Powered by Blogger.
RSS

The Next Trip's "PESTA"

Kita bisa saja berbuat sesuka kita, tapi masih ada yang di Atas sana menyaksikan dengan seksama setiap jenak langkah kita, setiap jenak nafas yang hela menghela, bahkan dengan setiap jenak detak jantung kita, dan Ia tak akan pernah tidur dengan segala apapun yang terlintas di benak kita masing-masing..Dia lah Alloh Zat yang Maha Memiliki


Pertualangan akan terus berlanjut, tapi sekali lagi ia harus punya arti, harus punya makna, harus punya manfaat, tidaklah misalnya untuk diri, semaksimalnya untuk masa depan bangsa ini...Mari kita mulai memikirkan bangsa ini...Yah..tepatnya mau dibawa kemana generasi ini? Atau ia akan tetap merajalela, melangkah tanpa tau tujuan, atau habis digerus zaman dengan segala tingkah pola kemunafikan...tidakkkk..saya tak rela. Kita pun semua tak rela tentu. Betapa banyak hari ini, generasi muda usia sekolah yang tak lagi mengerti arti sopan santun, betapa banyak masuk ke dalam pergaulan bebas, betapa banyak? Tentunya sangat banyak sekali..Silahkan kita jawab sendiri..ya..






Sekarang saatnya menatap ke depan, banyak ajang yang positif untuk meraih jati diri yang lebih baik insyaallah, bergabung dalam rangkaian kegiatan-kegiatan positif dan bertemu dengan teman-teman yang banyak inovasi tentunya..Nah disinilah tempatnya..kita sudah mencoba, dan tentunya akan selalu mencoba menjadi lebih lebih baik. Mencetak generasi yang berprinsip insyaallah..


The Next Trip's..Pesta 2014 (Pesantren akhir Tahun) Yayasan Bina Insani Full OutBound 14 Desember 2014 di Pilubang Resort...Alhamdulillah dihadiri oleh pelajar SMU sederajat Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota..Dokumentasi dikumpulkan dari Panitia Penyelenggara..Keep Fight..Meluncurrrr..








  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

"Aia Tajun Lubuak Batu Bulan"

"Kegundahan itu menghimpit, terhimpit, bahkan ia tak mampu berlari kencang lagi, menepi, menyudut lalu berurai air mata. Setiap diseka, ia kembali berurai dengan segala asa kehabisan kata-kata yang tak bertuan, kemudian hilang, sendu terbawa semilir angin pencerahan"
Ekspedisi dimulai, bisa lah sebagai bekal semangat yang baru atau memang sedang ingin menyegarkan diri, kembali berbagi nostalgia dengan alam-alam yang tak sabar lagi untuk dijamah, yah..ingin kembali menikmati alam Mu tuhan dengan segala keelok-kan nya.


Meluncurrrr, "Aia Tajun Lubuak Batu Bulan". Tak gampang memang untuk menaklukkan mu, sekokoh batu-batu besar yang mengelilingi mu, seperti itu juga tak gampang engkau untuk diraih. Ah..sudahlah terlalu puitis saya:)..mmm. Langsung saja, Perjalanan di mulai menuju Mungka melewati Simpang Kapuak, kalau saya hafal jalannya, dari arah Lampasi setelah jembatan Lampasi kita belok kanan, setelah sampai di mungka, masuk terus menuju Simpang Kapuak. Perjalanan kali ini, insyaallah akan ditempuh selama kira-kira satu jam dengan motor dan tiga puluh menit lagi berjalan kaki.

Bekal kemampuan mengendarai motor bisa dipraktekkan disana, tak apalah selagi masih ada kesempatan. Tak terbayang sebelumnya, kalau jalan yang akan ditempuh sangat berbahaya, syukurlah semingu sudah hujan tak turun, sehingga aspal coklat tak perlu hidup pula untuk menghiasai jalan yang memang kurang layak untuk ditempuh. Awalnya biasa, lobang-lobang di jalanan tanah bisa terlewati dengan aman, persis setelah habis jalan tanah, persimpang dua, kita belok kiri, ada jalan baru dengan sedikit semen, lebar kira-kira 1 meter, yah maksimal 1,5 meter an. Tak terlalu yakin memang, benarkah ini jalannya? soalnya teman-teman yang lain sudah maju duluan. Ternyata benar, motor matic jadi korban, mmm dipaksa untuk menanjak tinggi, jalan berbatu, derjat ketinggian yang lumayan curam, tebing di sebelah kirinya dan jurang sebelah kanan. Cukup menantang nyali, sampai salah satu diantara kami, motornya merosot kebawah karena rem kiri alias rem roda belakang tak lagi mampu menahan beban, syukurlah ada penduduk yang lewat dengan seketika memegang rem kanan roda depan, Alhamdulillah berhasil melewatinya.


Tak cukup sampai disana, ada beberapa yang tak bisa motornya naik, karet rem sudah berbau, jalan kaki menanjak siap jadi pilihan.Mmm, lega rasanya, tapi belum usai kawan, masih banyak tantangan berikutnya. Siap, menguji nyali dengan jalan tanah liat yang agak kering, syukur lagi-lagi hujan belum turun, sehingga aspal tanah tak perlu hidup. 

Landai nama daerahnya, lanjut menuju kubang balambak, Kabupaten Lima Puluh Kota. Jujur kawan, sebelumnya saya tak pernah membayangkan ada perkampungan di atas bukit ini, tapi inilah nyatanya. Luar biasa, saya jadi banyak bersyukur. Salut sekali dengan penduduk disini, dengan segala perjuangan dan semangatnya. Ah..banyak yang terlintas di kepala ini, perjuangan, pendidikan, semangat, kesungguhan..


Cukup sampai di sini? O, belum kawan, masih ada dimensi lain lagi, keindahan yang akan kita temukan. setelah parkir motor di Kubang Balambak, lanjut track jalan kaki 30 menit. Dannnn, akhirnya berjumpa dengan kebun "Gambia" untuk sejanjutnya bersua juga dengan "Aia Tajun Lubuak Batu Bulan"...Luar Biasa, sekilas biasa, tapi setelah dihayati jadi semakin mengerti bahwa semua tak ada yang sia-sia.

Next, Makan siang, sholat Dzuhur dan menikmati keelok-kan nya, sekalipun masih banyak sampah disana. Kembali pulang dengan jalur yang berbeda, Kubang Balambak, Jorong Aia Putiah Kec. Harau, lanjut menuju Kelok Sembilan yang sekarang jadi icon wisata jalan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Tancap gas, Alhamdulillah sampai kembali di rumah masing-masing.
"Inilah kawan, inilah saudara, ia tak menuntut lebih dari mu, hanya meminta mu menjadi seorang yang banyak memberi arti pada siapa pun, yang ada ketika engkau butuh, yang setia berbagi cinta kala asa tak bertepi, yang setia mendengarkan curhat-curhat mu dikala engkau sedang butuh semangat, yang tak pernah menyakiti mu walaupun sedang di belakang mu. Yah..inilah saudara ia tempat berbagi dalam suka ataupun duka. Next trip's..? Kita tunggu tanggal mainnya, sembari bersiap menyusun langkah untuk menguatkan cinta selalu pada Rabb penguasa segala cita dan harapan"








































  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bahagia itu Sederhana

Mengumpulkan selalu energi positif untuk sebuah proses perbaikan diri adalah sebuah sebuah kemestian, sehingga mari sobat..sama-sama kita perbaharui rasa syukur kita pada Zat yang senantiasa mencintai kita dalam keadaan apapun. Kita nya saja yang kurang menyadari bahwa naunganNya setiap saat. Yah..setiap detak nafas kita.

Nah..lagi-lagi saya harus ngumpulin energi itu setiap saat, kalau kali ini dalam tulisan..
Betul..Bahagia itu sederhana
"Bahagia ketika melihat orang lain sukses,bahagia ketika orang yang pernah secara tidak langsung menyakiti kita namun sekarang ia sukses, kita juga turut bahagia, sehingga bahagia itu sederhana saja"
"Bahagia itu, ketika kita bisa memahami orang lain seperti halnya kita tak menuntut orang lain seperti yang kita inginkan, pasti akan bahagia"

"Bahagia itu, ketika kita tak memandang jelek orang lain yang pernah sangat bersalah kepeda kita karena sejatinya "No Body Perfect"..Yah..bahagia itu ketika orang yang kita cintai juga merasakan bahagia seperti yang kita rasakan"

"Bahagia itu, ketika kita bisa tetap tenang disaat orang lain berusaha merusak kebahagiaan kita karena sebuah kemestian syetan akan merasa tidak nyaman jika manusia bahagia"
"Bahagia itu, ketika kita bisa membahagiakan orang yang kita sayangi, seperti orang tua misalnya, nah..selanjutnya mari kita rasakan luapan bahagia itu ketika orang tua kita meneteskan air mata bahagianya di hadapakan kita..Subhanalloh..tak bisa diungkapkan.." Akan beda dimensinya masing-masing kita. Termasuk keluarga dekat kita sekalipun tak akan mampu menilai bagaimana bahagianya kami. Bagi kami bahagia itu "hati"..menghargai setiap pendapat, bertutur kata sopan, mengatakan yang patut dikatakan, dan menyimpan sesuatu yang tak patut dikatakan..yah..inilah kami dengan sejuta bahagia.

Selanjutnya, mari kita bingkai bahagia itu dengan tak menyimpan dendam kepada siapa pun, dalam hal apapun, dalam moment apapun, karena dendam akan mengikis kelembutan hatimu, ia akan membakar ragamu, biarkan Alloh tempat mu menyandar, insyaallah akan senantiasa bahagia bersama mu..Tak lebih, kita tak bisa menuntut orang lain seperti yang kita inginkan, sama hal nya orang lain tak bisa menuntut kita seperti yang ia inginkan..Tersenyumlah..bahagialah..kemudian satu lagi..bahagia itu tak bisa dinilai dengan materi karena bahagia itu milik jiwa. Jiwa yang mana Rabb kita yang menguasai:)

Alloh lah tempat kita kembali

Banyak tempat, banyak moment yang mengajarkan kita akan sebuah keutamaan Alloh di atas segalanya. Sekalipun hanya sebuah masalah kecil, tapi ia bisa menjadi sebuah pembelajaran besar bahwa selama engkau masih menjadikan Alloh yang utama maka selamanya kita harus siap melewati setiap setiap langkahnya, tak pilih apakah itu menyenangkan, membuat kita tersenyum bahagia atau bahkan membuat air mata mu menetes atau beratnya lagi engkau dituntut menjadi lebih tenang menyikapi dan menyelesaikan semuanya.

Pernah suatu ketika seseorang ditanya, Rasulullah banyak masalah?Rasulullah berat masalahnya?Rasulullah banyak ujiannya? jawabannya iya, lalu akhirnya bagaimana? Bahagia atau sengsara? Jawabannya pasti " Bahagia".

Lalu kita? yah..belum seberapa, hanya sedikit, sedikit sekali, hanya kecil hambatan, lalu kenapa kita lari dariNya? seharusnya tambah mendekat bukan? Memang sudah sebuah kemestian, untuk bahagia itu harus melewati rintangan. Tak mungkin, engkau bisa bijaksana, jika tak ada konflik yang engkau hadang.Engkau tak akan mungkin bisa dewasa kalau tak ada ujian yang kau lalui. Engkau tak mungkin bisa berlari kalau kau tak pernah melangkahkan kaki mu. Engkau tak mungkin bisa tau kesalahan mu kalau engkau tak penah ditegur atas kesalahan mu. Yah..semuanya bisa kita dapatkan disini dikehidupan ini, bisa kita temukan, saksikan bahkan kita melewatinya.

Masihkah kita mengeluh? seharusnya bersyukur karena banyak samudare ilmu yang mendidik kita, menjadi hamba yang selalu mengembalikan pada Zat yang menguasai jiwa kita..Alloh tempat kita kembali..

 suber gambar: http://manutosimple.blogspot.com/2013/06/bahagia-itu-sederhana.html
http://joetatawarna1.wordpress.com/2013/05/03/bahagia-itu-sederhana-joe-tata-warna/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

University of Life



Banyak yang bertanya, sampai dimanakah engkau mampu menjalani hidup ini? Tentu jawabannya akan berbeda dari masing-masing mulut manusia. Tidak bisa digambarkan dengan logika, tak bisa dibayangkan dengan nalar, butuh proses dan hikmah untuk menjalani kehidupan ini. Semenjak kecil, mungkin setiap kita bisa tertawa lepas tanpa beban, bisa menangis keras tanpa tau sakit hati dari tangisan itu, habis begitu saja ketika air mata sudah hilang di pelupuk mata.

Apa yang ku pikir tentang pagi dan senja hari, ia sebuah peradaban kehidupan yang senantiasa memutar dengan penuh imajinasi. Penuh inspirasi, tak banyak orang bersama mu disini membangun peradapan kehidupan ini. Yah..kehidupan ini, ia tak bisa di dapat hanya dari jenjang pendidikan formal di bangku sekolah dan bangku-bangku perkuliahan, ntah itu sampai jenjang ke berapa pun? Yah..kehidupan penuh makna, tak hanya bisa di dapat dari jenjang karir yang tinggi, tidak teman, ia butuh pembelajaran, butuh penalaahan yang dalam.

Apakah aku terlalu berpikir dalam? Tidak teman, hanya bisa sedikit berbagi, bahwa perkuliahan sejati tidaklah di bangku formal, inilah hidup sobat. Kadang, berjalan mulus tanpa rintangan, tersenyum bahagia menyaksikan para muda-mudi berjalan penuh semangat, kadang ia pun menangis tak tahu sebab, lalu lalang manusia tanpa henti mengejar dunia yang tak berarti. Ah..sudahlah, terlalu banyak retorika, hanya ada topeng-topeng berwujud tak sesuai jati diri, ia di makan oleh ke egoisan. Ah..sudahlah, terlalu banyak kemunafikan, tidak teman..saya sedang dalam keadaan sadar, sedang berusaha menilai dan mengambil hikmahnya untuk diri yang masih banyak kurangnya.

Sudah lama berada di sini, di bumi yang Engkau ciptakan sangat indah, indah sekali, sampai mata ini tak berkedip saat menyaksikan keindahan yang Engkau berikan. Tapi, tidak teman, semuanya hanya akan jadi fotamargana kala diri tak mampu bersyukur. Inilah hidup sobat, kadang bukan masalah waktu dan umur, tapi ini masalah dewasa, kemampuan diri menerawang jauh pada setiap dimensi kehidupan ini. Yah..Realita kehidupan lah mengajarkan ku banyak hal, banyak orang yang sangat baik, tentu sangat banyak sekali orang yang jahat, sekalipun pada dasarnya ia tak memilih pada yang jahat, kehidupan jualah yang menariknya jauh pada kebaikan. Banyak juga topeng-topeng manusia yang menyamar ambisi sesaat, lalu menghilang tanpa bekas. Yah..sudahlah..kehidupan jualah yang beraksi di sini. Walaupun pada dasarnya setiap kita punya pilihan, pilihan menjadi yang baik, namun ia kejar mengejar dengan kebaikan yang terlalu suci untuk kau rampas. Ahh..aku sedang tidak mengeluh, tapi aku sedang belajar, memaknai hidup ini dalam putaran masa yang senantiasa banyak mengajarkan kekokohan keimanan, semoga begitu juga dengan mu teman. Karena cita kita sejatinya hanya ingin berkumpul bersama di JannahNya.

Topeng-topeng itu tidak berpenghuni teman, ia hanya singgah lalu pergi tanpa bekas. Ah..sudahlah..jangan kau bawa-bawa topeng dalam urusan ini. Ini hanya urusan naluri kemanusiaan, kadang bisa baik, kadang pun bisa memangsa orang-orang tak bersalah.

Tulisan ini sengaja ku tuliskan dalam bentuk yang berbeda dari tulisan-tulisan sebelumnya, kadang ada personifikasi, sekalipun coba ku ulas dengan bahasa deskriftif. Ah..sudahlah..Ia lagi-lagi hanya sebuah pencitraan dengan arah yang jelas bahwa “inilah hidup sobat” dalam nyatanya dunia ini, tak bisa kau dapatkan dalam bangku-bangku formal sekalipun..”Hidup Manusia”. 

Tetaplah baik, sekalipun badai kekuasaan menerjangmu,

tetaplah santun sekalipun hati mu sedang gundah,

Tetaplah jujur sekalipun semua orang membencimu

Karena kejujuran itu berdarah-darah..

Tetaplah tersenyum, sekalipun hatimu sedang remuk

Tetaplah gigih membentuk peradaban kebenaran,

Sekalipun semua orang tak sejalan dengan mu

Tetaplah berjalan sampai kelelahan lelah menyertai mu

Karena sejatinya engkau sedang berjuang selamanya,

Menembus batas-batas kenormalan bagi sebagian orang..

Tetaplah tegakkan kepalamu, tatap masa depanmu, sekalipun jalan itu berliku

Karena janji Pencipta mu itu pasti..

“Hidup Manusia” dan kembalilah pada Rabb mu,

selanjutnya akan engkau rasakah dimensi lain dari hidupmu yaitu “SYUKUR”


Payakumbuh “ 22-06-2014” Sejuta Laskar Bersemangat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Catatan Perjalanan : Liburan “Surga Kecil itu Bahagia”


Tanggal merah pada ngapain? Pertanyaan yang harus segera saya jawab sepertinya karena saya sudah lebih dahulu liburannya. Nah, ini dia pengalaman liburan saya, semoga saja bisa jadi liburan sehat dan bermanfaat yah.


Daun yang sudah mulai menguning itu tepat ada di atas kepala saya, batang besar milik “katapiang” dengan buah kecil berdiameter 5 cm, menyerupai buah kelapa, tetapi rasanya seperti kacang “mede”,begitu kata “uni” penghuni dan penjaga pulau. Semilir angin dan deburan ombak pulau angsa dua menambah sejuk suasa siang tengah hari. Tidaklah mengapa, sedikit meluruskan pinggang di atas bale-bale dari kayu, di ujung sana, ada dua pulau lagi yang akan siap kami kunjungi.

Pasir putih dengan batu karang yang sudah mati, ikut menepi oleh ombak yang tak bosan bergelombang. Putih itu kian berlari-lari karena setiap menepi kembali dikejar oleh air yang membiru. Lukisan mahakarya indah yang hanya bisa dinikmati oleh sejuknya mata yg sedang memandang.

08.00 WIB

Langit cerah sepenggal matahari naik, siap meluncur, dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam melaju ringan, roda dua di bawah berjalan lancar, jaket tebal siap dipasang, perjalanan darat kira-kira 2,5 jam menuju pariaman dari kota kelahiran ku “payakumbuh”.

10.30 WIB

Angin segar tiba-tiba menyeruak di balik hijau dan rimbunnya pohan cemara pinus Casuarina cunninghamian”, berjejer di sepanjang jalan pantai kata, cermin, gondoria. Jauh diseberang sama sekitar 2 mil dari pantai ada empat pulau berbaris  sejajar dengan tepian pantai sumatera bagian tengah. Kecepatan laju motor sudah mulai mengecil, sambil asyik menikmati, memanjakan mata dengan banyaknya jajanan tradisional “sala lauak, udang tepung, dll”. Sembari melaju, bau ikan segar sehabis di tangkap semalam hinggap di hidung siapa saja yang lewat dekat pasar ikan dikumpulkan sebelum di bawa ke pasar-pasar merambah konsumen. 

11.20 WIB

Muara tempat kapal merapat dan berlabuh. Siap-siap bersatu dengan biru air, dengan bermodalkan menyewa kapal nelayan bermesin kecil, kami melaju ringan. Riak dan busa air laut pecah ketika mesin perahu dihidupkan. Modal berenang yang pas-pas an tak lah mengapa jika berani mecoba, tiga orang cukup dan satu orang bapak yang punya kapal. Terasa kecil raga ini di Maha Kuasa penciptaan Mu, kapal kecil malaju, tepat berada di tengah antara tepian dan pulau yang kami tuju, hanya keimanan yang ditanya, tak perlu ada kesombangan, tak perlu ada keanggkuhan, tak perlu ada kemewahan, tak perlu ada ketakukan karena yang ditanya keimanan ketika dalamnya laut di bawah sana, betapa banyaknya terumbu karang, betapa birunya air laut, ia seolah berkata “bahwa saya dan kita yang berada di atas perahu hanyalah sebagian kecil dari apa yang ada tampak di luasnya samudera”

11.55 WIB

Merapat sudah perahu kami di tepi pulau angsa dua, duduk sejenak menikmati sejuknya angin dan indahnya jejeran “molluscusumang-umang kecil di atas pasir putih pantai. Saat tiba waktu dzuhur kami pun sholat dzuhur di surau yang ada di pulau. Tak lah terlalu besar, “surau tuo” kecil yang dibangun persis di debelakangnya ada kuburan panjang yang bersejarah, sehabis sholat dari jendela surau yang dibangun tinggi, saya perhatikan ke bawah cukup panjang juga kuburannya.



13.30 WIB


Pertualangan kami dimulai, segar sudah mata ini, segar sudah jiwa ini, segar sudah pandangan ini setelah bercaka-cakap dengan Sang Pemilik Jiwa. Kaki kami terus melangkah, tangan kami terus mengayun, sembari tas ransel kecil yang tersandang siap juga mengayun dalam selempang untuk mengitari pulau yang tak terlalu besar dengan luas kira-kira 3,5 hektar, sehingga tak butuh banyak waktu untuk mengitarinya. Seperti berjejer kami berjalan dan sibuk dengan kegiatan  masing-masing. Ada sebongkah bahagia di dalam dada ini karena ia bermuara, bermuara pada Zat yang menciptakan seluruh yang tanpak indah dan mengesankan sekalipun masih ada beberapa sampah plastik yang dibuang di lokasi tepian pulau. 



Matahari tak lagi tepat di tengah kepala, sudah bergeser sesudut segitiga sama kaki, namun panasnya masih saja membuat peluh kami menetes, denga bekal makan dan minum orange jus dingin..mmm segar sekali. Nasi bungkus yang telah sebelumnya kami siapkan, siap untuk dilahap, bekal untuk bapak yg membawa kapal, juga tak lupa kami siapkan, sehabis semalam ia mencari ikan, tentulah kantuk sangat menyerang, terlelap sudah bada raganya di atas bale-bale bambu dengan angin yg sadap.

                                                                                                                                             bersambung

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS