Powered by Blogger.
RSS

Nilai ukhuwah itu mahal..


Perkenalan singkat bukanlah sebagai hambatan untuk menghargai sebuah persaudaraan. Aku kembali diajarkan akan sebuah ukhuwah dari seorang anak kecil yang dulu sudah pernah aku ceritakan tentang anak kecil dan donat coklatnya. Kali ini anak yang ada sedikit berbeda dengan anak pada umumnya itu memberi pelajaran yang sarat makna pada ku.

Sangat banyak yang tanpa kita sadari beliau telah banyak mengajarkan. Pagi seperti biasa beliau berangkat menuju sekolahnya yakni Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan semangat yang lebih dari anak-anak normal lainnya, beliau menyandang tas berwarna merah jambu, tak lupa duduk di paling pojok bus yang kutumpangi. Melihat aku sedang asyik membaca, ia hanya duduk diam tak jauh dari ku. Seolah ia mengerti bahwa aku belum bisa diajak bicara. Dengan santai pula ia keluarkan buku tulisannya menandakan padaku bahwa ia bisa juga membaca atau menulis, walaupun ku tahu itu adalah sebagai bukti bahwa ia ingin bercerita padaku. Tak lama berselang waktu naiklah seorang ibu-ibu separoh baya, bisa ku panggil ibu. Ibu itu bertanya pada ibu anak kecil tadi, "Apakah ia(anak kecil) sama sekolah dengan Riski?", sang ibu menjawab, "ya"..lalu dilajutkan pembicaraan, yang aku hanya sibuk membaca, sesekali terseyum pada anak itu, karena ku tahu ia dari tadi sibuk memperhatikan ku. Kali ini ibu itu mengatakan bahwa Riski (temannya) telah meninggal tadi pagi. Dengan respon cepat anak kecil itu langsung menjawab, "Riski?"..mati?"..dimana?"walau ku yakin tak terlalu tetap penyebutannya, tapi seketika wajahnya berubah sedih, sedih sekali, lalu terdiam sesaat sambil merenung yang ku tak tahu juga apa yang sedang dipikirkannya. Dan cerita ibu itu berdua terus berlanjut.

Tertangkap oleh ku kesedihan yang sangat dalam dari wajah anak kecil itu, walau ku masih ragu apakah ia mengerti apa itu meninggal atau tidak. Bagi ku ini cukup membuktikan bahwa ia sangat kehilangan temannya. Kehilangan teman yang mungkin sama-sama belum bisa menikmati sepenuhnya bagaimana rasanya menjadi anak-anak normal. Berselang waktu, masih saja ia bertanya pada ibunya, "mati, riski?"berulang-ulang, sampai terlontar darinya, "apa tak akan melihat riski ke rumahnya?"di padang?" walau kata-katanya berusaha ku terjemahkan karena sedikit sulit untuk dimengerti namun itulah maksudnya.

Anak sekecil itu serta memiliki kekurangan mampu menanamkan persaudaraan yang tinggi yang mungkin baginya tak terlalu ia pahami, bagi ku cukuplah mengajarkan pada diri ini bahwa ukhuwah itu mahal dan sangat berharga dalam dimensi apa pun ku rasa..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Redaksi imajinasi..

Sore kali ini tak mendung, hanya sedikit angin yang kulihat menggoyangkan beberapa dahan kecil milik ranting pohon di depan dan belakang ruangan yang tak jauh dari jalan raya. Sejuk lah untuk bisa dikatakan tenang karena para penjaga ruangan sudah berangsur-angsur pulang, maklum jam pulang kantor hanyalah sampai jam empat sore lewat tiga puluh menit, cukup lama memang dan semuanya jika sudah tepat jam di dinding langsung berhamburan karena rumah terutama bagi saya lebih menyenangkan dari ruangan ini, maklum disanalah tempat saya menimba segala rasa, segala imajinasi, segala mental dan segala cinta dari keluarga yang sangat memberi inspirasi, sehingga cukuplah ini sebagai bukti ketika keluar kantor langsung ada rasa senang itu tiba. Saya pikir tak hanya saya, anda pun juga bukan..atau prediksa saya yang kurang tepat..

Mengitari alur dimensi peristiwa memang sulit untuk ditafsirkan namun untuk berpikir sebuah ketajaman analisa saya dapat ilmunya sore ini, saat semua pengunjung sidang telah keluar, yang ada hanya beberapa orang saja. Yah..ketajaman analisa yang tertangkap oleh saya sore ini, bahwa apapun itu namanya tetaplah harus bertindak sesuai pikiran yang matang, tak bisa asal loncat atau asal ngomong, perlu analisa, tak gampang memang.

Mengenai redaksi tentu saja hanya sebuah pembuka, selajutnya tetap saja sebuah analisa berpikir yang jernih, mendudukkan yang benar sebagai sebuah kebenaran yang mutlak dan mendudukkan sesuatu kekeliruan serta meyakinkan kalau itu adalah kesalahan, jadi ada titik terangnya. Berawal dari sebuah redaksi imajinasi selajutnya diakhiri dengan putusan yang sarat makna..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asupan energi positif

Saya butuh asupan energi-energi positif, kita semua butuh energi positif dan hanya dapat kita peroleh dari iman serta dari orang-orang yang punya banyak cadangan energi positif. Kadang mungkin pernah kita merasakan kekurangan energi positif sampai-sampai kita malas untuk berbuat, malas bergerak untuk kebaikan, tanpa kita sadari kita telah diperdaya oleh asupan energi negatif yang kian kemari menari dan berbendang di sekitar kita, apalagi saat iman itu betul yang menurun dan saat tak satupun kita jumpai energi positif, saat itulah kita akan ditarik jauh meninggalkan kebaikan. Maka disaat itulah sebenarnya kita butuhkan energi kebaikan dari naluri ataupun dari orang-orang yang memancarkan energi kebaikannya. Seolah kebekuan yang lama ada dijiwa kita bisa kembali cair oleh tularan-tularan energi dan energi yang paling dahsyat tetaplah belum tertandingi yakni lantunan tilawah yang sangat banyak energi untuk jiwa kita..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pangek Lapuak..

Pagi-pagi disambut dengan aroma yang sangat sedap sekali. Bertepatan saya bersebelahan dengan ibu separoh abad penjual pangek lapuak, pangek cubadak dan telur bebek pesanan pelanggan setia. Pangek lapuak yang disimpan di dalam belanga serta dibungkus dengan sapu tangan besar. Sempat bercerita sebentar dengan ibu tersebut membuat saya berminat untuk mencobanya..mmm..nikmat terasa dari ceritanya. Kalau pangek cubadak saya sudah sering mencobanya namun untuk pangek lapuak belum sama sekali. Baiklah sobat..pangek lapuak ini memiliki bahan dasar ikan emas atau sebagian tempat ada yang menyebutnya ikan rayo.

Pangek lapuak ini, benar-benar lapuak katanya, tak ada yang terbuang sampai tulangnya rapuh sekali sehingga dapat disantap dengan tuntasnya tanpa ada yang terbuang. Yang menjadi khas pangek lapuak ini adalah proses memasaknya yang sangat lama, sehari semalam, timbul pertanyaan konyol saya..apa tak hangus dia..haha..sang ibu lalu menjelaskan santanya yang cukup serta proses memasaknya lah yang menentukan rasa dan hasilnya. Satu kilogram ikan membutuhkan dua kelapa, jadi rata-rata ibu tersebut memasak lima kilogram ikan sehingga kelapanya sekitar sepuluh kelapa yang kecil atau sembilan kelapa yang besar. Proses memasaknya yang lama serta keahlian meracik bumbu yang kira-kira sama dengan membuat gulai, hanya saja proses memasaknya yang berbeda dan waktunya, dimasak dalam belanga tanah liat , lalu disusun berurutan dengan daun asam, ikan, begitu seterusnya sampai air santannya habis sehingga jadilah ia pangek lapuak yang benar-benar lapuak..mmm..mengundang selera sepertinya. Perlu takaran yang cukup santannya kalau tidak bisa hancur duluan ikannya sebelum jadi pangek.

Bagi saya keahlian seoarang ibu yang mampu menciptakan cita rasa pangek dengan penuh kesabaran memasaknya untuk selanjutnya jika telah selesai dimasak harus pula menjajakan hasilnya ke rumah-rumah penduduk, dengan di bawa di atas kepala dibantu sapu tangan yang digulung, luar biasa perjuangannya. Banting tulang, peras keringat untuk sebuah kenikmatan pelanggan serta pemenuhan kebutuhan keluarga..salut saya..padamu ibu..(selamat hari kartini untuk mu dipagi ini walaupun saya belum mencoba pangek lapuak mu..tapi saya telah mencoba ketulusan mu..)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Konsepsi Musyawarah..

Bangsa yang menomorsatukan demokrasi katanya lebih cendrung menjadikan dia sebagai salah satu jalannya. Banyak juga malah yang mengatas namakan demokrasi untuk sebuah keputusan. Kali ini saya bukanlah akan membicarakan sebuah demokrasi, hanya terinspirasi dari sebuah kegiatan yang baru saja berlangsung. Berhadapan dengan para ibu-ibu yang rata-rata sudah berkepala empat dan lima dan kali saja saya orang termuda dari semua deretan ibu-ibu yang berjajar duduk rapi mendengarkan pengarahan dari pimpinan sidang. Yah..kali ini mereka bermusyawarah untuk memilih pimpinannya.

Janggal rasanya berada diantara kaum ibu-ibu bermusyawarah karena biasanya saya bermusyawarah dengan para sebaya atau pun kalau lebih, lebih-lebih sikit lah..intinya konsepsi musyawarah perlu kebijakan, tenang dan jangan tergesa-gesa. Pengendalian emosi serta kemapuan berbicara yang tertata rapi bisa jadi bahan yang baik memulai bahkan berjalannya sebuah musyawarah, tak ayal kemampuan kesabaran juga teruji. (Sekelumit saya tersenyum karena menyaksikan para ibu-ibu sibuk berkata-kata namun tak kunjung ditanggapi pimpinan sidang, ntah karena tak terdengar suaranya atau sudah bak pasar saja..haha..)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ayunan Mini..


Semua kita saya yakin kenal dan tau dengan yang namanya ayunan, malah mungkin sangat sering kita mainkan ketika kecil atau pun saat Taman Kanak-kanak, sering menangis karena tak dapat ayunan sebab terlambat datang ke sekolah sehingga tak dapat giliran untuk main ayunan pagi itu, selanjutnya rela mengalah hanya untuk main perosotan. Tak lama sebenarnya karena lonceng TK sudah dipukul untuk selanjutnya siap dengan senam pagi atau baris beraturan sebelum masuk ke dalam kelas. Yah..ayunan lah yang jadi mainan favorit saat kita masih kecil dulu, satu teman membantu untuk mendorong agar ayunannya berayun.

Hanya ayunan sederhana yang ada, ayunan mini dengan fungsinya yang juga mini, tak butuh banyak mesin untuk menggerakkannya seperti ayunan saat sekarang yang sudah menggunakan mesin, baik yang dimodifikasi dengan berbagai macam ayunan, baik ke samping, ke depan dan sebagainya, yang penting berayun makanya ia dinamakan ayunan.

Kehidupan kita seperti ayunan, terasa menyenangkan saat mampu berayun dengan tenang dan tinggi, kadang tak sadar kalau itu hanya sebuah mainan belaka, menyenangkan sesaat namun punya resiko jika tak mampu memainkannya dengan teknik yang benar. Ayunan kehidupan selamanya dapat berayun, hanya saja berhenti jika ayunan itu bermasalah seperti putus atau sebagainya. Yah..hanya sebuah permainan namun sangat menyenangkan sampai kita lupa bahwa kehidupan ini hanya sebuah permainan dan senda gurau..(tak sengaja ku perhatikan sebuah ayunan yang masih terpasang kokoh di depan sebuah panti..ya..sebagai permainan mereka..semoga bisa diambil ibrohnya)

gambar:chip.co.id

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dibalik rasa keadilan..


Semua penjuru meneriakkan keadilan bahkan atas nama sebuah realita, sangat banyak lapisan, sangat banyak kalangan. Meneriakkan akan retorika keadilan yang bagi ku hanya sebuah klise peradapan, keadilan yang tak bisa seimbang ia bersifat relatif, mendudukkan yang seharusnya duduk dan membaringkan apa yang seharusnya terbaring, tak apalah ku ambil kosakata ini karena keadilan bagi ku bersifat abstrak namun dapat di tangkap. Ia akan sejalan dengan yang namanya kebenaran tapi tak lah mutlak. Aku berbicara dalam tataran pandangan ku, pandangan yang masih sangat jauh dari kesempurnaan, sangat jauh sekali karena ilmunya juga sangat sedikit. Tapi tak apalah sedikit ku keluarkan apa yang terasa dalam pikiran ku ini agar ia bisa sedikit membuat rongga kelegaan di batin ku ini.

Tak akan gundah sebenarnya setiap orang jika adil memang terletak pada tempatnya, jika tak mau memikirkan sebenarnya bisa namun sudilah kiranya kita disaat semua orang tak merasakan keadilan termasuk sebenarnya kita, sangat banyak jika ditelusuri sesuatu yang membuat kita berkata, "apa ini yang namanya keadilan?"..Ah..tidaklah bagi ku sebenarnya namun ia terus terpikir di jiwa ini. Tak perlu rumit lah sebenarnya karena irama alam ini sudah jelas tinggal mengikutinya saja. Tapi apa boleh buat inilah adanya, sebuah retorika peradapan zaman yang masih saja banyak orang meneriakkan, "dimanakah keadilan itu?"..



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Penjara gelap..


Aku terpenjara dalam setiap kecemasan dan kegelisahan ku, ku terbelenggu dalam sebuah realita manufer kehidupan. Aku terpenjara dalam sebuah angan-angan yang sangat tinggi, dalam sebuah mimpi yang ingin wujudkan. Aku sedang mencari seberkas sinar yang menentramkan. Aku terpenjara dalam ruangan gelap tak bersinar. Hanya ada sebuah kursi hitam di sudut ruangan yang gelap tak berpenghuni, hanya aku di dalamnya.

Selanjutnya pintu yang terkunci rapat tak mampu ku buka, bukan ku tak mampu membukanya tapi belum diizinkan membukanya detik ini. Aku masih terbelenggu susah dalam penantian detik per detik waktu. Kunci itu ada di saku kemeja ku, tapi tak bisa ku ambil sendiri. Detik-detik jam di dinding sangat jelas bagi ku, jelas sekali sampai waktu itulah yang juga membelenggu ku dalam penjara kecemasan. Padahal ku tahu ada sangat banyak kebahagian dalam ruangan gelap itu yang belum ku temui, sangat banyak.

Berangsur-angsur waktunya hampir segera datang insyaallah, besi yang membelenggu tangan ku bisa ku buka satu persatu, sampai terbuka sudah belenggunya. Aku berdiri dan merogoh kunci pintu ruangan yang ada pada saku kemeja ku..yah..ya..aku menemukannya walau masih ragu apakah benar ini kuncinya. Gelap..gelap sekali tak tampak..sayup-sayup yang ku dengar adalah murattal surat Arrahman..tenang sekali..

Kunci pelan-pelan ku coba..alhamdulillah terbuka sudah, aku tak lagi terpenjara kegelisahan ku, telah bebas untuk berbuat apa atas nama kebaikan karena semuanya telah ku resapi bahwa "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"..aku terdiam dan kembali ku tata ruangan gelap tadi sembari ku beri cahaya yang cukup serta ku tata dengan perabot sederhana untuk kutempati dalam sebuah kisi-kisi kehidupan yang lebih indah.Yah..ya..ruang gelap itu telah hilang dan aku sedang tak terbelenggu kecemasan karena ada cahaya terang yang membuat ku takjub..cahaya iman yang kau berikan..


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kekerdilan jiwa..


Lantunan murattal Ustd. Hani Ar-Rifai sangat jelas terdengar dalam ruangan yang tak terlalu besar, hanya berukuran empat kali lima meter. Sangat jelas sekali, sambungan kata per kata yang memberi energi ruhiyah sangat tinggi. Jikalah diterjemahkan dalam bahasa syair tak kan pernah ada yang mampu menandingi isi kandungannya.

Beberapa saat waktu itu akan berputar, hanya sesaat dan dalam hitungan detik, ia akan terus mengalir seperti air yang mengalir sangat cepat sekali. Darah yang mengalir dalam tubuh-tubuh kita ikut mengikuti getaran-getaran jiwa yang haus akan cinta dan rindu akan jiwa-jiwa yang cinta akan setiap lantunan nama-nama Mu, lantulan ayat-ayat cinta Mu.

Perlahan-lahan namun pasti ia akan menembus sebuah naluri kejiwaan namun tidak untuk sebuah retorika yang mengatasnamakan keangkuhan dan kesombongan. Seperti kesombongan syetan ketika diperintahkan untuk bersujud kepada nabi Adam AS. Ada benteng keangkuhan yang sangat tinggi untuk sebuah kata perenungan yang dalam. Dan keangkuhan akan melahirkan kekerdilan jiwa.

”Jiwa-jiwa akan sirna, yang tersisa hanya sebuah naluri keimanan, jiwa-jiwa akan musnah kecuali ada ruhaniyah, apakah itu baik atau buruk, ia akan terus hidup selamanya dalam alamnya. Jiwa-jiwa yang kerdil akan ikut lari, yang tinggal hanya sebuah roh yang tak berjasad. Kala keangkuhan akan hilang dan sirna saat keimanan terus bersemanyam dalam jiwa-jiwa yang selalu tertunduk pada Zat Pencipta.”

(Saat gema-gema Ayat-Ayat cinta masih saja terngiang-ngiang jelas sekali dalam batas kekerdilan jiwa untuk selalu menghambakan diri pada Mu)

gambar:http://tazkiatunnafs.multiply.com/journal/item/652

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Silahkan engkau lajutkan..


(Tulisan ini bukanlah sebuah kepastian dan kenyataan, inilah hanya rangkaian-rangkaian dari kumpulan partikel-partikel imajinasi ku yang tak seberapa, hanya coretan yang berusaha ku satukan dalam skenario berpikir ku, kadang melompat dan berlari jauh sekali karena aku punya ”mimpi” yang sangat luas bagi ku maknanya)

Dia masih saja sibuk membuka lembaran-lembaran kertas yang tak jauh dari posisi duduknya, tepatnya ada di samping tas di atas meja membaca dan menulisnya. Kertas-kertas yang baginya sangat penting sekali karena ini berisi sebuah amanah besar yang harus ia tularkan pada semua orang terutama untuk dirinya sendiri.

Malam masih saja terus bertambah larut, tak ayal jam yang tepat berada di atas meja belajarnya telah membawa jarum panjang di posisi angka satu sedangkan untuk jarum panjangnya, ia tak terlalu peduli karena semua lembaran-lembaran kertas itu telah menyita tenaga dan pikirannya.

Sebelah samping ruangan yang berbatasan dengan alam lepas menambah bahwa malam sudah semakin larut. Bukan, bukan malam yang ia takutkan namun kecemasan lah yang membuat ia tambah takut. Cemas yang terus menghantui setiap langkah dan geraknya.

Dunia perkuliahan serta pekerjaan dalam waktu yang banyak ditambah setumpuk aktifitas organisasi bukanlah halangan untuk sebuah cita. Cita akan sebuah dedikasi moral, dedikasi kesungguhan, dedikasi mimpi, dedikasi visi dan misi dan sangat banyak lagi dedikasi lainnya yang akan ia wujudkan. Perkuliahan yang sangat ia gemari dengan tulus serta dunia kejiwaan sangat menyita perhatiaan, sekalipun baginya tak seberapa memikirkan itu dibandingkan memikirkan segudang amanah besar. Yah, dia adalah sesosok gadis yang berperawakan sedang dan suka berkomunikasi serta yang terpenting seorang mahasiswi universitas ternama.

Setumpuk bahan ajar yang harus kejar tayang karena program sekolah yang menuntutnya untuk selalu bisa memberikan yang terbaik untuk anak didiknya, Ia juga menjadi tenaga pendidik pada sebuah sekolah swasta. Tak lah apa karena baginya kuliah atau bekerja sama saja, sama-sama mengajarkan padanya sebuah dedikasi perjuangan serta dedikasi rasa bertanggung jawab.

Aktifitas yang sama ia lakoni dengan berusaha memberikan yang terbaik untuk orang lain, kesiapannya untuk selalu berkorban serta ketulusannya untuk selalu memberi. Lengkap sudahlah jika dihitung satu persatu, manusia baik yang selalu di harapkan oleh setiap orang. Langkah-langkah yang sudah terobsesi sebuah harapan, langkah yang selalu ia jaga dalam setiap kebaikan, langkah yang ia tularkan pada setiap orang serta langkah-langkah yang inginkan suatu saat akan bertumpu pada sebuah kepastian untuk bergerak yang lebih jelas lagi. Sampai ia temukan mimpi-mimpi itu pada lembara-lembaran kertas yang tak jauh dari posisi duduknya..

(Aku bukanlah bermaksud membuat mu bingung dengan membaca tulisan ku ini namun memang sengaja ku tulis seperti ini agar engkau semua bisa menuntaskannya dalam episode hidup mu masing-masing, menuntaskan yang bagi ku sangat luas, luas sekali.. Menuntaskan sebuah pilihan, menuntaskan sebuah tujuan, menuntaskan semua janji, menuntaskan sebuah visi dan misi dan banyak lagi yang akan ku selesaikan termasuk lembaran-lembaran kertas yang masih saja ku buka-buka..lalu kuterjemahkan dalam imajinasi..bahwa aku butuh sebuah langkah untuk merobah kebaikan menjadi ssuatu yang lebih baik, merobah nilai positif menjadi nilai istimewa, merobah manfaat waktu menjadi nilai manfaat dan berdaya guna, merobah mimpi menjadi kenyataan..maka marilah kita bermimpi dalam imajinasi mu masing-masing..)

(Silahkan engkau lanjutkan perjalanan mu dalam hidup ini karena kapal akan terus berlayar selama masih ada yang mengendalikannya, jalan akan terus tertempuh selama ada langkah yang terus bergerak, dunia akan selalu berkembang selama ada kemauan untuk memberi ilmu untuknya, kepercayaan akan selalu terjaga selama kejujuran selalu tertanamkan.)

gambar:http://argawana-triarga.blogspot.com/2010_09_01_archive.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Negeri ini sedang sakit..


"Bak ikan kehilangan air" kata-kata yang sangat sering kita dengar di negeri ini, negeri yang sudah tak bersahabat lagi dengan penghuninya atau penghuninya yang tak lagi bersahabat dengan negerinya, silahkan kita temukan sendiri. Kalau saya lebih setuju dengan pernyataan kedua yakni "penghuninya tak lagi bersahabat dengan negerinya". Ntah itu dari segi tingkah laku maupun dari segi kepribadian serta cara berpikir. Ikan yang kehilangan air sudah tak mampu bertahan lama, kesulitan untuk hidup dan selalu dirudung kecemasan, itupun telah lama bertahan akan lelah juga. Yah, kecuali jika ada takdir lainnya untuknya.

Saya sedang tak berandai-andai namun memang kenyataannya negeri ini sedang kehabisan air untuk minum, kehabisan bahan bakar bahkan kehabisan sopan untuk sebuah kebenaran, negeri ini sedang sakit sabahat. Sakit yang berkepanjangan yang belum ada obatnya, negeri ini sedang dahaga sobat, sedang kering akan nurani.

Akankah kita larut dalam negeri yang tak sehat ini, atau malah kita yang tertular, ayo segera tambahkan imun mu dengan sebuah komitmen perjuangan untuk berubah. Akankah kita selamanya kehabisan air atau kelak kita akan kehabisan oksigen sehingga kesulitan untuk bernafas. Kita sebenarnya kehabisan sebuah kejujuran, kehabisan kata-kata bijak untuk memberikan sebuah kebijakan yang arif.

Saya lagi-lagi tidak sedang menghujan atau beretorika namun sedang bercerita pada negeri ini bahwa ikan telah kehilangan airnya, ia sudah kesulitan untuk hidup, ia telah rela menjual sebuah kebaikan dengan keburukan, ia telah pandai berkata curang untuk sesuap nasi.Yah..ya negeri ini sedang sakit, sakit yang amat parah dan sekarang helaan nafas ikan sudah sampai pada saat-saat yang sulit..mari kita kumpulkan tenaga, pikiran, jiwa untuk memberi semangkok air, seember, sepanci atau se luas apa yang kita punya, kelak ikan tak lagi kehabisan air..sehingga negeri ini tak sakit lagi..tak lagi kekurangan nurani kebaikan dan ketulusan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wahai perusak paru-paru ku..


Banyak suara batuk yang keluar dari mulut para penumpang, masih pagi sudah membakar uang kerjanya dan merusak diri ku. Masih sepagi ini sudah beberapa kali hirup aku terbatuk karena polusi yang membuat ku sesak. Penumpang yang lain juga sudah tak enak, aku yang hanya berbekal satu helai tisu, siap tahan nafas untuk beberapa saat. Ini tak satu orang, beberapa orang sibuk saja mereka menghembus-hembuskan asap yang dihisap lalu kelur dari mulut dan hidungnya, bangku paling depan, belakangnya dan dibelakang ku, yang parahnya nenek di samping ku juga ikut menghirup dan menghembuskan asap dari mulutnya hasil bakaran rokok yang ada di tangannya sendiri..hah..sudah setua itu masih saja ikut merusak paru-parunya sendiri dan paru-paru orang lain. Bunyi batuk ku setidaknya menyentuh hati sang nenek, tepat ia langsung mematikan rokoknya..yah..ya..tapi tidak untuk beberapa bapak-bapak di depan dan di belakang ku..hah..sampai kapan mereka menyadari banyak orang yang tersiksa karenaya, termasuk aku yang paling tidak tahan dengan asap rokok..aku jadi teringat dengan sebuah tayangan di televisi, kalau saja ada kantong untuk para perokok, jadi biar yang merokok saja yang menghirup asapnya sendiri, tak perlu merugikan banyak orang sehingga tak perlu aku menahan nafas seperti ini, menghambat aktifitas ku saja, seharusnya sudah selesai beberapa lembar yang ku baca, namun tidak untuk kali ini, aku tahan nafas karena tak kuat lagi dengan asapnya. Tak mempan sepertinya stiker yang bertuliskan dilarang merokok karena hanya kertas tempelan tanpa makna..toh..buktinya banyak saja orang-orang yang sibuk memainkan asapnya... Tak sadarkah mereka telah membuat banyak orang tersiksa termasuk aku..Sampai kapan banyak orang mengerti sebuah kesehata untuk diri dan orang lain..dan mereka berlanjut membakar uang dengan menghirup dan menghembuskan mainan asap di mulutnya. Alhamdulillah saja aku sudah berada di tepi jendela bus sehingga agak sedikit lega..(" rokok yang sudah jelas -jelas merusak masih saja berkeliaran di setiap sudut peradapan ini". tanpa mereka sadari mereka telah merusak banyak orang..)..dan pagi ini tepat berhenti di dekat anak berseragam TK sambil tersenyum dan menyapa ku..yang belum pernah ku kenal sebelumnya..lega jugalah setelah berperang dengan asap disambut senyum kanak-kanak..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ketika sayap ku patah satu..


Aku punya banyak sekali sayap, sayap-sayap cinta, sayap-sayap kasih, sayap-sayap perjuangan. Ia akan terus menyatu dalam dekapan keimanan. Dalam sebuah kepakan yang akan terus mengepak untuk terbang tinggi menuju langit biru yang tinggi. Mencari jutaan sayap putih lainnya untuk dijadikan kawan sejalan, menari bersama angin yang kian hari semakin bertingkah karena tak mengenal sayapnya masing-masing.

Aku terdampar karena sayap ku patah satu, sayap cadangan juga tak mampu berfungsi karena tak punya temannya, aku lagi-lagi terhempas karena kemaren baru saja dua sayap ku patah, patah ujungnya. Yah..ia patah sehingga tak bisa lagi terbang. Hanya punya beberapa sayap tapi tak hendak untuk terbang jika meninggalkan sayap yang patah.

Aku sedang mengobati sayap itu agar tak bertambah patah karena patahnya ku yakin hanya sedikit tapi aku tak sanggup untuk terbang dengan sayap-sayap yang ada jika satu tak utuh..ya..ya..sayap-sayap itu sedang ku beri perban perjuangan dengan lembut dan ku oleskan dengan zaitun kenikmatan untuk selanjutnya ku yakin akan kembali mengepak.

Tak gampang memang memperbaiki sayap itu, butuh kehati-hatian dengan jahitan jarum keimanan..atau jika tak sanggup menahan sakitnya jahitan bisa saja ku cari kepakan sayap lain yang mampu membuat sayap ku kembali mengepak dengan indah sehingga terbang melaju dengan kepakkan yang selalu tertunduk pada zat yang selalu kekal..Allah azza wa jalla..kepakan-kepakan itu butuh sayapnya..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bermain layang-layang..


Bukanlah saya yang menjadi subjek bermain layang-layang, namun layang-layang lah yang menjadi objek saya..nah lo..bingung kan..apa pula lah ini pakai subjek dan objek, bikin pusing saja bahasa hukum nya, subjek dan objek perkara. Cukup..cukup..tenang..tenang saya lanjutkan lagi. Jadi begini ceritanya.. sedang mendongeng pada anak-anak, mendongeng pada diri sendiri, selanjutnya terserah anda..hanya untuk kalangan sendiri dan publikasi edukasi kalau memang bisa diambil pelajarannya. Baiklah kawan, ini adalah hasil pengamatan saya lagi, terlalu banyak mengamati sepertinya.

Sore masih sama sejuknya dengan sore-sore biasa, lebih cerah pula. Saya pulang seperti biasanya dengan senyum dan semangat yang lebih baru karena berusaha menyemangati diri. Tak ayal juga saya melihat dari jauh, sudah lama tak menikmatinya. Anak-anak bermain layang-layangan, yang biasanya ketika saya kecil dahulu, main layangan di lapangan, kali ini mereka tidak kawan. Mereka bermain di kebun hasil memetik jagung yang dikelilingi oleh sawah menghampar luas, luas sekali. Mmm..indah pemandangan, ditambah angin yang segar, cukuplah menambah menarik sore ini. Berpikir sambil melihat, sebuah hikmah, apa kira-kira yang bisa diambil hikmahnya.

Ada keceriaan disana, sejumput kebahagiaan dari wajah kanak rata-rata laki-laki..lepas bebas tanpa beban. Ada kesetiakawanan di sana, bagaimana teman yang saling membantu, kerjasama yang kuat. Kegigihan untuk bisa berhasil menerbangkan layangan, seperti pilot saja. Butuh keahlian disana, keahlian untuk memainkan tali layangannya. Setelah berhasil terbang pun harus cekatan untuk mempertahankan kondisi stabil dari kuatnya angin di atas. Saya hanya sedikit bisa menguraikannya. Angin semakin tinggi akan semakin kuat. Ibarat pohon semakin tinggi akan semakin kuat goyangannya. Begitu juga kehidupan kita. Saat memulai untuk naik atau maju sangat sulit sekali, butuh sebuah teknik, persiapan, keterampilan yang terencana, ia tak akan mampu naik secepat kilat jika hanya berdiam diri. Jika telah berangsur-angsur naik, juga diperlukan kematangan berpikir. Telah naik pun juga dituntut tetap bertahan, istiqomah atau bahkan naik lebih tinggi jika sanggup mengendalikannya. Banyak sekali rintangannya, tinggal bagaimana kita terampil memainkan kendali talinya dan itu kita lah yang menjalankannya, tidak siapa-siapa serta ada penentu yakni Allah SWT. Kita tak ingin layangan kita sobek atau turun kembali kita lah yang punya kendalinya..

Sekarang cerita saya hanya lah sebuah penglihatan si mata pena dengan cara saya sendiri, setidaknya mewakili apa yang saya pikirkan..dan mainkan layang-layang mu dengan penuh cinta..serta bijaksana..maka ia akan terus menari dengan indahnya di atas awan yang bercahaya keimanan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selembut senyumnya..


Tambah ranum saja buah di halaman rumah itu, enak di lihat bahkan sebentar lagi akan di petik oleh yang punyanya. Ah, saya sedang tak berkhayal atau melamun, hanya mengingat selintas di jalan yang biasa dilewati, bukanlah dilewati sebenarnya, hanya singgah beberapa saat, sama saja yah..maksudnya..hihi. Yang jelas buah itu ranum sekali.

Tak selang beberapa waktu azan Ashar akan berbunyi, ambil posisi tancap gas terus menuju mesjid yang tak jauh dari jalan besar. Yap, ambil posisi parkir yang tak jauh tepatnya di pekarangan mesjid yang..mmm asri bagiku. Duk..duk..bunyi mikrofon di tes oleh yang ambil alih azan, anak-anak sudah berkumpul di halaman mesjid, berlari kian kemari, senang rasanya melihat wajah-wajah polos mereka, senyum dan tertawa tanpa beban, memaki seragam yang siap selajutnya setelah sholat ashar berjamaah dengan iqra' dan alqur'an di tas dan di tangan. Dari sekian banyak anak, aku tambah terpesona, persis pada anak di sebelahku. Langsung dengan mukena kecil dan rapi ia ambil posisi di sebelah kanan ku. Wajah yang putih bersih, kira-kira baru berumur 3 tahun, wajah dengan senyum mengembang. Ku usap kepalanya mesra, dia malah tambah akrab dan tersenyum. "sama siapa kesini? kata ku.."Sama nenek"jawabnya..mmm lagi-lagi ia tersenyum...indah sekali. Aku terpesona pada ciptaan Mu ini..tenang di wajahnya, lembut mukanya, terpancar pembiasaan kesopanan dan santun dalam dirinya. Dan satu lagi, cinta pada rumah Allah..

Aku hanya mengamat dan pencinta mereka, ikut memberiku energi setelah Ashar berjamaah di mesjid itu, baru sekali itu ke sana..Ya..yah..anak-anak pun bisa memberi energi yang baik untuk kita, tak harus lah untuk bercakap-cakap lama, cukup sepatah dua kata bisa memberi makna yang luas. Cukuplah hanya sentuhan lembut pada kepalanya, bukti sayang dan ketulusan jiwanya telah terlihat. Aku hanyalah sesaat mengenalnya, sesaat saja, namunbagi ku tak penting banyak hal, hanya sebuah kedekatan hati. Ruhiyah sebuah peradapan akan cinta pada Illahi..tak lebih dari itu..Ba'da ashar selembut senyum manis gadis mungil yang bermukena putih, selajutnya siap tancap gas ke kota kelahiran ku..

Soal buah yang ranum di atas, hanyalah pembuka dari tulisan ku..hehe..sebagai pengganti senyum gadis kecil yang ku temui..berusaha menganalogikan..haha..nyambung gk yah..angggap aja nyambung, setidaknya maksud ku..adalah yang tulisannya di bold dan Ctrl i..kenapa harus panjang-panjang klo hanya segitu kesimpulannya..silahkan dimaklumi saja..baru belajar menulis..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Memulai sebuah pergerakan..


Dihadapkan terhadap sebuah realita bahwa kita memang harus bergerak, ibarat air yang tenang maka ia akan berlumut, air sungai yang tenang akan menyimpan lumut tebal, lain halnya dengan air yang bergerak ia akan bersih terus mengalir, itulah kita untuk memulai sebuah niat yang tulus untuk pergerakan penuh dengan dedikasi kebaikan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kita dulu pernah giat..


Ketika baru lahir ke dunia kita giat untuk menangis memberikan rasa bahagia pada orang-orang yang kita kasihi, walau pelum mengerti arti cinta sesungguhnya namun kita bisa rasakan bahwa kita mencintai mereka dan mencintai perjanjian besar ketika ada di alam rahim. Kita bisa giat menangis sekuatnya disaat orang di sekitar tertawa dan tersenyum karena bahagia.

Ketika kita sudah berangsur bertambah usia dalam hitungan minggu, kita sudah sangat giat untuk mengenali yang ada disekitar walau mata masih saja kadang tertutup dan lebih cenderung tidur dan masih saja giat untuk menangis saat ada yang tak enak di badan. Masih saja giat berteriak keras saat celana sudah basah karena buang air. Kita sangat giat untuk tak mau kotor sedikit pun.

Ketika sudah berangsur-angsur pandai merangkak, kita sangat giat untuk bisa berpindah-bindah menyambar apa saja yang bisa diajak bermain. Kita masih saja giat menangis saat ada rintangan saat merangkah.

Saat kita sudah pandai mencoba berjalan, kita tetap giat untuk mencoba alat bantu berjalan yang terbuat dari bambu yang berputar dan kita masih saja giat mencobanya. Sangat giat mencoba, kadang jatuh kembali berdiri. Yah..kita sangat giat sekali mengeja nama-nama benda yang diajarkan kepada kita sewaktu kecil.

Ketika kita sudah masuk taman kanak-kanak, sangat giatnya kita mencoba setiap permainan mulai ayunan, tangga dan banyak permainan lainnya. Giat sekali kita ketika ada tugas mewarnai oleh guru, harus selesai saat itu juga. Sangat giatnya kita menempel sobekan-sobekan kertas untuk dijadikan suatu bentuk gambar, sangat giatnya kita sampai-sampai lem-lem menempel di baju seragam sekolah. Giatnya kita berjalan saat jam pulang sekolah menuju rumah karena banyak permainan setelah sampai dirumah. Giat sekali kita saat main di kali belakang rumah, sampai kita juga tak pernah melupakan jam mengaji di sore harinya di musalla yang tak jauh dari rumah. Sangat giat sekali kita ketika masih seumuran itu.

Masuk sekolah dasar, tambah giat kita saat belajar jadi idola, pekerjaan rumah telah selesai ketika jam istirahat sekolah. Luar biasa giatnya kita. Sampai di rumah semua buku untuk esok harinya telah rapi disiapkan. Betapa giatnya kita saat ujian akan segera tiba, tak mau kalah bahkan harus jadi juara. Ternyata sangat giat sekali kita mengikuti pelatihan dan kejuaran untuk tingkat sekolah dasar, senang sekali dengan giat membuat tulisan-tulisan bersejarah.

Sekolah Menengah Pertama, masih giatnya kita berlomba mencari ilmu, bermain masih sangat giatnya. Kegiatan di luar sekolah masih sangat giat kita ikuti, sampai semua teman kita senangi. Berlanjut ke jenjang SMU kita masih sangat giat walau kadang ada sedikit kemalasan yang melanda maklum sudah remaja katanya.Namun, kita masih sangat giat sekali.

Jenjang universitas, malah tambah giat sekali, telah menemukan jati diri sesungguhnya, menemukan arti hidup yang sangat indah. Menemukan watak giat yang lebih terarah. Dan kini apakah kita masih sangat giatnya menyuarakan sebuah kebenaran, dan kini apakah kita tetap giat seperti ketika balita dulu, dan kini apakah kita masih bisa menyuarakan giat untuk diri kita?karena dahulu kita pernah giat sekali..Apakah kita sekarang sudah lebih giat untuk berbuat kebaikan, apakah kita sudah giat untuk menghafal satu demi satu huruf Alqur'an, apakah kita sekarang jauh kalahnya ketika kita kecil dulu karena kita dulu pernah giat.

Hanya sedikit pikiran yang terlintas dibenak saya karena saya yakin ketika dahulu kita semua pernah sangat giat sekali melebihi segalanya, sekarang?silahkan kita buktikan sendiri, minimal ini sebagai penyemangat untuk kemalasan yang kadang datang menghampiri atau malah pesimis yang datang tiba-tiba serta mungkin putus asa atas segala apa yang terjadi tetapi kita harus yakin bahwa dulu kita pernah sangat giat sekali..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Redup sudah harapannya


Jalan-jalan di lorong kampung itu masih tepat sama dengan beberapa waktu lalu, masih banyak lobang yang terisi air akibat belum juga ada perbaikan jalan didukung beberapa waktu ini hujan sering turun dengan lebatnya. Berkah hujan yang membuat petani tanah hujan bersorak dengan girangnya. Malam sepertinya sudah semakin larut, dari atas rumah gadang masih saja termenung gadis muda di kursi rotan yang di dudukinya. Tak habis pikir menghabiskan malam hanya membisi. Rabiah nama gadis itu, membuka jendela rumah gadang yang sudah dari sore tadi tertutup, ntah apa yang ingin dilakukannya.

Masih saja enteng dengan segala aktifitasnya, Putra pria gagah yang sangat banyak di gemari oleh gadis kampung sebelah. Tak lah mengapa ia sering jadi bahan pembicaraan untuk yang tua atau pun yang muda. Sudahlah sopan, elok laku pula ditambah rajin mengaji dan sedang bekerja di perusahaan terkenal di ibukota. Siapa yang tidak ingin punya anak seperti itu. Kalau di kampung tak suka duduk di "kadai" karena memang kalau sudah di sana bicaranya sudah lari kemana. Tapi bukan berarti ia orang tak bermasyarakat, ia orang yang sangat bermasyarakat, jika pulang ke kampung ia lah yang lebih dahulu bersilaturrahim ke rumah tetangga, dari kecil sudah di tanamkan oleh orang tua bahwa silaturrahim memperpanjang umur, bukanlah usia yang tambah panjang karena maut tak dapat di ulur atau dipercepat, misal jika kita bersilaturrahim maka apa-apa ilmu yang kita berikan setelah kita meninggal pun tetap teringat sehingga memperjang umur dalam segi yang lain. Pesan orang tua ini lah yang selalu ia ingat dan laksanakan dalam sehariannya.

Suana bising perkotaan membuat banyak pengguna jalan dan fasilitas umum menjadi tak nyaman lagi untuk tinggal di kota, kepadatan penduduk yang sudah di perparah dengan banyaknya tindak kriminal karena tuntunan perekonomian. Begitu juga hal nya di lokasi perusahaan milik Putra. Ia berusaha mengatur segala prosedural perkantoran sebaik mungkin, memberikan waktu untuk mengkaji ilmu agama sekali dalam seminggu untuk karyawan perusahaan agar kelak tak hanya mementingkan urusan duni tetapi juga yakin kalau hidup ini akan mati. Nuansa ramah dan sopan dan religius selalu ia terapkan sehingga hasilnya semuanya berjalan dengan lancar. Bak kata pepatah "roda itu selalu berputar" dalam arti hidup ini selalu bergulir, banyak konflik dan banyak musuh yang membuat kerja perusahaannya agak terganggu. Berawal dari sikap salah seorang karyawan yang tak menginginkan perusahaan ini maju karena hendak membuat perusahaan tanding, itulah yang terjadi di kota besar, semuanya menindas tak ingin orang lain senang. Perlahan perusahaan sudah mulai mundur dan kurang terkontrol lagi.

Tidaklah mengapa untuk sejenak berbagi pengalaman dengan orang-orang yang pernah sukses. Putra menyempatkan diri untuk berkonsultasi, namun apa di daya obsesi yang terlalu tinggi serta tak mampu menguasai nafsu membuat ia lupa bahwa ini ada solusinya. Putra lupa diri hanya sibuk memikirkan perusahaan saja. Mengaji pun sudah jarang ia lakukan, tak lagi sering mengikuti ceramah agama, amalan harian sudah mulai terabaikan. Sampai akhirnya ia lupa bahwa ini ternyata hanyalah jalan untuk menguji dedikasinya sebagai hamba yang beriman. Seperni Nabi Ayyub AS yang awalnya diberikan kekayaan yang melimpah sehingga syetan meminta kepada Allah untuk mencabutnya, sampai Nabi Ayyub AS diberi cobaan akan harta dan penyakit namun ia tetap teguh, ketika istrinya pun menyuruh meminta kepada Allah, Nabi Ayyub AS menjawab "saya malu kepada Allah, baru diberi cobaa seperti ini saja langsung meminta diringankan, sedangkan Allah telah memberinya nikmat yang jauh lebih banyak sebelumnya" itulah pelajaran yang sebenarnya bisa di ambil.

Apalah daya, memang cuma segitu batas kemampuannya, Putra telah hanyut dalam dunianya sehingga semuanya sudah berakhir. Kampung teringat memanggil, rumah gadang yang selalu ia jadikan tempat berbagi dengan kakaknya seorang, Rabiah. Pulang sudah tak berpunya lagi, semua kesopanan dan kegagahannya telah hilang. Hanya sibuk mengurung diri di rumah gadang. Ia hanya hidup tinggal berdua dengan kakaknya. Sudah lelah rasanya Rabiah membujuk. Kini tinggallah dua orang kakak beradik Putra dan Rabiah dalam rumah gadang. Sedang Rabiah hanya sibuk membuka-buka jendela ketika malam telah larut dan putra hanya meratap dalam tangis di kamar depan milik orang tuanya semasa hidup dahulu. Redup sudah harapannya seiring dengan habisnya bakaran lilin sebatang dalam teko kaca ceper di ruang tengah rumah gadang.

Malang sekali nasib dua bersaudara itu, menghabiskan hari-hari tanpa arti mengejar hidup yang tak pasti. Hilang sudah semuanya komitmen dan harapannya hanya tinggal kesedihan tak mampu menahan segala cobaan. Bukankah kita tahu segala penyakit ada obatnya dan segala masalah akan terselesaikan. Sedang bumi akan terus berputar. Bangkit menatap dunia untuk kehidupan yang lebih abadi. Ilmu agamalah yang akan tetap jadi sandaran bukan harta yang akan memperbudak. Selama masih ada jiwa yang bersih selama itu syetan akan tertawa untuk terus menggoda dan selama itu kita akan melakukan perlawanan. Sanggup atau tidak sanggup silangkan kita jawab sendiri. Cerita singkat di atas hanya sebagian dari imajinasi dan komplikasi pikiran saya segelintir, tidaklah mengapa untuk kita jawab. Untuk apa kita berkarya?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kita sedang berjual beli..


Panas terik padang pasir sepertinya masih saja sama semenjak zaman sahabat dahulu namun hanya ada perbedaan sedikit cara pandang dan paradikma kepemimpinan. Ada sejumput laksa kemerahan dan ambisi kemarahan, namun itu beberapa waktu lalu saat pimpinan berusaha diturunkan dengan upaya masyarakat dan rakyat tertindas. Kali ini saya tak sedang beretorika hanya ingin sedikit menyampaikan apa yang terpikirkan. Yah..panasnya gurun pasir sepertinya masih sama, saya teringat cerita ketika masih kecil dahulu, tentang kisah pengembala domba milik majikan, jumlah domba yang sangat banyak, hanya boleh di ambil air susunya jika engkau lapar, itulah pesan pemilik domba. Panas terik sepertinya juga terasa di atas kepala saya walau belum pernah menapak ke sana, semoga saja ada kesempatan untuk menapak sejarah ke sana. Ya..datanglah seseorang yang hendak membeli domba, tapi sang anak pengembala tak mau karena ia telah tetap menanamkan prinsip kejujurannya, walau majikan tak tahu, Allah tau itu.."Kita sedang berjual beli dengan Allah" bukan dengan manusia..Sampai kapanpun jual beli tetap dengan Allah..untuk iman dan agama ini..akan ada manisnya iman kelak saat susah kita meraihnya, akan terasa lezatnya iman saat hati tak kuasa melawannya, akan terasa indahnya Islam saat cinta yang terus mengalir di dada-dada kita..saat kita yakin jual beli dan perniagaan kita hanya dengan Allah SWT..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bukan Fatamorgana..


"Berpetualang dalam sebuah mesin waktu dan mesin keinginan memang sangat sulit karena ia akan terus berlari kencang dalam batas-batasnya, sedangkan kita tak mampu untuk selalu berjalan, berlari kadang perlu mengambil jeda waktu untuk bernafas atau melakukan pendinginan. Tapi tidak untuk sebuah mesin waktu, ia terus melaju kencang tak ada hambatan bahkan berjalan mulus. Kita tak bisa menandinginya namun bisa untuk memberikan solusinya dengan pengaturan untuk terus mengikuti sebuah peradapan yang baik."

Mengambil sedikit tulisan saya di atas tidaklah mengapa kalau kita sama-sama belajar dalam dimensi ini, sebuah dimensi peradaban akan keinginan dan waktu yang belum kita dapatkan, sulit memang memposisikan diri sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun kita bisa menjadikan mimpi-mimpi yang telah kita rangkai menjadi sebuah persembahan terbaik dalam hidup kita, walaupun itu sesekali tidak sesuai dengan yang kita mimpikan, minimal kita sama-sama berusaha mewujudkan mimpi itu. Bukankah mimpi tak selalu sebuah fatamorgana, bisa di raih tak hanya dibayangkan. Bermimpilah walau pejuang maka engkau akan rasakan perjuangannya, bermimpilah wahai nurani maka engkau akan selami indahnya jiwa-jiwa dan peradapan sesungguhnya akan engkau kuasai walau tertatih dan berpeluh..(gambar:http://cinintyarizki.wordpress.com)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mahkota bermutiara..


Mencari banyak referensi dari sebuah cerita dan nostalgia sebuah perjuangan, ingin rasanya saya kembali punya mimpi untuk bisa belajar di Al-azhar. Sempat punya mimpi seperti itu, namun kira-kira bisa tidak ya. Obsesi besar sebuah harapan dan keinginan. Bertemu dengan banyak anak-anak penghafal alqur'an. Mendengar dan bercakap dengan mereka saja rasanya terpanggil untuk segera ke sana. Enam tahun berkarya untuk memberikan mahkota cinta pada orang tuanya, sungguh luar biasa..subhanallah..setiap saat hanya ada genggaman surat cintaMu..saya merindukan untuk bisa sampai di sana..dan seperti mereka..(gambar:padang-today.com)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Boleh kita memilih?


Punya harapan besar itu pasti ada dalam diri kita masing-masing, termasuk akan harapan kebahagiaan. Mutlak tak ada orang yang menginginkan kesengsaran baik hati maupun jiwa bahkan raga. Coba kita survey pada siapa pun, yang susah akan menjawab "kalau saya boleh memilih, saya tak akan seperti ini", yang senang pun jika ditanya maka akan menjawab "kalau saya boleh memilih, saya akan pilih yang lebih baik dari saya"..Nah disanalah letak persoalannya, kita memang selalu disajikan dengan hal-hal yang sempurna sehingga kita lupa bahwa ada banyak sisi kekurangan yang membuat kita belajar, banyak sisi yang kadang kita kurang pahami, bahwa senang itu relatif dan senang itu ada di jiwa-jiwa kita. Saat jiwa bisa bertemu dengan keimanannya. Kondisi yang paling arif untuk melihat sesuatu adalah "ketika melihat ke bawah dalam urusan dunia dan melihat ke atas dalam urusan akhirat", semoga kita termasuk orang-orang yang selalu bersyukur..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS