Langitnya masih langit yang sama,
sama- sam langit yang saat ini Alloh SWT turunkan hujan dengan segala
keberkahannya, saat pikiran kembali segar sehabis menjalan ibadah sholat dzuhur,
mari kita panjatkan do’a-do’a kita
karena salah satu waktu yang mustajab untuk berdo’a ketika hujan turun, mari sobat kita pajatkan
do’a agar kelak Alloh kabulkan do’a dan pinta kita. Nah..berikut bisa dibaca hasil
copas.
Segala puji bagi Allah Ta'ala atas
segala macam nikmat yang telah diberikan-Nya. Dan shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga,
para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Segala puji bagi Allah, pada saat
ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan
melalui kumpulan awan. Allah Ta'ala berfirman,
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي
تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ
الْمُنْزِلُونَ (69)
"Maka terangkanlah kepadaku
tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang
menurunkannya?" (QS. Al Waqi'ah [56] : 68-69)
Begitu juga firman Allah Ta'ala,
وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ
مَاءً ثَجَّاجًا (14)
"Dan Kami turunkan dari awan
air yang banyak tercurah." (QS. An Naba' [78] : 14)
Allah Ta'ala juga
berfirman,
فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ
خِلَالِهِ
"Maka kelihatanlah olehmu
hujan keluar dari celah-celahnya." (QS. An Nur [24] : 43) yaitu dari
celah-celah awan.[1]
Merupakan tanda kekuasaan
Allah Ta'ala, kesendirian-Nya dalam menguasai dan
mengatur alam semesta, Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak
tumbuh tanaman sehingga pada tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk
dipandang. Allah Ta'ala telah mengatakan yang demikian dalam
firman-Nya,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى
الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ
إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ
"Dan di antara tanda-tanda-Nya
(ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air
di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang
menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fushshilat [41] : 39). Itulah hujan,
yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca
dapat melihat pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti
Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah keberkahan dengan mekarnya
kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya kering
tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.
Sebagai tanda syukur kepada Allah
atas nikmat hujan yang telah diberikan ini, sebaiknya kita mengilmui beberapa
hal seputar musim hujan. Untuk tulisan pertama, kami akan menjelaskan
amalan-amalan yang semestinya dilakukan seorang muslim ketika hujan turun.
Setelah itu, kita akan memperjari fenomena kilatan petir dan geledek. Dan
terakhir kita akan mengkaji bersama mengenai beberapa keringanan di musim
penghujan. Semoga bermanfaat.
:: Beberapa Amalan Ketika Turun
Hujan ::
[1] Keadaan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam Tatkala Mendung
Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan
kemurkaan Allah. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى نَاشِئاً فِي أُفُقٍ مِنْ آفَاِق السَمَاءِ،
تَرَكَ عَمَلَهُ- وَإِنْ كَانَ فِي صَلَاةٍ- ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ؛ فَإِنْ
كَشَفَهُ اللهُ حَمِدَ اللهَ، وَإِنْ مَطَرَتْ قَالَ: "اللَّهُمَّ صَيِّباً
نَافِعاً"
"Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna,
pen) di salah satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya –meskipun
dalam shalat- kemudian beliau kembali melakukannya lagi (jika hujan sudah
selesai, pen). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun, jika
turun hujan, beliau mengucapkan, "Allahumma shoyyiban nafi'an"
[Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat]."[2]
'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata,
كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم
- إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ
وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ،
فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - «
مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا
مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ ) »
"Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak
ke depan, ke belakang atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah
beliau. Apabila hujan turun, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mulai
menenangkan hatinya. 'Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu.
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallammengatakan, "Aku
tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum 'Aad)
sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), "Maka tatkala mereka melihat
azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka." (QS. Al Ahqaf
[46] : 24)"[3]
Ibnu Hajar mengatakan, "Hadits
ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya jika ia
mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan
peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada
mereka yaitu umat-umat sebelumnya."[4]
[2] Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan
Apabila Allah memberi nikmat hujan,
dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya untuk membaca
do'a,
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
"Allahumma shoyyiban
naafi'aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]."
Itulah yang Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini
berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, 'Aisyah radhiyallahu 'anha,
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه
وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً »
"Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan,
"Allahumma shoyyiban nafi'an" [Ya Allah turunkanlah pada
kami hujan yang bermanfaat]".[5]
Ibnu Baththol mengatakan,
"Hadits ini berisi anjuran untuk berdo'a ketika turun hujan agar kebaikan
dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan."
Al Khottobi mengatakan, "Air
hujan yang mengalir adalah suatu karunia."[6]
[3] Turunnya Hujan, Kesempatan
Terbaik untuk Memanjatkan Do'a
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni[7] mengatakan, "Dianjurkan
untuk berdo'a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ
عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ،
وَنُزُولِ الْغَيْثِ
'Carilah do'a yang mustajab pada
tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan,
dan [3] Saat hujan turun."[8]
Begitu juga terdapat hadits dari
Sahl bin Sa'd, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ
عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ المَطَرِ
"Dua do'a yang tidak akan
ditolak: [1] do'a ketika adzan dan [2] do'a ketika ketika turunnya hujan."[9]
[4] Ketika Terjadi Hujan Lebat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika
hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali
menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo'a,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا
عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ
الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
"Allahumma haawalaina wa laa
'alaina. Allahumma 'alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil
awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami,
bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi,
gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan]."[10]
Ibnul Qayyim mengatakan,
"Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam supaya berdo'a agar cuaca kembali menjadi cerah.
Akhirnya beliau membaca do'a di atas."[11]
Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan
bahwa do'a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan
akan membawa dampak bahaya.[12]
[5] Mengambil Berkah dari Air Hujan
Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata, "Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap
bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, "Wahai
Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?" Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ
تَعَالَى
"Karena hujan
ini baru saja Allah ciptakan."[13]
An Nawawi menjelaskan, "Makna
hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh
Allah Ta'ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut."[14]
An Nawawi selanjutnya mengatakan,
"Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama Syafi'iyyah tentang
dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya
hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadits
ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang
lebih berilmu melakukan sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaknya ia
menanyakannya untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada
yang lain."[15]
Dalam hal mencari berkah dengan air
hujan dicontohkan pula oleh sahabat Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata,
أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَمْطَرَتِ
السَّمَاءُ، يَقُوْلُ: "يَا جَارِيَّةُ ! أَخْرِجِي سَرْجِي، أَخْرِجِي
ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكاً [ق: 9].
"Apabila turun hujan, beliau
mengatakan, "Wahai jariyah keluarkanlah pelanaku, juga
bajuku"." Lalu beliau membacakan (ayat) [yang artinya], "Dan
Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya)."
(QS. Qaaf [50] : 9)" [16]
[6] Dianjurkan Berwudhu dengan Air Hujan
Ibnu Qudamah mengatakan,
"Dianjurkan untuk berwudhu dengan air hujan apabila airnya mengalir
deras."[17]
Dari Yazid bin Al Hadi, apabila air
yang deras mengalir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
اُخْرُجُوا بِنَا إلَى هَذَا الَّذِي
جَعَلَهُ اللَّهُ طَهُورًا ، فَنَتَطَهَّرَمِنْهُ وَنَحْمَدَ اللّهَ عَلَيْهِ
"Keluarlah kalian bersama
kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk
bersuci." Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji
Allah atas nikmat ini."[18]
Namun, hadits di atas adalah hadits
yang lemah karena munqothi' (terputus sanadnya) sebagaimana
dikatakan oleh Al Baihaqi[19].
Ada hadits yang serupa dengan hadits
di atas dan shahih,
كَانَ يَقُوْلُ إِذَا سَالَ الوَادِي
" أُخْرُجُوْا بِنَا إِلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللهُ طَهُوْرًا
فَنَتَطَهَّرُ بِهِ "
"Apabila air mengalir di
lembah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, "Keluarlah
kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat
untuk bersuci". Kemudian kami bersuci dengannya."[20]
[7] Janganlah Mencela Hujan
Sungguh sangat disayangkan sekali,
setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari Allah Ta'ala.
Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan,
"Aduh!! hujan lagi, hujan lagi".
Perlu diketahui bahwa setiap yang
seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala,
semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Ta'ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا
لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."
(QS. Qaaf [50] : 18)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ
اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ
سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
"Sesungguhnya ada seorang
hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah
mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba
yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah
dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam."[21]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk
yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan
sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan
angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam sebuah hadits qudsi,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman,
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى
ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِى الأَمْرُ ،
أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
"Manusia menyakiti Aku; dia
mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa,
Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti."[22]
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ
"Janganlah kamu mencaci maki
angin."[23]
Dari dalil di atas terlihat bahwa
mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula
halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti
mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.
Larangan ini bisa termasuk syirik
akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini
makhluk tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian
berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini
sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini
yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku
dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram,
tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar
pemberitaan, -seperti mengatakan, "Hari ini hujan deras, sehingga kita
tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat", tanpa ada tujuan mencela
sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa.[24]
Intinya, mencela hujan tidak
terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan
mencela Pencipta hujan yaitu Allah Ta'ala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran
pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan
sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah murka. Semestinya
yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur kepada-Nya
sebagaimana telah diterangkan dalam point-point sebelumnya.
[8] Berdo'a Setelah Turunnya Hujan
Dari Zaid bin Kholid Al Juhani,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh
bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala
hendak pergi, beliau menghadap jama'ah shalat, lalu mengatakan, "Apakah
kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?" Kemudian mereka
mengatakan,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui".
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« أَصْبَحَ مِنْ
عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ
وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ
مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ »
"Pada pagi hari, di antara
hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan 'Muthirna
bi fadhlillahi wa rohmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan
rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku dan
kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau
kadza wa kadza' (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka
dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang."[25]
Dari hadits ini terdapat dalil untuk
mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih' (Kita diberi
hujan karena karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur
atas nikmat hujan yang diberikan.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al
Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Tidak boleh bagi
seseorang menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini
bisa termasuk kufur akbar yang menyebabkan
seseorang keluar dari Islam jika ia meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang
menciptakan hujan. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab,
maka seperti ini termasuk kufur ashgor (kufur yang tidak
menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak
memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang hanya sekedar waktu semata."[26]
Demikian beberapa amalan yang bisa
diamalkan ketikan hujan turun.
Semoga Allah memudahkan posting
selanjutnya mengenai fenomena kilatan petir dan geledek.
[1] Lihat Majmu' Al Fatawa, Ibnu
Taimiyyah, 24/262, Darul Wafa', cetakan ketiga, 1426 H.
[2] Lihat Adabul Mufrod no.
686, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
[4] Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari,
Ibnu Hajar Al 'Asqolani Asy Syafi'i, 6/301, Darul Ma'rifah, Beirut, 1379 H
[5] HR. Bukhari no. 1032, Ahmad no. 24190,
dan An Nasai no. 1523.
[6] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 5/18,
Asy Syamilah.
[7] Al Mughni fi Fiqhil Imam Ahmad bin
Hambal Asy Syaibani, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, 2/294, Darul Fikr, Beirut,
cetakan pertama, 1405 H.
[8] Dikeluarkan oleh Imam Syafi'i
dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma'rifah dari
Makhul secara mursal. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat
Shohihul Jaami' no. 1026.
[9] HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami' no. 3078.
[10] HR. Bukhari no. 1014.
[11] Zaadul Ma'ad, Ibnu Qayyim Al
Jauziyah, 1/439, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, tahun 1407 H.
[12] Lihat Dzikru wa Tadzkir, Sholih As
Sadlan, hal. 28, Asy Syamilah.
[14] Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An
Nawawi, 6/195, Dar Ihya' At Turots Al ‘Arobiy, cetakan kedua, 1392 H.
[15] Syarh Muslim, 6/196.
[16] Lihat Adabul Mufrod no. 1228. Syaikh Al
Albani mengatakan sanad hadits ini shohih dan hadits ini mauquf [perkataan
sahabat].
[18] Dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan
Al Kubro (3/359) dan Tuhfatul Muhtaj (1/567). Dikeluarkan pula oleh An Nawawi
dalam Al Khulashoh (2/884) dan Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (1/216)
[dinukil dari http://dorar.net ].
Lihat pula Zaadul Ma'ad, Ibnul Qayyim, 1/439. Hadits ini adalah
hadits yang lemah karena munqothi' yaitu ada sanad yang
terputus.
[19] Syaikh Al Albani dalam Dho'if
Al Jaami' no. 4416 mengatakan bahwa hadits ini dho'if.
[20] HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan
Ahmad. Lihat Irwa'ul Gholil no. 679. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits inishahih.
[21] HR. Bukhari no. 6478.
[22] HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no.
2246, dari Abu Hurairah.
[23] HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka'ab.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[24] Faedah dari guru kami Ustadz Abu
Isa hafizhohullah. Lihat buah pena beliau "Mutiara Faedah
Kitab Tauhid", hal. 227-231, Pustaka Muslim, cetakan pertama, Jumadal
Ula 1428 H.
[25] HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71,
dari Kholid Al Juhaniy.
[26] Kutub wa Rosa'il Lil ‘Utsaimin,
170/20, Asy Syamilah.
***
Sumber: Rumaysho site
Sumber: http://arrahmah.com/read/2011/11/25/16554-beberapa-amalan-dan-doa-ketika-turun-hujan.html