Powered by Blogger.
RSS

Zaman sudah semakin tak bersahabat..


Saya tak pernah menyalahkan zaman yang sudah semakin tak beradab. Saya miris melihat bahkan mendengar banyak kisah, tak jauh-jauh dari kehidupan ini. Saya baru saja selesai siang itu bercerita dengan seorang orang tua yang anaknya korban dari tak beradab nya zaman. Bukanlah zaman yang saya salahkan, tapi zaman yang sudah tak di pahami oleh penghuninya. Saya miris lagi-lagi mendengar cerita ini. Sang orang tua bercerita tentang perjalanannya merawat sang buah hati, mulai dari bayi sampai sudah berumur mendekati dewasa bisa dikatakan, saya dengan seksama mencoba mendengar keluhan atau bisalah dikatakan sebuah perjalanan hidupnya, ntah lah itu berupa curahan hatinya atau hanya ingin menumpahkan sedikit apa yang bersarang di hatinya. Tidaklah untuk dia, minimal untuk saya yang mendengar, ada sedikit pelajaran berharga untuk hidup mendatang, bagaimana sayangnya orang tua pada buah hatinya, walau bagaimana pun tingkah laku sang anak.

Kisah ini dimulai dari sebuah keharmonisan keluarga, tidaklah bisa dikatakan sebuah kesejahteraan, tapi cukup bahkan berlebih untuk zaman itu, sekitar 10 tahun belakang, saya sibuk saja mendengar, sambil menanggapi yang sekedarnya saya tanggapi, atau ikutlah merasakan apa yang dirasakan sang ibu, yang bagi saya cukuplah jerih payahnya untuk mendidik sang buah hati, walaupun dari segi psikologi belumlah bisa dikatakan sosok orang tua yang super. Saya bisa mengatakan seperti itu, bukanlah saya orang yang berpengalaman, karena saya belum sampai pada masa itu, hanya sekedar mengira-mengira dari sudut pandang psikologi saya. Cerita terus mengalir dari mulut sang ibu, tanpa ragu-ragu beliau menceritan semuanya. Bagaimana susahnya mendidik anak yang bertamparamen lunak, namun berhati keras. Dikasari salah, di lontarkan kata-kata yang lembut pun salah, begitu kira-kira redaksi kalimatnya. Mulai dari urusan sekolah, urusan pergaulan remaja, soal kejujuran, menghargai orang tua, tutur bahasa. Tepatnya semua tentang kehidupan. Gadis ini lahir dari rahim sang ibu, alhamdulillah punya orang tua yang sangat mengerti, sampai Sekolah Menengah Pertama, beliau masih tetap keras kepala, walaupun saya hanya bisa menyimpulkan dari apa yang dikatakan sang ibu, semoga saja saya tak salah menyimpulkan. Sampai sang gadis memasuki dunia remaja, bertemu sosok laki-laki yang baginya segalanya. Peran serta orang tua tak jadi yang utama, serasa dunia ini hanya milik kaum remaja, orang tua tak lagi jadi idola. Perlaha-lahan tumbuh besar, mengenal bagaimana pergaulan bebas. Saya miris mendengarnya, namun itulah kenyataannya, sang gsdis tidak lagi gadis. Sekolah tak tamat. Anak pun lahir. Betapa tidak sedihnya orang tua, anak yang selama ini dibesarkannya dengan jerih payah, keringat, biarlah harta ini hanya tercurah untuk anak. Setelah anak lahir pun, sang ibu muda pun tak kunjung sadar bahwa ia telah menyakiti hati orang-orang yang ia cintai, bahkan sudah melanggar aturan agama, dosa besar tepatnya perzinaan.

Namun, bagi orang tua, darah rasanya sudah sampai ke ubun-ubun tapi anak akan tetap sebagai anak. Selepas melahirkan bayi mungil, nenek yang menjaga. Anak di suruh sekolah lagi, di lengkapi segala kebutuhan, sampai ia taman Sekolah Menengah Atas, kuliah. Walaupun sudah punya anak, beliau tak pernah menyadari, tetap saja membohongi orang tuanya, berfoya-foya lah, mengambil harta orang tua lah. Tapi orang tua sudah cukup rasa nya. Tak pernah bisa berkata kasar pada anak, yang bagi saya ini sudah jauh dari batas normal, zaman sudah semakin biadap, atau mungkin manusia di dalamnya yang sudah tak menyadari, ada zat yang lebih tahu segalanya. Allah Azza wa Jalla

Perlahan-lahan cerita itu terus mengalir, sampai anak yang telah dilahirkan itu tumbuh besar, dipelihara oleh sang nenek. Tak ada penyesalan sedikit pun, tak ada sama sekali, "walau hati saya tak bisa menerima", namun inilah kenyataannya, begitu penuturan sang ibu.

Saya hanyalah sebagai pendengar yang baik, mendengar dengan sedikit memberi tanggapan, beginilah zaman sudah jauh dari nilai-nilai agama. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah yang telah dituturkan sang ibu. Pertama, selamanya, cinta orang tua pada anak tak kan pernah terkikis oleh apapun sampai kapanpun, bagaimana pun anak telah berlaku seperti itu, kasih sayang tetaplah menjadi yang utama. Kedua, Landasan kasih sayang harus jelas dulu, harus jelas mana yang salah dan mana yang benar, jika benar maka tegaslah, jika salah maka katakanlah, jangan bikin abu-abu mana salan dan benar. Ketiga, landasan agama memang harus ditanamkan dari kecil, tak salah orang tua mendidik, namun orang tua punya andil besar terhadap prilaku sang anak. Keempat, Kontrol pergaulan sang anak, sangat jadi tolak ukur terhadap keberhasilan ataupun kemunduran sang anak. Kelima, bukanlah dalam Alqu'an sudah dijelaskan semua anak itu pada dasarnya baik, orang tuanya lah yang akan membawanya kemana. Keenam, saya belum terlalu paham ilmu psikologi anak, namun poin penting yang bisa kita telaah, bahwa anak tak selamanya bisa di marahi, dilarang, diperintah, namun anak butuh pendekatan jiwa. Ketujuh, pendidikan yang utama adalah pendidikan dini dari orang tua, sekalipun pendidikan lingkungan juga sangat berpengaruh. Kedelapan, tanamkan pada anak bahwa tidak ada kamus "pacaran" karena mengizinkan anak untuk pacaran, berarti memberi peluang anak untuk mendekati zina. Kesembilan, keutuhan rumah tangga akan terbina jika memang kedua belah pihak mengerti dan paham aturan agamanya.

Saya tak lebih pintar untuk menguraikan hikmah ini, namun setidaknya bisa di ambil manfaatnya, bukan berarti menceritakan keburukan orang lain, namun ini adalah penuturan dari seorang ibu di dunia ini untuk para ibu-ibu, para remaja, para yang akan menjadi ibu, yang akan menuju jenjang pernikahan dan untuk orang-orang yang suka berkutat pada permasalahan psikologi anak, atau untuk siapa saja yang bisa mengambil manfaat dari tulisan saya ini, walaupun saya yakin sangat banyak kejadian seperti ini di dunia ini, sangat banyak sekali, sehingga saya memutuskan zaman ini sudah semakin tak bersahabat, atau orang-orangnya yang sudah tak lagi bersahabat dengan agama?(saat setia mendengar keluh kesah macam perkara yang masuk ataupun perkara yang hanya hilang di telan bumi karena banyak manusia biadap yang tak bertanggung jawab terhadap nasib-nasib remaja dunia ini)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: