan menambah petunjuk bagi orang yang telah mendapatkan petunjuk. Dan jika Al Qur'an mendeskripsikan dirinya sebagai "cahaya", dan dia adalah "cahaya yang istimewa", ia juga mendeskripsikan Taurat dengan kata yang lain:
"Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)."
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)". (Al Maaidah: 44)
Demikian juga mendeskripsikan Injil seperti itu, seperti dalam firman Allah SWT tentang Nabi 'Isa:
"Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) ." (Al Maidah: 46)
Perbedaan dalam dua pengungkapan itu menunjukkan perbedaan antara Al Qur'an dengan kitab-kitab suci lainnya. Seperti diungkapkan oleh Al Bushiry dalam Lamiah-nya:
"Maha Besar Allah, sesungguhnya agama Muhammad Dan kitab sucinya adalah kitab suci yang paling lurus dan paling teguh Jangan sebut kitab-kitab suci lainnya di depannya Karena, saat mentari pagi telah bersinar, ia akan memadamkan pelita-pelita".
Hal itu karena Al Qur'an ini datang untuk membenarkan kitab-kitab suci yang telah turun sebelumnya. Yaitu yang berkaitan dengan pokok-pokok aqidah dan akhlak, sebelum kitab-kitab itu dipalsukan dan diubah tangan manusia. Al Qur'an juga mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu dengan mengoreksi dan meluruskan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan yang telah disisipkan oleh manusia dalam kitab-kitab itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu." (Al Maaidah: 48)
Al Qur'an --sebagaimana ia diturunkan oleh Allah SWT-- mempunyai keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa dibanding kitab suci lainnya. Ia adalah kitab Ilahi, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab yang memberikan penjelasan dan dimudahkan untuk dipahami, kitab suci yang dijamin pemeliharaan keautentikannya, kitab suci bagi agama seluruhnya, kitab bagi seluruh zaman, dan kitab suci bagi seluruh manusia.
Al Qur'an juga mempunyai maksud dan tujuan yang dibidiknya, di antaranya: meluruskan kepercayaan-kepercayaan dan pola pandang manusia tentang Tuhan, kenabian, dan balasan atas amal perbuatan, serta meluruskan pola pandangan tentang manusia, kemuliaannya dan menjaga hak-haknya, terutama bagi kalangan yang lemah dan tidak berpunya.
Ia juga bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan Rabbnya, agar manusia hanya menyembah-Nya semata dan bertaqwa kepada-Nya dalam seluruh urusannya.
Al Qur'an juga bertujuan untuk membersihakan jiwa manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya.
Ia juga berusaha membentuk keluarga yang kemudian menjadi pangkal kedirian suatu masyarakat. Juga mengajarkan sikap adil terhadap kalangan perempuan, yang merupakan pokok utama dalam bangunan keluarga.
Al Qur'an juga membangun umat yang saleh, yang dianugerahkan amanah untuk menjadi saksi bagi manusia, yang diciptakan untuk memberikan manfaat bagi manusia dan memberikan petunjuk bagi mereka.
Setelah itu, mengajak untuk menciptakan dunia manusia yang saling kenal mengenal dan tidak saling mengisolasi diri, saling memberi maaf dan tidak saling membenci secara fanatik, serta untuk bekerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan, bukan dalam kejahatan dan permusuhan.
Kita berkewajiban untuk memperlakukan Al Qur'an ini secara baik: dengan menghapal dan mengingatnya, membaca dan mendengarkannya, serta mentadabburi dan merenungkannya.
Kita juga berkewajiban untuk berlaku baik terhadapnya dengan memahami dan menafsirkannya. Tidak ada yang lebih baik dari usaha kita untuk mengetahui kehendak Allah SWT terhadap kita. Dan Allah SWT menurunkan kitab-Nya agar kita mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya, serta mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap orang berusaha sesuai dengan kadar kemampuannya.
Namun yang disayangkan, dalam bidang ini telah terjadi kerancuan yang berbahaya, yaitu dalam memahami dan menafsirkan Al Qur'an. Oleh karena itu harus dibuat rambu-rambu dan petunjuk yang mampu menjaga dari kekeliruan dalam usaha ini, serta perlu diberikan peringatan tentang ranjau-ranjau yang menghadang di jalan, yang dapat berakibat patal jika dilanggar.
Tidak selayaknya umat Al Qur'an mengalami hal yang sama yang pernah terjadi dengan umat Taurat, yang diungkapkan oleh Al Qur'an dalam firman-Nya:
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal." (Al Jumu'ah: 5).
Kita juga harus berlaku baik terhadap Al Qur'an dengan mengikuti petunjuknya, mengerjakan ajarannya, menghukum dengan syari'atnya serta mengajak manusia mengikuti petunjuknya. Ia adalah manhaj bagi kehidupan individu, undang-undang bagi aturan politik, serta petunjuk dalam berdakwah kepada Allah SWT.
Inilah yang berusaha dilakukan buku ini dalam empat bab utamanya, dengan bertumpu --terutama-- pada Al Qur'an itu sendiri, karena ia adalah objek kita, namun ia juga petunjuk itu.
Umat kita pada abad-abad pertama --yang merupakan abad-abad yang paling utama-- telah berinteraksi dengan baik terhadap Al Qur'an. Mereka berlaku baik dalam memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya, berlaku baik dalam mengimplementasikannya secara massive dalam kehidupan mereka, dalam bidang-bidang kehidupan yang beragam, serta berlaku baik pula dalam mendakwahkannya. Contoh terbaik hal itu adalah para sahabat. Kehidupan mereka telah diubah oleh Al Quran dengan amat drastis dan revolusioner. Al Qur'an telah merubah mereka dari perilaku-perilaku jahiliyah menuju kesucian Islam, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan ke dalam cahaya. Kemudian mereka diikuti oleh murid-murid mereka dengan baik, untuk selanjutnya murid-murid generasi berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan baik pula. Melalui mereka itulah Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia, membebaskan negeri-negeri, memberikan kedudukan bagi mereka di atas bumi, sehingga mereka kemudian mendirikan negara yang adil dan baik, serta peradaban ilmu dan iman.
Kemudian datang generasi-generasi berikutnya, yang menjadikan Al Qur'an terlupakan, mereka menghapal hurup-hurupnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al Qur'an, tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al Qur'an serta tidak menganggap kecil apa yang dinilai kecil oleh Al Qur'an. Di antara merek ada yang beriman dengan sebagiannya, namun kafir dengan sebagiannya lagi, seperti yang dilakukan oleh Bani Israel sebelum mereka terhadap kitab suci mereka. Mereka tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al Qur'an, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al Qur'an, namun mereka lupa bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikut dan menjalankan hukum-hukumnya. Seperti difirmankan oleh Allah SWT:
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al An'aam: 155)
Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan, ketertinggalan dan keterpecah-belahan mereka selain dari kembali kepada Al Qur'an ini. Dengan menjadikannya sebagai panutan dan imam yang diikuti. Dan cukuplah Al Qur'an sebagai petunjuk:
"Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?." (An Nisaa: 122)

Berinteraksi dengan Al Qur'an
Penulis: Dr. Yusuf al Qaradhawi
Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani dan M. Yusuf Wijaya
Penerbit: Gema Insani Press
Tahun Terbit: Jakarta, 1999

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Agar Kita Cinta Al Quran

Apabila kita memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa masih banyak di antara kaum Muslimin yang amat jauh dari Al Quran, bahkan begitu sangat jauhnya mereka dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalam Al Quran. Di antara mereka ada yang tidak mau atau malas membaca Al Quran, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja atau membacanya ketika ada acara-acara perlombaan saja. Ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi terjepit dan kesulitan. Ada juga yang sekedar membaca Al Quran, namun tidak mau mentadabburinya  (memperhatikan arti, maksud dan isinya), atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya. Bahkan, yang paling parah adalah ada orang yang menolak sebagian ayat-ayat-Nya dan selalu mempermasalahkannya.

Mengapa demikian? Apa sebabnya? Penyebab utamanya adalah tidak adanya kecintaan kepada Al Quran. Rasa cinta kepada Al Quran itu telah redup dan menghilang atau bahkan rasa cinta itu telah mati.
Sesungguhnya jika hati ini cinta kepada sesuatu, maka dia akan tertambat dan bergantung kepadanya, selalu merasakan kesenangan bersamanya dan  kerinduan ingin bertemu dengannya serta tidak ingin berpisah dan jauh-jauh darinya. Begitu juga terhadap Al Quran. Jika hati seseorang sudah mencintainya, maka dia akan merasakan kenikmatan ketika membacanya, merasa senang dan gembira saat bersamanya. Dia akan berusaha untuk mengetahui, memahami dan menyelami arti dan makna yang terkandung di dalamnya.  Sebaliknya, jika tidak ada kecintaan, maka hati ini akan sulit menerima Al Quran, terasa berat untuk  tunduk taat kepada Al Quran.
Kenyataan menunjukkan benarnya pernyataan ini. Sebagai contoh; seorang pelajar yang memiliki semangat, kesukaan, dan kecintaan pada suatu pelajaran tertentu, maka ia akan cepat menguasai apa yang telah diajarkannya, dia dengan segera dapat menyelesaikan tugas dan kewajibannya dalam waktu yang singkat.  Sebaliknya, siswa yang tidak suka pelajaran tersebut, maka ia tidak akan bisa menguasi pelajaran yang sudah disampaikan kecuali setelah mengulang-ulangnya berkali-kali. Dia menghabiskan banyak waktu untuk mempelajarinya, dan tidak bisa menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan baik.
Bagaimanakah cara menumbuhkan rasa cinta ini terhadap Al Quran? Sebelum dijawab, ada baiknya kita mengetahui tanda-tanda jika hati itu cinta kepada Al Quran.
Tanda-Tanda Kecintaan Hati kepada Al Quran
Kecintaan hati kepada Al Quran mempunyai beberapa tanda, di antaranya:
1.    Sebagaimana cintanya seseorang kepada sesuatu, cinta pada Al Quran pun ditandai dengan kesukaannya ketika bersua (berjumpa) dengannya.
2.    Tidak  merasa jenuh dan bosan ketika duduk-duduk bersama dan membacanya dalam waktu yang cukup lama.
3.    Jika jauh darinya, maka ia akan selalu merindukannya dan berharap bisa segera bertemu dengannya.
4.    Banyak berdialog dengannya dan meyakini petunjuk dan arahannya serta kembali kepadanya ketika menghadapi berbagai persoalan hidup, baik kecil maupun besar.
5.    Mentaatinya, baik dalam perintah maupun larangan.
Inilah tanda-tanda terpenting dan utama akan adanya rasa kecintaan seseorang kepada Al Quran. Jika salah satunya tidak ada, kecintaan itupun ikut berkurang. Maka, ukurlah diri kita dengan tanda-tanda utama tersebut di atas. Pertanyaannya sekarang adalah: “Apakah kita mencintai Al Quran?”
Cara Agar Hati Mencintai Al Quran
•    Berdo’a dan Bertawakkal hanya kepada Allah
Persoalan cinta adalah persoalan (qalbu) hati. Sementara kita tidak sanggup menguasai hati kita sendiri. Hati seseorang terletak di tangan Allah. Dia membuka dan menutup hati seseorang kapan saja Dia menghendaki, dengan hikmah-Nya, serta ilmu-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al Anfal: 24)
”…Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka…”(Al Kahfi: 57).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hati semua anak cucu Adam itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang lain bersabda:
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Sesungguhnya hati semua anak cucu Adam itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah subhanahhu wa ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
Oleh karena cinta letaknya di hati, dan hati berada di dalam genggaman Allah, maka memohonlah bantuan kepada Allah dan berdoalah  kepada-Nya agar Dia memberikan karunia kecintaan kepada Al Quran agar kita bisa mencintainya. Hendaknya berdo’a dengan tulus, penuh ketundukan, memohon dengan mendesak dan memohon dengan belas kasihan serta sangat berharap untuk segera diberi.
•    Berilmu, yaitu berusaha mempelajari dan memahami keagungan dan keutamaan Al Quran dan keutamaan orang-orang yang mempelajarinya, menghafalnya dan mengamalkannya.
Diantara keutamaan Al Quran dan keutamaan orang yang mempelajarinya, adalah:
  • Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan yang mengajarkannya.” (HR. Al Bukhari)
  • Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Al Quran dan saling mempelajari diantara mereka, kecuali turun kepada mereka ketentraman, mereka diliputi rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebut kebaikan mereka dihadapan makhluk yang mulia yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
  • Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan yang dilipatgandakan sepuluh kali lipat.  Nabi melanjutkan:” Aku tidak mengatakan bahwa Alif laam miim itu adalah satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi)
  • Dikisahkan oleh ’Aisyah radhiyallahu ’anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Orang yang membaca Al Quran dan ia pandai maka ia bersama para malaikat pembawa kitab yang mulia dan baik. Orang yang membaca Al Quran terbata-bata dan kesulitan maka ia mendapat dua pahala.” (HR. At Tirmidzi)
  • Umar bin Khatthab meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al Quran dan merendahkannya juga dengan kitab ini (Al Quran).” (HR. Muslim)
•    Bergaul dengan orang-orang shalih.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Perumpamaan teman yang shaleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium bau keharumannya. Sedangkan perumpamaan teman yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena bau asapnya”. (HR. Al Bukhari)
“Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan teman akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih teman pendamping.” (HR. Ahmad)
•    Bersabar, yaitu bersabar dalam ketiga hal di atas.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, (artinya):  “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah: 153)
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (QS. Muhammad: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar”. (HR. Al Hakim)
“Barangsiapa yang menjaga diri dari meminta-minta kepada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah. Dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup, maka akan diberi kekayaan (hati dan jiwa) oleh Allah. Dan barangsiapa yang berlaku sabar, maka akan dikurnia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas (manfaatnya) daripada kurnia kesabaran itu.” (Muttafaq ‘alaih).
Wallahu ta’ala a’lam.
(disadur dari Kunci-Kunci Tadabbur Al Quran,  karya Dr. Khalid al-Laahim dengan sedikit tambahan)

sumber: http://www.belajarislam.com/agar-kita-cinta-al-quran/
sumber gambar: http://nurulfalaahsoreang.wordpress.com/tag/cinta-alquran/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS