Powered by Blogger.
RSS

Meyakini bahwa Alloh yang Bisa Memberikan Apapun III (Mekkah)

Meyakini bahwa Alloh yang mengatur semuanya, adalah bekal bagi kita untuk senantiasa terus berbuat dalam kebaikan. Terus melangkah untuk menggapai cita dan cinta bahwa kecintaan yang abadi adalah bertemu dan bisa menatap wajah Alloh SWT. Allohuakbar, kami rindu padaMu, sehingga kami harus terus melangkah berbuat baik, beribadah yang benar dan memperkuat keiamanan serta bersama berbuat dalam kebaikan. Insyaallah.
Baiklah, tulisan ini adalah lanjutan dari perjalanan dua tulisan sebelumnya, semoga bisa memberi banyak manfaat untuk saya pribadi dan pastinya niat untuk menuliskan ini adalah semoga tulisan ini bisa berguna bagi para sahabat yang akan melakukan perjalanan ke Baitullah dan ziarah ke negeri para nabi, dan tentunya bisa memperkuat keimanan dan keistiqomahan kita setelah kembali lagi ketanah air. Semoga Alloh ijabah setiap niat dan harapan kita. Amin. Semuanya kita kembalikan kepada sang pemilik segala Alloh Azza Wa Jalla.

Kalau, sebelumnya berbicara tentang Madinah dan Mekkah, kali ini masih berbicara tentang perjalanan di Mekkah, namun lebih spesifik tentang perjuangan dan keindahan menjalankan puncak haji Armuna (Arafah Muzdalifah dan Mina).. Bismillah.

Perjalanan menuju Arafah

sumber: www.brilio.net
Hotel kami yang berada di Jarwal, sudah sibuk beberapa hari sebelum hari-hari puncak haji, karena ini adalah puncaknya sehingga perlu persiapan maksimal, mulai dari persiapan mental kesehatan dan lain sebagainya, walaupun persiapannya sudah dilakukan semenjak dari tanah air. Baiklah, kami dari hotel langsung menuju ke Arafah, namun ada juga beberapa ikut tarwiyah sehingga terlebih dahulu menuju Mina. Sholat zuhur di jamak qasar ta'dim kami lakukan di hotel berjamaah. Langsung menuju bus yang telah disediakan maktab kami, dengan bekal tas tentengan yang telah kami sediakan masing-masingnya. Niat haji pun telah terucap dalam hati, harapan dan keinginan kami sungguh ingin ridho Mu, Haji yang mabrur dan doa yang makbul. Bismillah, kami melangkah naik ke bus, bus pun berjalan, lantunan talbiyah, dzikir tak henti-hentinya terucap, berharap dengan penuh kesungguhan. Tak beberapa lama, kami mengikuti antrean bus yang berbondong-bondong menuju ke arafah, Alhamdulillah, terimakasih Ya Alloh, atas kesempatan yang Engkau berikan.

Sebenarnya untuk waktu tempuh dari hotel kami menuju ke Arafah tidaklah terlalu lama karena sebelumnya kami sudah ada ziarah ke arafah, kira-kira 20 menitan, namun karena sekarang adalah puncak haji, sehingga dibutuhkan waktu untuk antre dan lain halnya sehingga baru sekitar waktu ashar kami sampai di arafah pada tanggal 8 Dzulhijah. Tepatnya maktab 56 untuk kloter kami, Alhamdulillah. Sembari mengambil satu per satu tas tentengan kami, dengan senatiasa menjaga ihram, kami pun menuju tenda yang di sediakan di padang arafah. Sebelumnya mungkin kita membayangkan berupa padang pasir tanpa tenda, namun pemerintah sudah sangat memikirkan kemaslahatan umat untuk melaksanakan haji, sehingga secara bertahap sudah sangat nyaman, tenda yang luas, pendingin udara, serta karpet yang tebal sudah disediakan, sekalipun perlu juga dibantu dengan tikar yang kita bawa karena debu berterbangan sehingga karpetnya agak sedikit terpenuhi debu. Alhamdulillah nyaman untuk beribadah dan berdzikir, walaupun udara yang panas ketika harus antre di kamar mandi, harus berbekal minum yang banyak ketika bedara di luar tenda, ini kami jadikan sebagai sebuah perjuangan dan insyaallah ini menjadi indah dan menyenangkan, penuh dengan suana keimanan, Alhamdulillah. 

Perjuangan yang harus senantiasa diperjuangkan, harus berarti dan penuh makna, waktu yang Alloh berikan kepada kita harus senantiasa dimanfaatkan, karena ibadah ini butuh perjuangan. Sudah menempuh jarak yang jauh, melintasi benua, bahkan lautan sudah terlewati, meninggalkan segala keberagaman dunia, keluarga, sehingga ia harus berarti.

Sesampai di tenda, bekal makan dan minum juga sudah disediakan oleh pemerintah untuk setiap jamaah haji, sudah tertata rapi. Kami bersyukur atas segala nikmat ini. Jauh terpikir, betapa luar biasanya jamaah haji puluhan tahun berlalu, dengan fasilitas yang masih seadanya, menempuh berjalanan yang lauh. Alloh pasti telah menilai berat perjuangannya. Allohuakbar..

Manajemen diri, sangat dituntut dalam ibadah ini, tidak banyak bicara, fokus saja ke Alloh, waktunya makan, mari makan, waktunya ibadah, dzikir dimaksimalkan, jika sibuk bicara, maka kita akan banyak ketinggalan hikmah dari puncak haji ini, kita pun sedang berihram, fokus saja kepada Alloh. Ya Alloh, hamba mencintai Mu. Talbiyah masih terus terucap, magrib dan isya kami tunaikan, selanjutnya aktifitas pribadi, tilawah, dzikir, fokus mencari kedudukan di depan Alloh. Meninggalkan segala urusan dunia.

Malam di Arafah, subhanalloh, lantunan tilawah, talbiyah, sahut bersahut dari banyak tenda-tenda. Pagi pun tiba, selanjutnya perkuat azzam untuk terus menjadikan hari ini spesial dan harus penuh makna. Kini tiba saatnya wukuf di arafah. Mulai dari tergelincirnya matahari pada tanggal 9 dzulhijah sampai dengan terbit matahari di tanggal 10 dzulhijah. Penghisaban diri, mengakui semua kesalahan diri yang selama ini pernah diperbuat, menjadikan Alloh sebagai satu-satunya tempat bergantung, memohon pengampunan kepada Alloh dengan setulus-tulusnya, berdoa.

Keutamaan hari Arafah adalah menurut Ibnu Rajab al Hambali:
Hari Arafah adalah hari disempurnakannya agama dan nikmat. Dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada ‘Umar,
آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar. Ia berkata, “(Ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.” (HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017). At Tirmidzi mengeluarkan dari Ibnu ‘Abbas semisal itu. Di dalamnya disebutkan bahwa ayat tersebut turun pada hari ‘Ied yaitu hari Jum’at dan hari ‘Arofah.


Sumber : https://rumaysho.com/2907-keutamaan-hari-arafah.html
Hari Arafah adalah hari disempurnakannya agama dan nikmat. Dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada ‘Umar,
آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar. Ia berkata, “(Ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.” (HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017). At Tirmidzi mengeluarkan dari Ibnu ‘Abbas semisal itu. Di dalamnya disebutkan bahwa ayat tersebut turun pada hari ‘Ied yaitu hari Jum’at dan hari ‘Arofah.


Sumber : https://rumaysho.com/2907-keutamaan-hari-arafah.html
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah

Sumber : https://rumaysho.com/2907-keutamaan-hari-arafah.html


Hari Arafah adalah hari disempurnakannya agama dan nikmat. Dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada ‘Umar,


آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ


“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar. Ia berkata, “(Ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.” (HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017). At Tirmidzi mengeluarkan dari Ibnu ‘Abbas semisal itu. Di dalamnya disebutkan bahwa ayat tersebut turun pada hari ‘Ied yaitu hari Jum’at dan hari ‘Arofah.


Hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka. Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348).


Allah pun begitu bangga dengan orang yang wukuf di Arafah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً

Sesungguhnya Allah berbangga kepada para malaikat-Nya pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata: “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu” (HR. Ahmad 2: 224)

 
Perjalanan menuju Muzdalifah

Hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka. Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348).
Allah pun begitu bangga dengan orang yang wukuf di Arafah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً
Sesungguhnya Allah berbangga kepada para malaikat-Nya pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata: “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu” (HR. Ahmad 2: 224.


Sumber : https://rumaysho.com/2907-keutamaan-hari-arafah.html
Perjuangan di lanjutkan, waktu magrib pun di arafah tiba, sholat magrib isya dan menuju ke muzdalifah, Subhanalloh, hanya beratapkan langit, Allohuakbar, apa yang saya rasakan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya pujian untuk Mu. Lautan manusia dari berbagai belahan dunia, semua mabit (bermalam) di muzdalifah, berdzikir padaNya, seolah menunggu pengadilan Mu, bersusun berkelompok, sambil mencari batu kerikil untuk melontar jumroh. Ada yang beristirahat sejenak, terus menjaga hati, karena Alloh yang semua mengizinkan kehadiran untuk bisa sampai menjadi tamuNya. Memang butuh tenaga yang kuat, tapi tak ada yang tak mungkin bagi Alloh, berpikir yang tua yang lemah, tak akan mampu, bahkan yang tua pun lebih kuat dari yang muda, jadi yakin sajalah kita bahwa pengendali semuanya hanya Alloh SWT.


رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


Artinya :
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.
Perjalanan menuju Mina

Dengan menaiki bus, menuju Mina, antre sambil menenteng tas, kondisi angin yang sedikit berdebu, hanya pada Alloh bersandar segala pengharapan. Ini baru dunia, bagaimana luasnya lautan manusia kelak di padang masyar, kemudian beberapa ada yang berjalan kaki menuju Mina.

Sesampainya di mina sudah lewat tengah malam hampir masuk waktu subuh, masuk menuju tenda yang memang atas izin Alloh juga, tenda kami yang wanita sudah penuh, bahkan untuk tidur harus berada di antara pertemuan kaki-kaki orang yang sudah tertidur, alhamdulillah dinikmati disyukuri dan pasti akan terasa menyenangkan.
 
Melontar Jumroh

Melontar jumroh pada tanggal 10 Dzulhijah adalah Jumroh Aqobah, selanjutnya tahalul. Hari berikutnya sampi 13 Dzulhijah bagi yang nafar sani dan sampai 12 Dzulhijah bagi yang nafar awal. Untuk lontaran mulai tanggal 11 Dzulhijah mulai dari jumroh Ula, Wustha dan Aqobah.

وَاذْكُرُواْ اللّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ فَمَن تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ 

Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.(Albaqoroh 203)

Perjalanan dari tenda Mina menuju Jumroh kira-kira 2 kilometer, sangat membantu sekali, ada terowongan, adanya escalator berjalan, sehingga sangat membantu, tetapi yang menjadi kendala adalah antre di kamar mandi berjam sehingga butuh stamina yang kuat, kadar air yang cukup dalam tubuh, butuh oralit, harus tetap menjaga kesehatan tubuh, berjuang sekali, bersandar padaNya. Semua ada hikmahnya, mengajarkan akan perjuangan, kekuatan iman, kecintaan padaNya, tidak sombong, bersyukur atas segala nikmat yang sudah Alloh berikan, Alhamdulillah. Tidak ada yang sempurna, sehingga teruslah bersyukur.


Makna dari melontar Jumroh adalah simbol perlawanan manusia terhadap syetan. Manusia harus melakukan perlawanan kepada syetan karena selalu berupaya menyesatkan manusia dari jalan kebenaran dan menjauhkan mereka dari jalan Allah SWT. Melempar jumroh adalah simbol keteladanan Hajar yang menunjukkan sikap perlawanan terhadap setan. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa sewaktu Ibrahim membawa Ismail untuk disembelih, syetan membujuk Hajar agar menghentikan langkah suaminya itu. Sebagai seorang ibu, menurut syetan, Hajar tidak akan sampai hati mengetahui buah hatinya dikorbankan. Perkiraan syetan ternyata meleset. Bukannya menuruti bisikan syetan, Hajar malah mengambil batu dan melemparinya berkali-kali.

Melontar jumroh adalah bagaimana membuang sifat angkuh dalam diri, sifat sombong, membuang sifat-sifat syetan dalam diri, Allohuakbar dalam setiap lontaran, meyakini bahwa Alloh yang maha besar.

Pelajaran berharga yang bisa kita sama-sama tafakuri diantaranya:
  • Bahwa beribadah sebelumnya harus tahu ilmunya, karena ibadah haji juga sangat dituntut sekali ilmu, baik itu rukun, wajib dan yang lainnya
  • Selain ilmu perlu juga adab, dan yang pastinya terlebih dahulu aqidah dimantapkan.
  • Butuh sekali persiapan fisik dan pengetahuan akan kesehatan di daerah panas karena modal ilmu tentang hukum-hukum haji saja tidak cukup, tentu fisik berpengaruh, jika tubuh sehat insyaallah ibadah lancar.
  • Yang paling utama sekali adalah mohon pertolongan selalu pada Alloh akan segala hal, sekecil apapun. Sampai saya teringat, bahkan air mata ini menetes, mendengar dan merasakan sendiri, hal kecil pun kita mohon pertolongan Alloh dan Alloh bantu. Hanya pada Alloh lah kita bergantung, hanya padaNya lah kita meminta pertolongan.
  • Bersabarlah, antre di kamar mandi, panas terik, sehingga tidak perlulah banyak bicara, nikmati dan syukuri setiap proses, pasti terasa menyenangkan.
  • Yakini waktu setiap detiknya berharga, karena jarang-jarang kita bisa sampai ke sini lagi.
  • Kebaikan balasannya kebaikan, sehingga teruslah berbuat baik, bahkan hanya sekedar tersenyum kepada sesama muslimah, pedulilah dengan sesama.
  • Meyakini setiap kelemahan diri dan senantiasa berserah diri pada Zat yang menguasai setiap kejadian.
  • Rasakan bahwa Alloh sangat dekat sekali, sangat dekat, sangat dekat. Allohuakbar.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS