Powered by Blogger.
RSS

Menjadi Pemenang itu Butuh Proses


Sore masih saja ramai karena memang sore adalah waktu di saat banyak orang menyelesaikan banyak pekerjaannya. Begitu juga untuk para pelajar yang biasanya menggunakan waktu setelah belajar untuk pelajaran tambahan atau kegiatan ektrakurikuler yang mendukung kegiatan belajar. Tak berselang beberapa waktu saya menaiki sebuah angkutan umum yang memang pada pukul begitu anak sekolah juga sering naik, sehingga jadilah saya berdampingan dengan para anak sekolah. Beranekaragam memang prilaku dan tingkah laku mereka, tetap saja banyak pelajaran yang bisa ku ambil.
Seperti sore kali ini, mereka dua anak bujang memakai seragam Sekolah Menengah tepatnya mereka adalah berasah dari sekolah Aliyah. Aku telah lebih dahulu naik di angkot tersebut, sehingga ketika baru naik angkot, mereka memang sedang asyik berbicara berdua. Ada wajah lelah memang di wajah mereka, tapi volume suaranya sangat jelas terdengar di telinga ku. Percakapan singkat yang juga bisa kita jadikan telaah untuk diri kita masing-masing. Mereka pada awalnya berbicara mengenai nilai, tugas dan lain-lain, tapi ada satu hal yang sangat menarik untuk ku.

Mereka bertanya jawab dengan intonasi minang karena saya sedang berapa di daerah minang. Kira-kira dari yang kutafsirkan. Satu orang bertanya pada temannya, “Baa hafalan?(Bagaimana hafalan?)lalu dijawab lah sama temannya. “Paniang den ( pusing saya)”. “Baa tu?”(kenapa?), ditanya lagi oleh temannya. “Banyak bana yang harus di setor, tafsir ado pulo”(banyak sekali yang harus di setor, tafsir ada pula).Aku langsung tertarik, mereka tengah mengejar target tugas hafalan ayat serta hadist yang harus mereka setor kepada gurunya. “Aden baru bara ayat di setor”(saya baru beberapa ayat di setor)”. Dalam hati saya tertawa sendiri, jadi pelajar memang menyenangkan, tapi bagi mereka ku yakin sangat membebani. Namun, semua beban itu ku yakin suatu saat mereka akan merasakan manfaatnya. Lalu senyum ku, kembali terkembang kerena spontan saja, satu temanya berkomentar ringan, “aden baru tigo ayat yang hafal..haha”(saya baru tiga ayat yang hafal). Tiga ayat yang ku tahu, rata-rata orang lain sudah pada hafal karena memang sudah sangat sering dibaca, dan dugaan ku pun benar, temannya yang satu langsung berkomentar.”kalau itu, lah hafal juo mah”(kalau itu, sudah hafal juga), sehingga berderailah tawanya. Semabari berbincang, satu anak sekolah tadi langsung mengulang hafalan ayat yang telah ia hafal, kemudian, ia bertanya lagi pada temannya. “ayat yang ka anam baleh itu bunyi nyo kan?”sembari membaca ayat tersebut.(ayat yang ke enambelas itu bunyinya kan?)..yup..secera cepat ia menjawab betul. Seketika ada respon senang di hati ku, luar biasa, mereka ternyata mampu, kadang kala kita hafal mungkin, namun ketika ditanya ayat yang tak berurutan akan kesulitan, tapi mereka tidak, itupun yang ku tahu bukanlah surat yang berada di juz 30.

Penafsiran singkat memang, yang bisa ku ambil di sore kali ini, bisa memberi kontribusi positif untuk diri ku sendiri, ada mimpi kemenangan besar kelak di tangan banyak pemuda dan pemudi, tinggal bagaimana kita mengolahnya dengan baik. Nah..sahabat, hikmah yang bisa kita ambil dari sedikit prolog dan percakapan yang terdengar bagi ku selintas tersebut diantaranya adalah menjadi pemenang itu butuh proses. Disini, bisa kita lihat, tak gampang untuk bisa menghafal ayat demi ayat, apalagi dengan tuntutan belajar yang lain, atau tuntutan tugas yang lain, tentu sangat terasa membebani, namun yakinlah bahwa ketika kita telah mampu menghafalnya dan menjaga hafalannya, maka ada kepuasan tersendiri dalam diri kita, terlepas dari hubungan kita dengan yang menciptakan kita.

Tetaplah menjadi pemenang itu bisa mengalahkan kemalasan, kebosanan, kelelahan itu sangat sulit dan butuh proses. Untuk menjadi pemenang kebaikan juga malah lebih sangat sulit karena berbuat baik banyak sekali halangan, tetapi ketika kita telah berbuat baik, akan terasa banhwa pemenang itu sangat menyenangkan, Pemenang yang mampu mengalahkan nafsu diri, mengalahkan kekerdilan diri. Kita saja misalnya, adalah pemenang dari ribuah petarung untuk bisa berhasil terlahir ke dunia. Tetap saja, menjadi pemenang itu butuh proses. Proses yang kadangkala kita kurang sabar untuk melewatinya. Cobalah kembali sahabat, kita runut, betapa banyak beban tugas, dan pengharapan yang diinginkan lahir dari diri kita oleh guru atau orang tua dahulu?kita sering memang merasa terbeban pada saat itu, tetapi sekarang kita merasakan bagaimana hasilnya..baik bukan?

Jika jawaban sahabat “ya”, maka sudah ku pastikan, jawaban ku juga “ya” karena ketika melihat anak sekolah tadi pun, aku ingin sekali kembali seperti mereka, tapi tetap saja, itu tak akan mungkin karena prosesnya sudah berjalan. Sehingga mari sahabat, kita wujudkan segala mimpi dan keinginan kita dengan realisasi nyata, hal inilah yang akan kembali mewujudkan kita menjadi pemenang. Pemenang di dunia yang fana ini dan pemenang di akhirat kelak..karena sekali lagi menjadi pemenang itu butuh proses…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apakah yang Sedang Kau Tunggu


Sangat sering sekali kita menunggu, bahkan kadangkala kita menunggu untuk hal yang belum pasti, sehingga perlu kita garisbawahi untuk sebuah hikmah kali ini, yakni apakah lagi yang sedang kau tunggu?kita menunggu giliran antre di bank, bahkan rela berlama-lama menghabiskan waktu mengantre makanan yang sangat ingin kita makanan, kita mau menunggu berlama-lama untuk sebuah kepentingan yang tak bermanfaat. Namun, sahabat kadangkala kita tak mau berlama-lama untuk berdzikir pada Zat yang telah menciptakan kita, kita tak mau berlama-lama membaca Ayat cintaNya. Kita tak mau berlama-lama berbuat dan menebar kebaikan.

Apakah yang sedang kita tunggu sahabat, apakah akan selalu kita buang waktu kita menunggu sesuatu yang tak bermanfaat, bendengar nyanyian yang akan membuat kita tambah pusing, atau mungkin berlama-lama bercengkarama dengan teman sebaya untuk omongan yang tak jelas ujung pangkalnya. Relakah hati kita untuk tenang berlama-lama bemohon ampun atas dosa dan kekhilafan kita dalam sujud panjang kita? atau kita masih dikalahkan oleh egoisme kita sendiri untuk lebih enak tidur dan bermalas-malasan dalam kamar, hanya untuk sebuah khayalan yang tak pasti.

Marilah sahabat, kita singkirkan segala antrean panjang yang tak bermanfaat, apakah yang sedang kau tunggu? mari kita ambil buku-buku pelajaran, kita ambil Alqur'an kita, kita ambil sajadah kita, kita sucikan diri kita, untuk kemudian dengan keikhlasan kita berlama-lama bercengkrama dengan Zat yang telah menciptakan kita. Memberi kita kehidupan untuk hanya beribadah kepadaNya, diberinya kita segala nikmat, yang tanpa kita sadari telah kita gunakan untuk yang tak bermanfaat, sehingga sahabat kita ternyata telah lama menunggu hanya untuk yang tak bermanfaat. Sekarang, mari kita kuatkan azzam untuk bisa berlama-lama dalam ibadah kepadaNya, dalam sholat malam kita yang panjang dengan penuh kekhusukan karena kita punya contoh teladah Rasulullah Muhammad SAW yang ikhlas berlama-lama dalam ibadah malamnya sampai kakinya bengkak. Kita bagaimana kah?Apakah lagi yang sedang kau tunggu?mari kita tunggu dengan ibadah yang sebaiknya..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Berkaca pada Ketangguhan

Ketangguhan seperti apa yang hendak kita contoh?, seperti ketangguhan para sahabat melindungi Nabi Muhammad SAW dari serangan musuh kaum kafir, atau ketangguhan para ibu dalam mendidik anak-anaknya, atau seperti ketangguhan para bapak untuk menafkahi keluarganya, atau ketangguhan para murobbi dalam menularkan ilmunya pada binaannya. Ketangguhan yang seperti apakah wahai saudaraku?Tentu, kita akan kembali menelaah pada diri kita masing-masing, ingin berkaca pada ketangguhan yang seperti apakah saya ini?

Langit siang sangatlah cerah sekali, secerah kicauan burung-burung pipit yang bertengger di pohon akasia milik jalan-jalan pemerintah, suhu yang tak terlalu panas berubah sedikit hangat karena siang sudah lewat di batas tengah. Jalanan yang seperti biasa ramai oleh para pengendara dan para ibu dan bapak yang tengah asyik berbelanja panganan dan asesoris untuk keluarga mereka, ada sejumput bahagia saat kita pandangi para jiwa tengah asyik bercengkrama membahas hidup dan kehidupan serta belajar untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih kekal abadi dengan kebaikan.

Kita akan banyak belajar akan ketangguhan, kali ini berjalan di sisi jalanan panas yang sangat ramai di kunjungi para wisatawan lokal ataupun wisatawan asing. Ada ibu muda tengah menggendong bayi mungil yang sangat imut, dengan rambut ikal bayi itu ditambah senyum bayi lelaki yang sangat girang ketika dibawa keluar oleh ibunya, dengan payung yang dikembang plus kelengkapan pakaian orok, lengkap dengan kasur tipis khusus bayi. Tahukah sahabat, setelah seharian berkutat di hari libur, meyiapkan seluruh keperluan keluarga, sang ibu muda dengan empat orang anak masih sangat energik untuk bisa berbagi ilmu untuk para muda yang haus akan ilmunya.

Ketangguhan seorang ibu lah yang akan kita bahas dalam wacana kali ini, selamanya untuk bahasan ibu, tak akan habis dan kering lidah kita untuk berucap subhanallah dan alhamdulillah atas segala jasa dan pengorbanan seorang ibu. Kita tentu sudah sangat tahu karena kita telah merasakan menjadi anak dan suatu saat tentu jika Allah SWT izinkan kita akan bertambah syukur ketika anak kita sendiri berhasil dibawah didikan kita. Berkaca dari ketangguhan sang ibu, selamanya perjuangan beliau tak akan habis-habisnya. Menembus siang dengan aktifitasnya, mengejar ibadah dengan karyanya, mengejar impian dengan keuletannya, mengejar syurga dengan tangan-tangan yang selalu telaten mengurus anak dan keluarga, ketangguhan yang seperti apakah lagi yang akan kita contoh? Berkaca pada ketangguhan banyak ibu sukses dalam realita kehidupan ini terutama untuk para ibu yang selalu kucintai seutuhnya.

Ketangguhan yang seperti apakah yang akan kita contoh?masih kurang tangguhkah kita untuk hanya sekedar mencontoh kebaikan, atau malah kita lupa untuk berdo'a pada zat Yang menciptakan kita. Aku tersadar bahwa selamanya kita harus terus berkaca pada ketangguhan..

Dan Robbmu berfirman: "berdo'alah padaKu niscaya akan Ku kabulkan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk jahanam dengan hina" (QS 40:60)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kita dan Lingkungan..


Mau tau cara menjelaji diri untuk bisa bertahan maksimal, maka perlu kita bahas seperti apakah lingkungan kita untuk bisa bertahan baik. Kita tentu pernah membayangkan bermain dengan salju yang turun sangat dingin, sedangkan kita tinggal dan menetap di daerah yang tak turun salju sedikit pun, kita juga pernah membayangkan berada di daerah yang daun-daunnya berguguran semua karena kering dan memang sedang dalam musim gugur, kemudian kita akan bisa juga membayang memegang pinguin yang bermain di bongkahan salju. Kemudian suatu ketika Allah SWT takdirkan kita berada pada tempat-tempat yang memang sebelumnya sudah pernah kita bayangkan namun belum pernah kita lalui berada di lingkungan seperti itu.

Suatu ketika kita akan bertanya-tanya bagaimana rasanya tinggal di daerah panas?sedangkan selama ini kita tinggal menetap di daerah yang penuh salju. Ternyata, saudari ku berdasarkan hasil pengamatan, kita bisa melewati semuanya, kita bisa bertahan di kondisi apapun karena ada tekad dan keinginan yang kuat untuk bisa bertahan. Misalnya saja, kita biasa hidup sederhana, maka jika kita dihadapkan oleh persoalan yang menuntut kita sederhana, kita akan berusaha sederhana karena lingkungan akan sangat besar pengaruhnya dalam mendidik kita. Kita terlena dengan segala realita, padahal suatu saat kita akan banyak dihadapkan oleh realita yang berbeda. Selamanya kita akan dipengaruhi oleh lingkungan yang kita hadapi.

Berbicara mengenali lingkunga, tentu kita tak ingin seperti hewan bunglon yang selalu berubah-ubah menyesuaikan tempatnya, namun kita bisa menjadi kumbang, yang menghisap dari sari bunga yang baik-baik saja, singkirkan segala permasalahan lingkungan yang akan membuat diri kita tak baik, sekalipun itu sulit namun yakinlah kita pasti bisa, karena contoh di atas sangat besar mengajarkan pada kita, walaupun kita terpasa hidup di daerah yang suhunya panas, toh jika dihadapkan dengan suhu dingin sekalipun kita akan berusaha bertahan dengan langkah-langkah strategis yang baik.

Selamanya kita dan lingkungan adalah satu, tinggal bagaimana kita mencari dan bertahan di lingkungan yang kita pilih, sekalipun sulit bertahan, yakinlah kita pasti bisa berbuat yang terbaik jika memang ada kemauan. Selamanya kita akan bahagia jika menemukan lingkungan yang sangat baik dan mengerti kita namun kita akan dididik menjadi orang yang berjuang, jika kita memang dihadapkan terhadap realita..sehingga ku ucapkan pada diri ku dan kita semua..kita bisa menjadi orang yang mampu menjadi baik dalam segala hal..!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Saat Nyawa Tak di Badan Lagi


Hujan turun sangat lebatnya, air menggenang di jalanan yang biasa tergenang karena kurang perembesan di samping kanan dan kiri jalan, hanya ada sawah yang mulai ditanami padi yang masih hijau tegak. Deru-deru mesin mobil yang terkena air hujan menggenang menembus jalan utama. Tak lama lagi ada sederetan mobil yang membawa jenazah yang jelas tak bernyawa lagi.

Ada duka yang teramat dalam dalam wajah-wajah milik keluarga dan para pelayat yang berseragam hitam-hitam, hujan masih saja menyisakan tangis saat jenazah di angkat ke ruangan besar milik keluarga, hanya ada teriakan-teriakan histeris keras, pekikan demi pekikan yang belum sabar menerima kenyataan bahwa orang yang sangat dicintai telah dahulu di panggil oleh Yang Menciptakannya. Tangisan yang berlomba-lomba dengan derasnya hujan menambah suasana duka, jenazah yang tak bisa lagi berkata-kata hanya bisa ditangisi deras seperti itu. Aku hanya bisa terdiam menatap banyaknya pelayat. Semua orang hanya sibuk menyaksikan suasana duka sembari mengirimkan do'a.

Saat nyawa tak lagi di badan, tak ada yang akan di bawa selain amal dan badan yang dibungkus dengan kain kafan putih. Tak guna harta berlimpah, kekuasaan besar, kendaraan mewah, ia hanya sebagai bagian dari kehidupan, selamanya tak kan pernah di bawa.

Saat kita lahir ke dunia, semua wajah bahagia karena kehadiran kita, ada bahagia yang teramat dalam dari wajah-wajah keluarga, tangis yang kita keluarkan sebagai bukti kita telah lahir di sambut dengan tawa lepas dan syukur yang teramat dalam. Sembari azan dilirihkan di telinga kita. Namun, jika nyawa tak lagi di badan, tangis banyak orang yang mengiringi kita. Akankah kita di didik menjadi orang yang baik, ketika hidup selalu menularkan kebaikan, sehingga kelak jika telah tiada sangat banyak orang lain kehilangan, atau sebaliknya?

Saat keranda kematian telah diusung menuju tempat penguburan, tak ada lagi yang tersisa, hanya ruangan kecil, gelap yang akan setia menemani tubuh kita sampai datang hari akhir. Aku belajar akan banyak hal, bahwa hidup ini hanyalah sekejap saat kusaksikan, tubuh tak bernyawa itu perlahan di masukkan ke liang lahat, di tutup kemudian ia hanya tinggal sendiri di dalam sana. Tak ada yang menemani kecuali amalnya saja.

Kita yang sekarang berstatus sebagai pelayat, suatu saat yang telah Allah SWT tentukan akan melewati masa itu, sehingga marilah sahabat kita awali setiap hari dengan senantiasa meyakini bahwa hidup sangat singkat dan harus kita buat menjadi berarti dan bermanfaat dengan sembari memperbaiki diri dan beribadah sebaik mungkin karena saat nya tak di badan lagi, maka semuanya telah terlambat..
(saat jadi pelayat..ku temukan banyak hikmah dalam kehidupan yang fana ini)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bertarung dengan Angin



Pagi menjelang siang yang sangat indah, banyak keberkahan di setiap waktunya karena ada-ada waktu-waktu dimana ada sujud dan sedekah sebegai bukti syukur dan penghambaan pada Zat Yang Maha Besar. Langit biru dengan warna biru lembut disertai sedikit awan putih menambah corak di angkasa sana, berderet kisaran bukit hijau sebagai pagar alam. Dari kejauhan kusaksikan dedauan mungil melambai lembut sebagai bukti ada angin kecil yang bertiup di sana.Mmm...udara yang sangat segar dari hasil pembakaran yang dikeluarkan oleh tumbuhan yang mengandung klorofil.




Perlahan terdengar deru mesin yang tak beraturan, karena jauh di sudut sana banyak manusia sedang bertarung memperjuang hidup demi suapan-suapan nasi untuk anak bini nya. Hilir mudik, kian kemari menjajakan makanan harian, berdiam di depan pagar sekolah saat anak-anak keluar istirahat, kue jajanan keliling yang sangat digemari oleh anak-anak. Angin masih saja sama sejuknya, sesejuk rezeki yang di curahkan pada hamba yang mau berusaha sedari pagi.

***

Duduk bersila sembari mengambil seteguk kopi panas mengepul, sedari pagi hanya duduk di beranda rumah, tak ada yang bisa di lakukan oleh bujang tanggung yang tentu arah dan tujuan, karena sudah beberapa waktu tak ada niat untuk berusaha keras merubah hidup yang terus terbawa angin kota, penggusuran, pemutusan hubungan kerja, Ah..sudahlah, angin padanya sedang tak bersahabat karena memang ia tak mau berusaha.

***

Malam telah larut, namun sang bapak di lain tempat masih saja setia menginjak mesin dinamo jahitan, untuk kemudian menyelesaikan jahitan para pelanggan, sekalipun angin malam telah terasa keras, ia masih saja berusaha demi pengisi perut keluarga.

***

Epilog di atas hanya ku urai sebagai  bukti bahwa hidup tak selamanya lembut, akan ada banyak angin yang kan membawa kita jauh, ke arah senang, susah, berkah ataupun tidak berkahnya, angin yang terasa sejuk namun ia akan melenakan ketika kita tak mampu memaknai setiap kesejukannya. Dari kejauhan ku saksikan banyak anak muda berseragam abu-abu hanya sibuk ketawa mengikuti arah angin yang tak pasti..mampukah kita untuk bertarung dengan angin?silahkan kawan, engkau tafsirkan saja apa maksud ku..

gambar: http://cyberkomuniti.blogspot.com/2011/04/angin-sebagai-cobaan-hidup.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengayuhlah Sampai Tujuan


Hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi di waktu ketika hamba-hamba beriman tengah menangisi kesalahan dan kekhilafan diri, tengah berlama-lama bersujud denga penuh di cinta di atas sajadah lusuh. Hujan perlahan telah berganti dengan gerimis, seakan mengikuti suara hati pemilik tangan-tangan yang memohon ampun.


Masih beberapa jam lagi waktu subuh masuk, seakan pekat malam telah melenakan kita dengan tidup panjang, hanya ada angan-angan kosong tak bertepi dari pemilik jiwa di sudut lorong waktu yang lain. "Ah sudah lah, saya tak mampu berbuat apa-apa lagi"..cerutunya, menyumpah serapah sembari meneguk sebotol minuman bening yang mungkin alkhohol karena tubuh sempoyongan yang dipaksakannya berjalan menembus malam untuk segera pulang ke peraduannya, menghempaskan badan ke tempat tidup tebal busa dengan segenap fasilitas lengkap.

Langit sudah tak menagis lagi, sujud panjang itu telah diakhiri dengan salam witir sembari beberapa saat lagi subuh akan berkumandang. Tak beberapa lama subuh telah menggema ke seluruh pelosok negeri, bersahut-sahutan memberi getaran dalam jiwa-jiwa jernih menghamba. Di lain tempat, terdengan keras suara orokan sebagai bukti ada penyakit yang bersarang dalam tubuhnya, pulas sudah ia tertidur sehabis semalaman meneguk minuman, sudah jelas sampai malam lagi ia akan tertidur.

Dua sisi itu yang bagi ku sangat berbeda dan sangat menyita pikiran ku, karena memang kita sedang berada dalam perjalanan yang selalu dihadapkan akan dua hal yang berbeda, dan ditutut untuk bisa memilih mana yang baik, perjalanan yang dibekali ilmu serta yang pasti adanya akal pemberian Sang Pencipta. Mau kemanakah kita mengayuh kereta kehidupan ini? Akankah kita menjadikan diri yang sembari bersujud padaNya atau malah menghabiskan malam dengan kesia-siaan? Kita sedang mengayuh kereta di jalan yang berliku, penuh duri, banyak jurang bahkan seketika kita harus berhenti sejenak untuk turun lalu menyeret kereta agar tak jatuh dalam jurang yang dalam karena jalan yang sangat kecil, kemudian kita akan kembali mengayuh, namun di jalan yang banyak cabang, tinggal bagaimna kita menentukan cabang jalan yang manakah yang akan kita ikuti..maka mengayuhlah sampai tujuan dengan jalan yang baik dan penuh keberkaha selamanya kan kita temukan suatu waktu disaat kita sama-sama berkumpul pada tempat yang sangat menyenangkan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bahagia itu Milik Semua


"Berkunjung ke sebuah taman yang penuh dengan bunga tulip lalu ada kincir air yang membuat bunyi bergemericik lembut. Embun turun dengan sejuknya pertanda hari akan kembali sejuk. Menatap jauh ke ruang waktu ada hamparan bahagia yang terbentang luar menggugah jiwa. Semilir angin pagi dengan rumput hijau luas, sejuk di mata."

Gambaran kebahagian di atas tentu akan membawa mata kita jauh ke seluruh pandang hijau dengan bunga yang indah, tapi kalau kembali kita tanya pada diri ini, apakah dengan pandangan seperti itu kita sudah bahagia seutuhnya, apakah bahagia kita tak di buat-buat? apakah bahagia kita hanya fatamorgana? Silahkan kembali kita tanya pada diri kita masing-masing sudah bahagia kah kita? karena bahagia itu milik semua, milik rakyat kecil, milik bangsa ini, milik anak-anak, milik dewasa, milik semua makhluk.

Sedikit demi sedikit kita akan ditarik jauh dari rasa bahagia ketika kita lupa menyadari bahwa kita butuh bahagia itu. Kita banyak dilalaikan untuk melupakan arti bahagia itu, bahkan kita telah lupa rasa bahagia itu seperti apa. Sudahlah..hapus segala gundah, hapus segala kegalauan, hapus segala duka karena bahagia itu milik semua. Kita berbuah untuk kebahagiaan kita dan kita berbuat untuk kebahagiaan orang lain, sedihlah kita ketia disaat kita bisa tertawa dan senyum bahagia namun di sudut rumah dan jalan kita masih sangat banyak anak-anak kecil berurai air mata karena menahan sakit perut yang telah beberapa hari tak ada yang menjanggal untuk di isi.

Jadi, bahagia kah kita, ketika masih banyak orang lain yang belum bahagia, bahkan kita juga lupa untuk berbagi bahagia dengan orang lain, selanjutnya sudah sepatutnya lah kita menyadari bahwa saya, kita semua harus bahagia selalu..karena bahagia itu milik semua..

fakhria.wordpress.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mari Kita Tertibkan..



"Sekilas tak seindah yang dipandang, namun selamanya dipandang akan tampak jelas bahwa tertib itu jauh lebih indah dan menyenangkan"

Slogan ringan yang hanya akan bisa dimaknai ketika kita memang ingin menjadi orang yang tertib, tertib pribadi, tertib hati dan juga sudah tentu menertibkan jiwa dalam lingkungan dan keseharian kita. Definisi tertib akan selalu berdampingan dengan hal positif, namun tergantung bagaimana cara kita memaknainya, seperti hal nya kata ungkapan, " Keburukan yang terorganisir akan mampu dikalahkan oleh kebaikan yang tak terorganisir" Nah..mari sama-sama kita tertibkan sebuah kebaikan agar kelak ia tetap sebuah instrumen dan pelaku kebaikan karena selama menjadi orang tertib selalu menyenangkan.

Dalam segala hal, tak bisa kita pungkiri, apaun itu, alam ini saja tersusun akan sebuah susunan yang tertib, planet-planet yang beredar dengan lintasannya masing-masing, tertib tertata oleh sang Penguasa ketertiban. Kita bagaimana?apakah keburukan masih saja mengobrak-abrik ketertiban hati dan jiwa kita atau malah kita ingin hidup sesuka hati kita tanpa ada yang mengatur? Mau jadi apa diri ini, kumal, kusam, benci, dendam, atau bahkan sudah hilang akal karena tak tau lagi apa yang terlebih dahulu akan dikerjaan.

Tepatnya, kita telah lebih dahulu dididik untuk tertib, dalam hal kehidupan sehari-hari, ibadah yang di wajibkan kepada kita, secara langsung telah mengajarkan pada kita bahwa hidup butuh tertib, jika saja tak ada ketertiban, kira-kira kita akan sholat dzuhur jam berapa dan selajutnya, tercecer satu, maka habislah kita dengan "yang melalaikan sholat". Patutlah kita bersyukur pada semua hal yang telah mengajarkan kita untuk tertib, namun malah kita lari dari kenyataan bahwa saya tak butuh semua ini, hanya mempersempit ruang gerak dan pikir saya..Ah sudahlah kawan, mari kita sama-sama, apalagi untuk diri saya ini..kita telah sangat lama dididik untuk tertib, sehingga mari kita tertibkan diri kita, lingkungan serta yang terpenting hati kita karena hati letak kendali segalanya..^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menjadi Sahabat Alqur'an


Ramadhan belumlah terlalu lama meninggalkan kita, dia tidak pergi namun terus mengalirkan energi kebaikan untuk hari-hari kita. Akankah kita rela membuat diri kita meninggalkan energi yang telah kita tumpuk selama Ramadhan kemaren. Tak rela rasanya energi ramadhan itu pergi. Bahkan serasa masih dalam benak kita penuh seratus persen, dimensi keimanan dan ketaqwaannya, cahaya keindahan ukhuwahnya, rasa lelah yang bisa kita atasi dengan segenap cinta kita pada Zat yang menciptakan kita.

Saya sedang berusaha menemukan setiap hikmah dari perjalanan waktu yang telah beberapa lama ramadhan berjalan, ada kesungguhan yang selalu ada dalam jenak-jenak waktunya, kita tak akan pernah rela membiarkan waktu kita terbuang percuma dengan hanya melamun atau bermenung, kita akan segera bergerak mengambil sahabat kita di saku untuk segera kita ajak bercengkrama dengan syahdunya, kita sangat mencintainya. Sampai-sampai berulang-ulang kita baca dan hayati, bahwa kita sangat membutuhkannya.

Banyak waktu menunggu yang kita punya, namun kita kadang sering lupa bahwa kita sedang menunggu waktu nyawa kita tak lagi di badan, kita sedang menunggu kematian, sehingga marilah kita tunggu waktu kita dengan hal-hal yang bermanfaat, dengan terus membasahi bibir dan hati kita dengan dengungan ayat-ayat cintaNya. Pernahkah kita melihat betapa banyak orang yang hanya berlama-lama menunggu waktunya dengan bicara tak jelas, mancing berlama-lama, nonton dan sejenisnya. Kata Ustman Bin Affan sahabat Rasulullah, " untuk mengetahui bersihnya hati seseorang, hanya dengan bukti ia tak pernah bosan berlama-lama dengan Alqur'an"..Kita bagaimana kah? Ini juga motifasi untuk diri ini, diri yang masih jauh dari kesempurnaan. Kita masih saja tak mampu berlama-lama dengan nya, sehingga Alqur'an yang beratnya tak sampai sekilo, malah bisa jatuh dari genggaman kita, nah kantuk lebih menggoda kita..Nauzubillahimindzalik..

Sahabat yang seperti apakah yang akan kita cari, sahabat yang selalu setia menghiasi bahagia di hati dan jiwa kita, sahabat yang selalu menasehati kita, sahabat yang emberikan ketenangan di bathin kita saat kita gundah gulana. Dan tentu untuk menjadi sahabat Alqur'an kita harus bisa mengenalnya dengan utuh, dengan membaca dan menghafalkannya. Kita yang sangat butuh dengan Alqur'an. Allah sangat sayang kepada kita, sehingga kita diperintahkan menjadi sahabat Alqur'an. Aku dan kita semua sudah tentu sangan ingin menjadi sahabat Alqur'an. Mari sahabat kita berlomba dalam kebaikan, agar kelak Allah SWT mengumpulkan kita dalam surgaNya dan bersama dengan sahabat kita Alqur'an. Aku sangat menginginkannya..semoga Allah mudahkan segala keinginan kita..Mari sahabat kita cinta sahabat kita yang terdiri dari 6326 ayat..


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kuatkah Aku..


Bukankah jalan itu masih terbuka dan terbentang lebar
Bukannya aku tak pernah bersyukur pada jalan yang Engkau berikan
namun inilah aku yang masih sangat lemah dalam urusan ini
Bukannya aku marah dan benci dengan segala kebahagiaan orang lain,
apalagi aku sangat bahagia,
namun tetap masih ada sesak dan kecemasan di dada ini,
atau mungkin ujian tengah setia menghampiri ku,
agar kelak aku bisa naik ke kelas yang lebih tinggi.

Kuatkah aku menjalani setiap untaian peristiwa yang kadang sangat sulit
kaki ku untuk melangkah karena terasa lelah dan cemas.
Tapi aku masih bisa kendalikan itu,
aku harus bisa terus berjalan dan menguatkan tekad..
Kuatkah aku melewati semua ini..
Semangat..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Setulusnya Hati

Berkaca di depan sebuah cermin besar tanpa penyangga, tersingkaplah sudah semua wujud pemberian Sang Pencipta. Wujud yang tak berarti jika tak punya hati yang tulus. Kaca itu tak pernah bosan menerawang ketulusan hati sang pemilik hati, tak pernah bosan sedikit pun.

Hanya ilustrasi biasa, namun bisa kita ukur kebenarannya. Cermin tak akan pernah bosan, tak akan pernah bosan memberikan kejujuran dan kebenaran, tak akan pernah bosan mengatakan sebuah koreksi jika memang ada sebuah kesalahan, tak akan pernah bosan mengatakan yang sebenarnya.

Aku masih terpekur jauh berdiri di depan cermin yang masih setia setiap pagi dan sore hari menatapku dengan wajah yang persis sama dengan wajah ku ketika menatapnya. Kadang tersenyum ia balas dengan senyuman, kadang ada tetesan air mata, malah ia juga teteskan air mata sebagai bukti ia sangat simpati pada ku. Tapi tidak sebagai pengganti rasa bahagia ku, ia hanyalah wujud pencitraan dari diri-diri yang menatapnya, tak lebih dari itu.

Jam di sebelah cermin besar itu telah berdetak dengan stabil, tapi tak pernah cermin itu mengubah irama detakan jarum jam, hanya menatap dengan ekspresi yang ada di sekelilingnya. Lewat tengah malam sanga cermin menangis tersedu mengadu pada alam, tertunduk lesu dan menghiba. Di getarkannya seluruh alam dengan segenap cintanya. Lama-lama cermin itu kembali menegakkan kepalanya, mengahapus segala air mata cinta nya pada Sang Pencipta.

Cermin selamanya tak akan pernah berbohong, ia apa adanya menjunjung tinggi ketulusan dan kebenaran hati dengan segenap jiwa. Dan tampillah kita seperti cermin yang tak pernah berbohong dan menutupi keadaan karena raga dan jiwa kita milikNya. Segala mulut, mata, telinga akan jadi saksi dari setiap cerminan hati kita. Sedapatnya kita berikan cerminan terbaik untuk raga dan jiwa ini setulus cermin yang setiap malam selalu mengadu dan menghamba pada Pencipta.

Aku terpekur jauh kembali, menyaksikan sekujur tubuh dan cermin sedang bercakap-cakap dengan mesranya namun ntah apa yang diucapkan karena mereka saling membelakang karena sibuk membela diri. Kita bagaimanakah, masih adakah ketulusan hati di raga ini?
gambar:http://zaninsurgent.blogspot.com/2011/02/cermin.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS