Powered by Blogger.
RSS

Berkaca Pada Palestina

Tulisan  ini tak sengaja saya nemu, kerinduan yang teramat tinggi dan kecintaa yang yang teramat dalam untuk saudara saudara seiman yang di sana di palestina sana.saya nemunya di sini 
 http://dinasulaeman.wordpress.com/2010/09/02/berkaca-pada-palestina-by-gina/#comment-2406

Puisi di bawah ini sangat mewakili isi hati saya, ditulis oleh seorang teman di fb. Lihatlah negeri ini, begitu bodoh dan lemah di hadapan zionisme berbaju korporat, tak mampu bersikap tegas di hadapan penghinaan yang nyata (misalnya, aksi Malaysia) maupun yang tersamar di balik kebaikan (misalnya, hutang pembangunan, hutang untuk perubahan iklim, hutang untuk ini..itu..). Puisi yang ditulis Gina adalah intisari, esensi, dan makna dari pembelaan pada Palestina. In fact, it’s not about them, it’s about us!
Berkaca Pada Palestina
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian bisa mengetahui tentang surga dan neraka…
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian bisa tahu cara melawan kezaliman
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian bisa belajar tentang kehidupan setelah kematian
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian bisa memiliki keteguhan dalam perjuangan
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian bisa bicara tentang keyakinan
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian bisa menjelaskan tentang keadilan yang melahirkan kedamaian
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian bisa belajar memaknai senyuman dibalik penderitaan
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian tahu cara mengusir penjajahan
Jika kalian tak berkaca pada Palestina
Bagaimana kalian bisa mengerti tentang arti persatuan…
*
(copas dari fb Regina Motinggo Tartilla)

gambar diambil dr:http://blogkuzainal.blogspot.com/2011/01/bantulah-palestina-dengan-taqwamu.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pergeseran Taqwa

Berbicara mengenai defenisi memiliki pengertian yang sangat luas, kali ini akan coba sedikit di bahas mengenai Hadits Arbain yang ke -3. Islam itu didirikan atas lima perkara (rukun Islam). Sehingga dapat dijelaskan bahwa tonggak bangunan islam itu didirikan di atas lima pokok tetapi untuk bangunan yang ada di atasnya sangatlah luas sekali. Ma'na Assyahadatain merupakan sumber sistem hidup, apakah kita masih tetap menghambakan diri kepada Alloh SWT ketika kita mendapatkan ujian? Jangan ada pergeseran taqwa kita kepada Alloh SWT ketika senang dan ketika menjalani sebuah ujian atau cobaan. Jangan hanya sibuk memikirkan sesuatu yang membuat energi kita habis sehingga Alloh SWT tergeserkan posisinya di hati kita dengan urusan pribadi kita sendiri. Kita butuh ketenangan jiwa, kita butuh terhubung denngan zat yang menciptakan kita tentu saja kita butuh tetap terhubung  dan tak bergeser ketaqwaan kita sedikit pun dari Alloh SWT ketika dalam keadaan apapun.

Disini dituntut keteguhan kita, teguh dalam mengarungi setiap bait-bait kehidupan ini, karena sudah sunnatullah nya kita butuh terikat dengan Alloh SWT, teguh dalam jalan dakwah ini, Alloh telah tentukan jalan untuk kita selama Alloh SWT masih menjadi nomor satu untuk kita, jangan sampai dunia yang fana ini mampu menggeser kecintaan kita padaNya karena sejatinya "kita yang butuh Alloh, bukan Alloh yang butuh kita, sama hal nya kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita. Allohuakbar..^^ "the best for all member of yasbi.."

materi tasqif yasbi kamis, 18 oktober 2012 by Ust. Gunawan Bulfi S.Th

sumber gambar: http://yasbi.org/?page_id=42

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Takdir terbaik dengan sabar

Hanya sebuah kata-kata yang sering kali membuat kita lupa bahwa hakikat diri kita membutuhkan kesabaran yang ektra,belumlah sabar jika hanya mengeluh, menyalahkan takdir bahkan menyalahkan orang lain dalam setiap kenyataan hidup kita. Berikut aku baru saja belajar banyak hal, eh..ternyata nemu tulisan pencerahan berikut ini.silahkan baca ya sobat..semoga bisa mencerahkan hati kita semua.

Beruntunglah menjadi seorang muslim karena Allah SWT secara lengkap dan sempurna telah menyediakan panduan hidup terbaik dan contoh manusia terbaik yang dapat dijadikan model terbaik dalam menjalani kehidupan sementara di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Termasuk tentunya di sini bagaimana mensikapi dengan benar persoalan-persoalan hidup yang pasti akan kita temui, karena dengan persoalan-persoalan itulah sesungguhnya Allah SWT menguji sejauh mana meningkatkan kualitas ketaqwaan seseorang di sisi Allah SWT.

Taqdir baik dan buruk merupakan ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT kepada setiap hambaNya. Sebagai contoh, kematian itu pasti akan datang menemui kita meskipun sangat mungkin kita merasa belum siap menghadapinya. Begitu juga bagaimana bentuk kehidupan kita setelah kematian—apakah mendapatkan kehidupan yang dicintai, diberkahi, dan diridhai Allah SWT atau sebaliknya—juga merupakan sebuah kepastian yang akan kita terima sebagai konsekuensi logis dari pilihan hidup yang dijalani selama diberi nafas kehidupan oleh Allah SWT. Menjalani kehidupan di dunia yang sangat-sangat singkat ini dibandingkan dengan kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti dengan menjadi seorang muslim yang meniatkan seluruh kegiatan yang dipilihnya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT yang telah menganugerahinya begitu banyak nikmat sehingga dipastikan tidak akan mampu menghitungnya. Menjadi seorang muslim yang menjadikan kecintaan, keridhaan, dan perjumpaan denganNya sebagai tujuan hidupnya, menjadikan dunia sebagai batu loncatan untuk menggapai kesuksesan sejati di kehidupan akhirat yang sejati.

Demikian juga dengan kegembiran dan kesedihan, kesuksesan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, sehat dan sakit, ketenangan dan kecemasan, siang dan malam, kehidupan dan kematian, merupakan sebagian kecil contoh yang menunjukkan bahwa Allah SWT telah menyatakan dengan tegas bahwa hidup ini sesungguhnya penuh dengan kepastian, bukan kemungkinan-kemungkinan. Bahwa kebaikan yang kita usahakan, sekecil apapun menurut penilaian kita pasti akan dibalas dengan kebaikan yang lebih banya. Bahkan, ketika kita baru berniat akan melakukan kebaikan dan kita tidak jadi melakukannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Apalagi ketika kita berniat melakukan kebaikan dan kemudian kita jadi melakukannya, maka Allah SWT mencatat di sisiNya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat bahkan sebanyak yang dikehendakiNya.

Tidaklah berlebihan bahwa menjadi seorang muslim pastilah menjadi orang paling berbahagia di muka bumi ini, karena apapun ketetapan Allah kepada hambaNya, kata Rasulullah SAW, semuanya pasti baik adanya. Sebagaimana diriwayatkan Muslim, dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan r.a, Rasulullah SAW bersabda”Sangat mengagumkan keadaan orang mukmin itu, sebab keadaan bagaimanpun baginya adalah baik dan tidak mungkin terjadi demikian, kecuali bagi orang mukmin saja. Jika mendapat nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya; dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka itupun baik baginya.”

Ibnu Qayyim Al Jauziyah r.a dalam bukunya Kemulian Syukur dan Keagungan Sabar mengingatkan kita untuk memahami konsep sabar secara menyeluruh. Sabar itu bukan hanya mampu menahan dirinya dari dorongan nafsu kemarahan (Hilm), tapi juga mampu menahan nafsu birahinya sehingga kemaluannya terjaga dari berbagai perbuatan terkutuk (‘Iffah), mampu menahan diri untuk tidak makan secara berlebihan atau secara terburu-buru (syara nafs/syaba’ nafs), dan mampu menahan diri untuk tidak senantiasa tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu (Waqar/Tsabat). Jangan mengaku sabar ketika kita masih suka membeberkan rahasia, suka mencari kambing hitam karena sabar itu adalah kitman sirr (mampu menahan diri untuk tidak mengatakan apa saja yang seharusnya tidak dikatakan), muru’ah (mampu menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain), dan syaja’ah (mampu menahan diri untuk tidak lari dan kabur dari masalah yang dihadapi). Orang sabar itu, lanjut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, zuhud/Qana’ah (mampu menjaga diri dari berbagai kelebihan dunia dan sanggup menyepelekannya; mengambil hanya sebagian kecil dari dunia untuk mencukupi kebutuhan, dermawan (mampu menahan diri untuk tidak pelit kepada orang lain), pemaaf/pemurah (mampu menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain, dan cerdik (mampu menahan diri untuk tidak berlaku malas dan ogah-ogahan dalam waktu yang seharusnya bergerak).

Maka, apapun yang ditetapkan Allah SWT kepada kita itu pasti baik adanya. Allah SWT tidak pernah memberi soal di luar kesanggupan kita untuk menyelesaikannya dan setiap soal itu pasti ada jawabannya. Jangan pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran untuk berputus asa dari rahmat Allah SWT karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan yang mengikutinya. Masihkah ada lagi alasan yang membuat kita terus menerus bersedih dan takut terhadap kehidupan dunia yang singkat, penuh permainan dan senda gurau ini?
( sumber: http://kaisrezeki.blogspot.com/2011/05/sabar-dan-syukur-cara-terbaik-menyikapi.html )

sumber gambar: http://www.ceritadanwarta.com/2012/07/orang-sabar-disayang-tuhan.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kuasai Quran, Tidak sampai lebih 20 Tahun, Mau? - Eramuslim

Kuasai Quran, Tidak sampai lebih 20 Tahun, Mau? - Eramuslim

Dari pola bacaan yang dilakukan, Anda bisa mendapati kepribadian manusia yang beragam.
Pernah ada sebuah riset meneliti orang orang yang kreatif dan dinamis, juga penelitian yang sama dilakukan terhadap orang orang berkepribadian pesimis dan apatis. Setelah lewat studi yang panjang, riset itu menyimpulkan bahwa orang yang biasa membaca komik komik super hero bergambar sejak usia kecil akan berkepribadian aktif dan KREATIF. Sedang yang mengkonsumsi koran harian, berita berita politik dan info yang tak berguna maka mereka akan PESIMIS dan negative thinking. Menariknya…, karakter ini terbentuk bila kebiasaan ini dilakukan rata rata hingga 20 TAHUN!
Di zaman ini, banyak kita dengar manusia dapat menghafal Al Quranul Karim 30 juz dalam tempo singkat. Ada yang dalam 3 tahun, 2 tahun, 1 tahun dan malahan ada dalam tempo bulan saja.
Bila kita berkaca kepada Rasulullah Saw dan para sahabat yang mulia. Mereka menghafal Al Quran lebih dari 22 tahun. Tidakkah kita sadari?!
Inilah sebuah pertanyaan besar…., “Apakah Rasul Saw & para sahabat kalah cerdas dengan manusia sekarang hingga menghafal Al Quran sedemikian lama?!”
Tentu Anda sepakat dengan saya bahwa pasti mereka tidak akan KALAH.
Maka salah 1 hikmah Al Quran diturunkan sedemikian lama adalah agar Al Quran bisa dinikmati, direnungi, dan diamalkan sehingga SEKALI dibacakan, maka akan HAFAL untuk selamanya.
Jumlah ayat Al Quran adalah 6236 ayat. Jika dalam 1 hari ada 1 ayat yang Anda baca, pahami, renungi, amalkan dan hafalkan…, insya Allah tidak sampai 20 tahun Anda akan menjadi penghafal dan pengamal Al Quran. Al Quran yang menjadi WATAK. Al Quran yg menjadi KARAKTER diri muslim sejati.
“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur angsur agar kamu membacakannya perlahan lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” QS. 17:106
Ayo semangat mencintai Al Quran…!
Mhn dishare bila berkenan

Wassalam,
Bobby Herwibowo
pin:286AB5EE

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Beberapa amalan dan do'a ketika turun hujan

Langitnya masih langit yang sama, sama- sam langit yang saat ini Alloh SWT turunkan hujan dengan segala keberkahannya, saat pikiran kembali segar sehabis menjalan ibadah sholat dzuhur, mari kita panjatkan do’a-do’a kita  karena salah satu waktu yang mustajab untuk berdo’a  ketika hujan turun, mari sobat kita pajatkan do’a agar kelak Alloh kabulkan do’a dan pinta kita. Nah..berikut bisa dibaca hasil copas.

Segala puji bagi Allah Ta'ala atas segala macam nikmat yang telah diberikan-Nya. Dan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Segala puji bagi Allah, pada saat ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan melalui kumpulan awan. Allah Ta'ala berfirman,
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)
"Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?" (QS. Al Waqi'ah [56] : 68-69)
Begitu juga firman Allah Ta'ala,
وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا (14)
"Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah." (QS. An Naba' [78] : 14)
Allah Ta'ala juga berfirman,
فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ
"Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya." (QS. An Nur [24] : 43) yaitu dari celah-celah awan.[1]
Merupakan tanda kekuasaan Allah Ta'ala, kesendirian-Nya dalam menguasai dan mengatur alam semesta, Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman sehingga pada tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk dipandang. Allah Ta'ala telah mengatakan yang demikian dalam firman-Nya,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fushshilat [41] : 39). Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca dapat melihat pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah keberkahan dengan mekarnya kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya kering tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.
Sebagai tanda syukur kepada Allah atas nikmat hujan yang telah diberikan ini, sebaiknya kita mengilmui beberapa hal seputar musim hujan. Untuk tulisan pertama, kami akan menjelaskan amalan-amalan yang semestinya dilakukan seorang muslim ketika hujan turun. Setelah itu, kita akan memperjari fenomena kilatan petir dan geledek. Dan terakhir kita akan mengkaji bersama mengenai beberapa keringanan di musim penghujan. Semoga bermanfaat.

:: Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan ::

[1] Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Tatkala Mendung
Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى نَاشِئاً فِي أُفُقٍ مِنْ آفَاِق السَمَاءِ، تَرَكَ عَمَلَهُ- وَإِنْ كَانَ فِي صَلَاةٍ- ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ؛ فَإِنْ كَشَفَهُ اللهُ حَمِدَ اللهَ، وَإِنْ مَطَرَتْ قَالَ: "اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً"
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna, pen) di salah satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya –meskipun dalam shalat- kemudian beliau kembali melakukannya lagi (jika hujan sudah selesai, pen). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun, jika turun hujan, beliau mengucapkan, "Allahumma shoyyiban nafi'an" [Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat]."[2]
'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata,
كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ، فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ ) »
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak ke depan, ke belakang atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah beliau. Apabila hujan turun, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mulai menenangkan hatinya. 'Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallammengatakan, "Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum 'Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), "Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka." (QS. Al Ahqaf [46] : 24)"[3]
Ibnu Hajar mengatakan, "Hadits ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya jika ia mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya."[4]
[2] Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan
Apabila Allah memberi nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya untuk membaca do'a,
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
"Allahumma shoyyiban naafi'aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]."
Itulah yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, 'Aisyah radhiyallahu 'anha,
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً »
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, "Allahumma shoyyiban nafi'an" [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]".[5]
Ibnu Baththol mengatakan, "Hadits ini berisi anjuran untuk berdo'a ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan."
Al Khottobi mengatakan, "Air hujan yang mengalir adalah suatu karunia."[6]
[3] Turunnya Hujan, Kesempatan Terbaik untuk Memanjatkan Do'a
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni[7] mengatakan, "Dianjurkan untuk berdo'a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
'Carilah do'a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun."[8]
Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa'd, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ المَطَرِ
"Dua do'a yang tidak akan ditolak: [1] do'a ketika adzan dan [2] do'a ketika ketika turunnya hujan."[9]
[4] Ketika Terjadi Hujan Lebat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo'a,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
"Allahumma haawalaina wa laa 'alaina. Allahumma 'alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan]."[10]
Ibnul Qayyim mengatakan, "Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam supaya berdo'a agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca do'a di atas."[11]
Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa do'a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya.[12]
[5] Mengambil Berkah dari Air Hujan
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, "Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?" Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى
"Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan."[13]
An Nawawi menjelaskan, "Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta'ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut."[14]
An Nawawi selanjutnya mengatakan, "Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama Syafi'iyyah tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadits ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang lebih berilmu melakukan sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaknya ia menanyakannya untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain."[15]
Dalam hal mencari berkah dengan air hujan dicontohkan pula oleh sahabat Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata,
أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ، يَقُوْلُ: "يَا جَارِيَّةُ ! أَخْرِجِي سَرْجِي، أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكاً [ق: 9].
"Apabila turun hujan, beliau mengatakan, "Wahai jariyah keluarkanlah pelanaku, juga bajuku"." Lalu beliau membacakan (ayat) [yang artinya], "Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya)." (QS. Qaaf [50] : 9)" [16]
[6] Dianjurkan Berwudhu dengan Air Hujan
Ibnu Qudamah mengatakan, "Dianjurkan untuk berwudhu dengan air hujan apabila airnya mengalir deras."[17]
Dari Yazid bin Al Hadi, apabila air yang deras mengalir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
اُخْرُجُوا بِنَا إلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللَّهُ طَهُورًا ، فَنَتَطَهَّرَمِنْهُ وَنَحْمَدَ اللّهَ عَلَيْهِ
"Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci." Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji Allah atas nikmat ini."[18]
Namun, hadits di atas adalah hadits yang lemah karena munqothi' (terputus sanadnya) sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi[19].
Ada hadits yang serupa dengan hadits di atas dan shahih,
كَانَ يَقُوْلُ إِذَا سَالَ الوَادِي " أُخْرُجُوْا بِنَا إِلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللهُ طَهُوْرًا فَنَتَطَهَّرُ بِهِ "
"Apabila air mengalir di lembah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, "Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci". Kemudian kami bersuci dengannya."[20]
[7] Janganlah Mencela Hujan
Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari Allah Ta'ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan, "Aduh!! hujan lagi, hujan lagi".
Perlu diketahui bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Ta'ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50] : 18)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
"Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam."[21]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman,
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِى الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
"Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti."[22]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ
"Janganlah kamu mencaci maki angin."[23]
Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.
Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, "Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat", tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa.[24]
Intinya, mencela hujan tidak terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan mencela Pencipta hujan yaitu Allah Ta'ala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur kepada-Nya sebagaimana telah diterangkan dalam point-point sebelumnya.
[8] Berdo'a Setelah Turunnya Hujan
Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama'ah shalat, lalu mengatakan, "Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?" Kemudian mereka mengatakan,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui". Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ »
"Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan 'Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah)maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza' (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang."[25]
Dari hadits ini terdapat dalil untuk mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Tidak boleh bagi seseorang menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur akbar yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam jika ia meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang menciptakan hujan. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini termasuk kufur ashgor (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang hanya sekedar waktu semata."[26]
Demikian beberapa amalan yang bisa diamalkan ketikan hujan turun.
Semoga Allah memudahkan posting selanjutnya mengenai fenomena kilatan petir dan geledek.


[1] Lihat Majmu' Al Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 24/262, Darul Wafa', cetakan ketiga, 1426 H.
[2] Lihat Adabul Mufrod no. 686, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
[3] HR. Bukhari no. 3206
[4] Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al 'Asqolani Asy Syafi'i, 6/301, Darul Ma'rifah, Beirut, 1379 H
[5] HR. Bukhari no. 1032, Ahmad no. 24190, dan An Nasai no. 1523.
[6] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 5/18, Asy Syamilah.
[7] Al Mughni fi Fiqhil Imam Ahmad bin Hambal Asy Syaibani, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, 2/294, Darul Fikr, Beirut, cetakan pertama, 1405 H.
[8] Dikeluarkan oleh Imam Syafi'i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma'rifah dari Makhul secara mursal. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami' no. 1026.
[9] HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami' no. 3078.
[10] HR. Bukhari no. 1014.
[11] Zaadul Ma'ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/439, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, tahun 1407 H.
[12] Lihat Dzikru wa Tadzkir, Sholih As Sadlan, hal. 28, Asy Syamilah.
[13] HR. Muslim no. 898.
[14] Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 6/195, Dar Ihya' At Turots Al ‘Arobiy, cetakan kedua, 1392 H.
[15] Syarh Muslim, 6/196.
[16] Lihat Adabul Mufrod no. 1228. Syaikh Al Albani mengatakan sanad hadits ini shohih dan hadits ini mauquf [perkataan sahabat].
[17] Al Mughni, 2/295.
[18] Dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro (3/359) dan Tuhfatul Muhtaj (1/567). Dikeluarkan pula oleh An Nawawi dalam Al Khulashoh (2/884) dan Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (1/216) [dinukil dari http://dorar.net ]. Lihat pula Zaadul Ma'ad, Ibnul Qayyim, 1/439. Hadits ini adalah hadits yang lemah karena munqothi' yaitu ada sanad yang terputus.
[19] Syaikh Al Albani dalam Dho'if Al Jaami' no. 4416 mengatakan bahwa hadits ini dho'if.
[20] HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Ahmad. Lihat Irwa'ul Gholil no. 679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih.
[21] HR. Bukhari no. 6478.
[22] HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah.
[23] HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka'ab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[24] Faedah dari guru kami Ustadz Abu Isa hafizhohullah. Lihat buah pena beliau "Mutiara Faedah Kitab Tauhid", hal. 227-231, Pustaka Muslim, cetakan pertama, Jumadal Ula 1428 H.
[25] HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71, dari Kholid Al Juhaniy.
[26] Kutub wa Rosa'il Lil ‘Utsaimin, 170/20, Asy Syamilah.
***
Sumber: Rumaysho site
Sumber: http://arrahmah.com/read/2011/11/25/16554-beberapa-amalan-dan-doa-ketika-turun-hujan.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Polri vs KPK

Pemberitaan dimedia akhir-akhir ini tak lepas dari permasalahan politik kepentingan, pemusnahan tanggung jawab atau apalah namanya, yang jelas tetaplah sebuah euforia kepemimpinan tanpa batas dan dedikasi kesungguhan dalam memimpin masihlah lemah di negeri ini, negeri yang kata sebagian orang sudah makmur tapi bagi banyak bagian orang bukanlah negeri yang baik dan maju untuk berkembang. Wahh..bahasa yang berat..tak apalah..coba berusaha menyesuaikan keadaan yang dilihat..didengar dan dirasakan..

Ada Polri di negeri ini, ada KPK dinegeri ini, pertanyaannya, sudah kah memberi perubahan untuk negeri ini?ada sisi positif yang kita inginkan dari perseteruan ini, bukan berarti bahagia atas perseteruan ini..ah sudahlah..kita ambil saja hikmahnya, mana yang salah dan benar, kita bisa menilai sendiri. Kalau saya sih, lebih suka ,mengangkatkannya sebagai sebuah intropeksi "politik kepentingan"..yah..politik kepentingan, satu sisi yang sulit untuk di telaah..mari kita muhasabah, tentang sebuah perjalanan pendewasaan berpolitik di negeri yang kaya akan poltik ini, di negeri yang mengagungkan demokrasi, mengagungkan kebebasan berpendapat. Sekali lagi berantas korupsi dengan jalan kebaikan dan berikan jalan untuk para penguasa yang berwenang menangani perkara sesuai kapasitas dan kapabelitas..Mari belajar untuk terus berbuat baik selamanya..hilangkan sega dendam..apalah itu namanya KPK vs Polri atau Cicak vs Buaya..mari berprasangka lah yang baik agar damai negeri ini..^^

gambar: http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/10/save-kpk-dukungan-pun-datang-dari-internal/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS