Kita adalah apa yang kita pikirkan, pastikan setiap yang kita pikirkan adalah berkwalitas dan bermanfaat untuk diri kita. Sudah jarang tak berkunjung ke lapak ini, sekarang saya mencoba untuk berpikir banyak yang baik-baik..nah kali ini salah satunya setelah kita tumbuhkan cinta kita pada Alqur'an, sekarang berinteraksi dengan Alqu'ran tentu sangat banyak nilai positifnya. Tulisan berikut saya ambil dari karangan Ust. Dr. Yusuf al Qaradhawi yang diambil dari sumber: http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Etc/Interaksi.html. SEmoga bermanfaat untuk saya dan kita semua, terutama untuk yang berbagi banyak akan kebaikan tulisan ini, berkah dan keridhoan Alloh swt untuk Ust. Dr. Yusuf al Qaradhawi, berkat karya dan ketaatannya, banyak ilmu yang bisa kita ambil, berikut tulisan yang saya copas:
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan
kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak
mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang
lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih
dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada
orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di
dalamnya untuk selama-lamanya." ( Al Kahfi: 1-3)
Salawat serta salam bagi Nabi yang mu'jizatnya Al Qur'an,
imamnya Al Qur'an, akhlaqnya Al Qur'an, dan penghias
dadanya, cahaya hatinya juga penghilang kesedihannya adalah
Al Qur'an: Nabi Muhammad bin Abdullah, dan keluarganya serta
para sahabatnya, yang beriman dengannya, mendukung dan
membantunya, serta mengikuti cahaya yang diturunkan
kepadaanya, mereka adalah orang-orang yang beruntung, dan
seluruh orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari
kiamat.
Amma ba'du:
Rabb kita telah memberikan kemuliaan kepada kita
--sebagai kaum Muslimin-- dengan menganugerahkan kitab suci
yang terbaik yang diturunkan kepada manusia. Rabb kita juga,
telah memuliakan kita dengan mengutus nabi yang terbaik yang
pernah diutus kepada manusia. Sesuai firman Allah SWT:
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?" (Al Anbiyaa: 10).
Kitalah, kaum muslimin, satu-satunya umat yang memeliki
manuskrip langit yang paling autentik, yang mengandung
firman-firman Allah SWT yang terakhir, yang diberikan untuk
menjadi petunjuk bagi umat manusia. Dan anugerah itu terus
terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata maupun makna.
Karena Allah SWT. telah menjamin untuk memeliharanya, dan
tidak dibebankan tugas itu kepada siapapun dari sekalian
makhluk-Nya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al Hijr: 9).
Al Qur'an adalah kitab Ilahi seratus persen: "(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu." (Huud: 1)
"Dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." ( Fush-shilat: 41-42)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab agama
atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan,
kecuali Al Qur'an. Tidak ada seorangpun yang dapat menambah
atau mengurangi satu hurup-pun darinya.
Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal dan dijelaskan,
sebagaimana bentuknya saat diturunkan oleh Allah SWT kepada
nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan ruh yang terpercaya
(Jibril).
Al Quran berisikan seratus empat belas surah. Seluruhnya
dimulai dengan basmalah (bismillahirrahmanirrahim). Kecuali
satu surah saja, yaitu surah at Taubah. Ia tidak dimulai
dengan basmalah. Dan tidak ada seorang pun yang berani untuk
menambahkan basmalah ini pada surah at Taubah, baik dengan
tulisan atau bacaan. Karena, dalam masalah Al Qur'an ini,
tidak ada tempat bagi akal untuk campur tangan.
Perhatian kaum muslimin terhadap Al Quran sedemikian
besarnya, hingga mereka juga menghitung ayat-ayatnya
--bahkan kata-katanya, dan malah hurup-hurupnya--. Maka
bagaimana mungkin seseorang dapat menambah atau mengurangi
suatu kitab yang dihitung kata-kata dan hurup-hurupnya itu?!
Tidak ada di dunia ini suatu kitab yang dihapal oleh
ribuan dan puluhan ribu orang, di dalam hati mereka, kecuali
Al Qur'an ini, yang telah dimudahkan oleh Allah SWT untuk
diingat dan dihapal. Maka tidak aneh jika kita menemukan
banyak orang, baik itu lelaki maupun perempuan, yang
menghapal Al Qur'an dalam mereka. Ia juga dihapal oleh
anak-anak kecil kaum Muslimin, dan mereka tidak melewati
satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Demikian juga dilakukan
oleh banyak orang non Arab, namun mereka tidak melewati satu
hurup-pun dari Al Qur'an itu. Dan salah seorang dari mereka,
jika Anda tanya: "siapa namamu?" --dengan bahasa Arab--
niscaya ia tidak akan menjawab! (Karena tidak paham bahasa
Arab!, penj.). Ia menghapal Kitab Suci Rabbnya semata untuk
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, meskipun ia
tidak memahami apa yang ia baca dan ia hapal, karena ia
tertulis dengan bukan bahasanya.
Al Qur'an tidak semata dijaga makna-makna,
kalimat-kalimat serta lafazh-lafazhnya saja, namun juga cara
membaca dan makhraj hurup-hurupnya. Seperti kata mana yang
harus madd (panjang), mana yang harus ghunnah (dengung),
izhhar (jelas), idgham (digabungkan), ikhfa (disamarkan) dan
iqlab (dibalik). Atau seperti yang digarap oleh suatu ilmu
khusus yang dikenal dengan "ilmu tajwid Al Qur'an".
Hingga rasam (metode penulisan) Al Qur'an, masih tetap
tertulis dan tercetak hingga saat ini, seperti tertulis pada
era khalifah Utsman bin Affan r.a., meskipun metode dan
kaidah penulisan telah berkembang jauh. Hingga saat ini,
tidak ada suatu pemerintah muslim atau suatu organisasi
ilmiah pun, yang berani merubah metode penulisan Al Qur'an
itu, dan menerapkan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku
bagi seluruh buku, media cetak, koran dan lainnya yang
ditulis dan dicetak, bagi Al Qur'an.
Allah SWT menurunkan Al Qur'an untuk memberikan kepada
manusia tujuan yang paling mulia, dan jalan yang paling
lurus.
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus." (Al Israa: 9)
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." ( Al Maaidah: 15-16)
Al Qur'an adalah "cahaya" yang dianugerahkan Allah SWT
kepada hamba-hamba-Nya, di samping cahaya fithrah dan akal:
"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)." (An Nuur: 35). Dan Al Qur'an mendeskripsikan dirinya sendiri sebagai cahaya, dalam banyak ayat.
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an)." (An Nisaa: 174)
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan." (At Taghaabun: 8).
Dan berfirman kepada para sahabat Rasulullah Saw dengan
firman-Nya:
"Dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an)." (Al A'raaf: 157)
Di antara karakteristik cahaya adalah: Dirinya sendiri
telah jelas, kemudian ia memperjelas yang lain. Ia membuka
hal-hal yang samar, menjelaskan hakikat-hakikat, membongkar
kebatilan-kebatilan, menolak syubhat (kesamaran),
menunjukkan jalan bagi orang-orang yang sedang kebingungan
saat mereka gamang dalam menapaki jalan atau tidak memiliki
petunjuk jalan, serta menambah jelas dan menambah petunjuk
bagi orang yang telah mendapatkan petunjuk. Dan jika Al
Qur'an mendeskripsikan dirinya sebagai "cahaya", dan dia
adalah "cahaya yang istimewa", ia juga mendeskripsikan
Taurat dengan kata yang lain:
"Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)."
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)". (Al Maaidah: 44)
Demikian juga mendeskripsikan Injil seperti itu, seperti
dalam firman Allah SWT tentang Nabi 'Isa:
"Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) ." (Al Maidah: 46)
Perbedaan dalam dua pengungkapan itu menunjukkan
perbedaan antara Al Qur'an dengan kitab-kitab suci lainnya.
Seperti diungkapkan oleh Al Bushiry dalam Lamiah-nya:
"Maha Besar Allah, sesungguhnya agama Muhammad Dan kitab sucinya adalah kitab suci yang paling lurus dan paling teguh Jangan sebut kitab-kitab suci lainnya di depannya Karena, saat mentari pagi telah bersinar, ia akan memadamkan pelita-pelita".
Hal itu karena Al Qur'an ini datang untuk membenarkan
kitab-kitab suci yang telah turun sebelumnya. Yaitu yang
berkaitan dengan pokok-pokok aqidah dan akhlak, sebelum
kitab-kitab itu dipalsukan dan diubah tangan manusia. Al
Qur'an juga mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu
dengan mengoreksi dan meluruskan tambahan-tambahan dan
perubahan-perubahan yang telah disisipkan oleh manusia dalam
kitab-kitab itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu." (Al Maaidah: 48)
Al Qur'an --sebagaimana ia diturunkan oleh Allah SWT--
mempunyai keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa
dibanding kitab suci lainnya. Ia adalah kitab Ilahi, kitab
suci yang menjadi mukjizat, kitab yang memberikan penjelasan
dan dimudahkan untuk dipahami, kitab suci yang dijamin
pemeliharaan keautentikannya, kitab suci bagi agama
seluruhnya, kitab bagi seluruh zaman, dan kitab suci bagi
seluruh manusia.
Al Qur'an juga mempunyai maksud dan tujuan yang
dibidiknya, di antaranya: meluruskan kepercayaan-kepercayaan
dan pola pandang manusia tentang Tuhan, kenabian, dan
balasan atas amal perbuatan, serta meluruskan pola pandangan
tentang manusia, kemuliaannya dan menjaga hak-haknya,
terutama bagi kalangan yang lemah dan tidak berpunya.
Ia juga bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan
Rabbnya, agar manusia hanya menyembah-Nya semata dan
bertaqwa kepada-Nya dalam seluruh urusannya.
Al Qur'an juga bertujuan untuk membersihakan jiwa
manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan
baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya
rusaklah masyarakat seluruhnya.
Ia juga berusaha membentuk keluarga yang kemudian menjadi
pangkal kedirian suatu masyarakat. Juga mengajarkan sikap
adil terhadap kalangan perempuan, yang merupakan pokok utama
dalam bangunan keluarga.
Al Qur'an juga membangun umat yang saleh, yang
dianugerahkan amanah untuk menjadi saksi bagi manusia, yang
diciptakan untuk memberikan manfaat bagi manusia dan
memberikan petunjuk bagi mereka.
Setelah itu, mengajak untuk menciptakan dunia manusia
yang saling kenal mengenal dan tidak saling mengisolasi
diri, saling memberi maaf dan tidak saling membenci secara
fanatik, serta untuk bekerja sama dalam kebaikan dan
ketaqwaan, bukan dalam kejahatan dan permusuhan.
Kita berkewajiban untuk memperlakukan Al Qur'an ini
secara baik: dengan menghapal dan mengingatnya, membaca dan
mendengarkannya, serta mentadabburi dan merenungkannya.
Kita juga berkewajiban untuk berlaku baik terhadapnya
dengan memahami dan menafsirkannya. Tidak ada yang lebih
baik dari usaha kita untuk mengetahui kehendak Allah SWT
terhadap kita. Dan Allah SWT menurunkan kitab-Nya agar kita
mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya, serta
mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap
orang berusaha sesuai dengan kadar kemampuannya.
Namun yang disayangkan, dalam bidang ini telah terjadi
kerancuan yang berbahaya, yaitu dalam memahami dan
menafsirkan Al Qur'an. Oleh karena itu harus dibuat
rambu-rambu dan petunjuk yang mampu menjaga dari kekeliruan
dalam usaha ini, serta perlu diberikan peringatan tentang
ranjau-ranjau yang menghadang di jalan, yang dapat berakibat
patal jika dilanggar.
Tidak selayaknya umat Al Qur'an mengalami hal yang sama
yang pernah terjadi dengan umat Taurat, yang diungkapkan
oleh Al Qur'an dalam firman-Nya:
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal." (Al Jumu'ah: 5).
Kita juga harus berlaku baik terhadap Al Qur'an dengan
mengikuti petunjuknya, mengerjakan ajarannya, menghukum
dengan syari'atnya serta mengajak manusia mengikuti
petunjuknya. Ia adalah manhaj bagi kehidupan individu,
undang-undang bagi aturan politik, serta petunjuk dalam
berdakwah kepada Allah SWT.
Inilah yang berusaha dilakukan buku ini dalam empat bab
utamanya, dengan bertumpu --terutama-- pada Al Qur'an itu
sendiri, karena ia adalah objek kita, namun ia juga petunjuk
itu.
Umat kita pada abad-abad pertama --yang merupakan
abad-abad yang paling utama-- telah berinteraksi dengan baik
terhadap Al Qur'an. Mereka berlaku baik dalam memahaminya,
mengetahui tujuan-tujuannya, berlaku baik dalam
mengimplementasikannya secara massive dalam kehidupan
mereka, dalam bidang-bidang kehidupan yang beragam, serta
berlaku baik pula dalam mendakwahkannya. Contoh terbaik hal
itu adalah para sahabat. Kehidupan mereka telah diubah oleh
Al Quran dengan amat drastis dan revolusioner. Al Qur'an
telah merubah mereka dari perilaku-perilaku jahiliyah menuju
kesucian Islam, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan ke
dalam cahaya. Kemudian mereka diikuti oleh murid-murid
mereka dengan baik, untuk selanjutnya murid-murid generasi
berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan
baik pula. Melalui mereka itulah Allah SWT memberikan
petunjuk kepada manusia, membebaskan negeri-negeri,
memberikan kedudukan bagi mereka di atas bumi, sehingga
mereka kemudian mendirikan negara yang adil dan baik, serta
peradaban ilmu dan iman.
Kemudian datang generasi-generasi berikutnya, yang
menjadikan Al Qur'an terlupakan, mereka menghapal
hurup-hurupnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya.
Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar dengannya,
tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al Qur'an,
tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al Qur'an
serta tidak menganggap kecil apa yang dinilai kecil oleh Al
Qur'an. Di antara merek ada yang beriman dengan sebagiannya,
namun kafir dengan sebagiannya lagi, seperti yang dilakukan
oleh Bani Israel sebelum mereka terhadap kitab suci mereka.
Mereka tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al
Qur'an, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun
mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias
dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al Qur'an,
namun mereka lupa bahwa keberkahan itu terdapat dalam
mengikut dan menjalankan hukum-hukumnya. Seperti difirmankan
oleh Allah SWT:
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al An'aam: 155)
Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan,
ketertinggalan dan keterpecah-belahan mereka selain dari
kembali kepada Al Qur'an ini. Dengan menjadikannya sebagai
panutan dan imam yang diikuti. Dan cukuplah Al Qur'an
sebagai petunjuk:
"Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?." (An Nisaa: 122)
-
Berinteraksi dengan Al Qur'an - Penulis: Dr. Yusuf al Qaradhawi
- Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani dan M. Yusuf Wijaya
- Penerbit: Gema Insani Press
- Tahun Terbit: Jakarta, 1999
0 komentar:
Post a Comment